Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi III DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal meminta, kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk mengganti nama Divisi Propam Polri.
Menurut dia, di mata publik divisi tersebut kini sudah dicap negatif pasca terjadinya tragedi Duren Tiga.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau toh Divpropam ini negatif kami percayakan ke bapak ganti namanya itu," kata Cucun saat rapat kerja bersama Polri di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Politikus PKB ini menjelaskan, saat mendengar nama Divpropam dicemaskan tupoksi yang harusnya dapat menciptakan keamanan dan ketertiban malah menjadi distrust atau ketidakpercayaan yang menjadi lebih berani.
"Jadi demi menjaga satu tradisi yang baik dalam suatu lingkungan itu suatu mekanisme yang baik harus dipelihara. Kemudian inovasi itu menggali satu hal yang lebih baik," jelas Cucun.
Dia tidak melarang, jika nanti nama berganti tetapi personel masih menggunakan orang-orang lama yang dipercaya kredibel.
Namun demikian, dirinya berharap, kekuatan dari divisi tersebut dapat dievaluasi sehingga tidak terlalu kuat seperti saat dijabat oleh Ferdy Sambo.
"Kalau personel terserah bapak, tetapi lebih pengawasannya punya tupoksi (tugas pokok fungsi) yang pengawasannya tidak terlalu besar, mulai dari penyelidikan penuntutan sampai penyelesaian hakimnya (jangan) di satu institusi," Cucun menutup.
Â
Â
Polisi Daerah Bak Raja Kecil
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Adies Kadir menyinggung soal gaya hidup polisi di level Direktur dan Kapolres di daerah yang ia nilai hidup bermewah-mewahan.
Menurutnya, gaya polisi daerah seperti raja kecil dan sangat sulit untuk dihubungi.
"Kalau kita lihat di bawah, tingkat Dir, Kapolres sudah seperti raja raja kecil di daerah, kadang-kadang kita anggota Komisi III telepon saja tak diangkat, WA tak dibalas. Perilaku-perilaku seperti ini sudah memperlihatkan bahwa baru jadi Kapolres sudah susah sekali. Perilakunya sudah luar biasa seperti raja di daerah," ujar Adies, dalam rapat Komisi III bersama Kapolri, Rabu (24/8/2022).
Menurut Adies, gaya hidup polisi yang bak raja akan makin menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap Polri, yang kini tengah anjlok karena kasus Ferdy Sambo.
Adies juga menyentil gaya Kapolres yang suka menghisap cerutu, minum Wine dan menggunakan tas bermerk.
"Kita juga lihat gaya hidup mereka, sudah mulai pakai cerutu, pasti ada cerutu, sudah mulai pake wine, mobilnya juga sudah mewah-mewah, kalau kita lihat juga prilaku istri-istrinya, itu pakai tas Hermes, itu sudah gonta-ganti. Jadi luar biasa," kata dia.
Â
Advertisement
Jangan Diunggah
Politikus Golkar itu mengaku tak melarang polisi untuk hidup bermewah-mewah, namun menurutnya tidak diunggah ke sosial media.
"Janganlah diperlihatkan sehingga membuat masyarakat itu nyinyir, membuat masyarakat melihat 'Oh ternyata Polri', padahal tidak begitu," katanya.
Namun demikian, Adies menyebut polisi di pusat yakni Kapolri dan jajarannya tidak hidup bak raja melainkan sederhana.
"Kapolri Pak Sigit, Pak Gatot (Wakapolri), Pak Agus (Kabareskrim), Pak Agung (Irwasum Polri), Pak Dofiri (Kabaintelkam), Pak Anang (Dankorbrimob) sudah lama, setiap saya berkomunikasi, saya WA, saya telepon dan prilaku hidup yang bersangkutan saya lihat sampai saat ini biasa-biasa aja, tidak ada perubahan. Tetap komunikasi kami baik," ujar Adies.