Disentil Kemenag Soal Resmikan Gedung ANNAS, Ini Respons Wali Kota Bandung

Yana mengungkapkan, kehadirannya dalam peresmian tersebut dalam kapasitas sebagai Wali Kota Bandung yang datang memenuhi undangan warganya.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 01 Sep 2022, 01:13 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2022, 01:13 WIB
Yana  Mulyana
Wali Kota Bandung Yana Mulyana. (Foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Beberapa waktu lalu, Staf Khusus Menteri Agama bidang Kerukunan Umat Beragama Nuruzzaman menyesalkan langkah Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) pada 28 Agustus 2022. Yana pun memberikan tanggapan terkait kehadirannya pada Peresmian Gedung Dakwah ANNAS, Minggu yang menjadi polemik masyarakat.

Yana mengungkapkan, kehadirannya dalam peresmian tersebut dalam kapasitas sebagai Wali Kota Bandung yang datang memenuhi undangan warganya. Sebagai "bapak" dari masyarakat, dirinya senantiasa berusaha hadir di tengah masyarakat.

Terlebih agendanya merupakan peresmian gedung dakwah yang notabenenya merupakan pusat syiar ilmu pengetahuan. Sehingga kehadirannya diharapkan menjadikan masyarakat dapat memperoleh banyak kebaikan dari ilmu-ilmu yang disampaikan berbagai pihak secara komprehensif.

"Jadi, kehadiran saya dalam kapasitas sebagai wali kota memenuhi undangan peresmian gedung dakwah. Karena memang selama ini Pemerintah Kota Bandung sangat mendukung hadirnya pusat-pusat kajian ilmu keagamaan dan gedung-gedung dakwah," kata Yana dalam keterangan tertulis, Rabu (31/8/2022).

Tak hanya menghadiri peresmian gedung dakwah, dirinya pun juga pernah hadir dalam peresmian Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sumber Sari di Komplek Sumber Sari, Jalan Sumber Sugih serta kegiatan keagamaan lainnya.

Adapun pembangunan Gedung Dakwah ANNAS tersebut sudah berjalan sejak 2018. Bahkan peletakan batu pertamanya kala itu dilakukan langsung Pjs Wali Kota Bandung semasa Almarhum Bapak Muhammad Solihin.

"Fasilitas keagamaan seperti masjid, musala, termasuk tempat dakwah sangat banyak di Kota Bandung. Ini menunjukkan jika Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendukung kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat. Namun, jangan sampai ada pergerakan yang intoleran dan saling menyerang satu sama lain,” ujarnya.

Menyikapi polemik yang berkembang di masyarakat, Yana pun mengajak semua pihak tetap komitmen menjaga toleransi dan saling menghormati perbedaan.

Yana juga menegaskan, menolak segala bentuk sikap intoleran dan kekerasan yang jelas tidak dibenarkan atas nama dan alasan apapun. Untuk itu, lanjut Yana, Pemerintah Kota Bandung memastikan akan melakukan tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku, jika ada praktik-praktik intoleran terlebih hingga berujung kekerasan.

"Sekali lagi mari kita sama-sama kembali kepada jati diri kita untuk terus memupuk dan merawat toleransi, dan tetap bersama dalam bingkai kerukunan dan keharmonisan menuju Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Agamis sesuai cita-cita dan harapan kita bersama," ujarnya.

Bertentangan dengan Prinsip Dasar Agama

Staf Khusus Menteri Agama bidang Kerukunan Umat Beragama Nuruzzaman. (Foto: kemenag.go.id/Liputan6.com)
Staf Khusus Menteri Agama bidang Kerukunan Umat Beragama Nuruzzaman. (Foto: kemenag.go.id/Liputan6.com)

Sebelumnya, Nuruzzaman menyesalkan langkah Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) pada 28 Agustus 2022. Gedung ini berlokasi di Jalan R.A.A. Martanegara No.30 Turangga Kota Bandung.

Menurut dia, ormas dan paham keyakinan yang secara terang-terangan menebarkan kebencian jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran agama. Negara tidak semestinya memberikan dukungan, tapi memoderasi cara berfikir, sikap dan praktik keberagamaanya.

“Jadi menurut saya bukan pada tempatnya wali kota memfasilitasi bahkan mendukung pandangan dan sikap yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Posisi negara harusnya memoderasi,” tegasnya, dikutip dari laman Kemenag, Selasa (30/8/2022).

Dia menjelaskan, relasi Sunni dan Syiah perlu disikapi secara arif. Organisasi Konferensi Islam (OKI) sendiri menyatakan bahwa syiah adalah bagian dari Islam.

Bersaudara

Bahkan, Grand Syekh Al Azhar Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb mengatakan bahwa umat Islam yang berakidah Ahlussunah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah.

“Sunni dan Syiah adalah saudara,” itu pernah ditegaskan oleh Syekh Ath-Thayyeb saat bertemu para tokoh dan cendekiawan muslim di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, 22 Februari 2016.

Dalam kesempatan itu, lanjut Bib Zaman, Syekh Ath-Thayyeb mengatakan bahwa Islam mempunyai definisi yang jelas. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan salat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu.

Mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini, maka dia muslim, kecuali mereka yang mendustakan. Grand Syekh bahkan menilai bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan kaum Syiah keluar dari Islam.

“Saya menyesalkan langkah Wali Kota Bandung. Negara harus merajut keragaman masyarakat agar dapat hidup rukun dan damai. Terhadap perbedaan pandangan baik di internal agama maupun antaragama, posisi negara adalah memoderasi, memfasilitasi dialog, agar kerukunan tetap terjaga,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya