Liputan6.com, Jakarta Deputi Bappilu Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan, trio Soekarno, Hatta dan Sjahrir merupakan tiga serangkai yang saling mendukung dan mengesampingkan ego pribadi untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
Semangat inilah yang diteladani Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ahmad Heryawan (Aher), supaya terbentuk koalisi perubahan yang digagas NasDem, Demokrat dan PKS.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini menanggapi soal video yang dirilis Demokrat dalam rangka hari pahlawan 10 November 2022.
"Soekarno, Hatta dan Sjahrir adalah tiga serangkai yang saling mengisi dan saling mendukung satu sama lainnya, mengesampingkan ego-ego pribadi untuk mewujudkan Indonesia merdeka," kata Kamhar kepada wartawan, Kamis (10/11/2022).
"Semangat ini akan diteladani oleh Mas Anies, Mas Ketum AHY dan Kang Aher yang masing-masing mereka memiliki keunggulan komparatif untuk disinergikan guna terbentuknya Koalisi Perubahan," sambungnya.
Menurut dia, kekuatan Anies, AHY dan Aher memiliki keunggulan untuk bisa memenangkan Pilpres 2024.
"Ini akan memiliki keunggulan kompetitif dibanding kompetitor lainnya untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024 mendatang sesuai dengan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan dan perbaikan," tutur Kamhar.
Sebuah Video
Sebelumnya, Partai Demokrat merilis sebuah video dalam rangka hari pahlawan 10 November 2022. Dalam video tersebut, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Ahmad Heryawan dengan trio Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.
Video tersebut memiliki narasi mendorong perubahan dengan cara melalui kontestasi politik Pemilu 2024.
"Siapa yang berani mengira jika suara perubahan bisa membesar seperti sekarang ini, hampir semua orang yang mengerti konstelasi politik menyebut jika 2024 pasti jatuh di tangan pewaris rezim. Tentu karena mereka melihat tidak ada kekuatan oposisi yang bisa diperhitungkan, hanya berisi partai-partai lemah logistik, juga tokoh yang kondisinya setali tiga uang," ujar suara narator dalam video tersebut.
"Sementara Presiden Jokowi begitu benderang mengkooptasi semua jejaring kekuasaan. Bahwa calon penggantinya haruslah orang yang mengerti ekonomi, mengerti data, dan tentu saja: harus ia restui," sambungnya.
Kemudian, Demokrat bicara kehendak sejarah. Perubahan bukan milik partai, tetapi masyarakat yang teraniaya oleh rezim.
"Tapi siapa yang bisa melawan kehendak sejarah? bahwa suara perubahan bukan lagi milik partai atau orang perorang. Tapi milik mereka yang teraniaya oleh rezim ini, milik buruh yang tak lagi dihargai keringatnya, milik masyarakat adat yang terus dirampok hutannya, juga milik 90 persen rakyat negeri ini yang sekalipun tidak dicatat sebagai penduduk miskin tapi mereka hidup insecure mereka mencemaskan masa depannya.Beban pemerintah sudah tak lagi punya dana, APBN kian tergerus jadi instrumen pembayar utang, dan pahitnya bunganya sangat tinggi," kata suara narator.
Demokrat yakin sosok bakal calon presiden NasDem Anies Baswedan dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sebagai tokoh yang akan memimpin gerakan perubahan. Sebab bila dipasangkan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden berpeluang menang besar.
Kemudian, ditambah sosok politikus PKS Ahmad Heryawan, maka ketiga tokoh ini layak disandingkan dengan trio tokoh bangsa Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.
"Ini adalah suara kader partai Demokrat, jika kita memilih Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono, untuk memimpin gerakan perubahan, karena ini adalah pasangan yang paling moncer, berpeluang untuk menang," demikian.
"Bayangkan jika pasangan ini dilengkapi oleh ahmad heryawan, sosok pemimpin yang berhasil tanpa cela di Jawa Barat. bolehlah kita memimpikan kembali trio: Soekarno, Hatta, Sjahrir untuk membenahi republik ini," tegasnya.
Advertisement
Perjuangan Masih Panjang
Perjuangan Anies, AHY dan Aher masih panjang. Disinggung pula upaya menjadikan Anies sebagai tersangka dalam kasus di KPK. Tidak tahu apa yang disiapkan rezim untuk melawan kekuatan ini.
"Bisa saja Anies Baswedan jadi tersangka dan ditangkap kpk, lalu bagaimana cara kita membelanya? atau katakanlah ia lolos jadi calon presiden, tapi capres yang minim logistik," kata suara narator.
"Apakah mau kita gotong royong mengeluarkan selembar dua lembar untuk perjuangan ini? mari kita kenangkan 10 november. Hari itu di Surabaya orang-orang tak lagi mengingat siapa dirinya, semua telah bertaut dengan kehendak untuk merdeka dan kerelaan untuk berkorban. Mungkin kita tak lagi mengalami peristiwa sebesar itu, tapi kehendak dan kerelaan itu, bukankah bisa tumbuh kapan saja? Salam dari kami kader partai demokrat," pungkasnya.