Kemenag Dalami Kajian Integrasi Islam dan Sains di Dunia Kedokteran

Hal tak kalah penting lainnya adalah dengan menjaga dan memperkuat materi Keislaman pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, dengan tidak menambah bebean matakuliah bagi mahasiswa.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro Diperbarui 28 Mar 2025, 11:08 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2025, 11:08 WIB
Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama (Kemenag) Prof Sahiron (Tim Humas PTKI Kemenag)
Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama (Kemenag) Prof Sahiron (Tim Humas PTKI Kemenag)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terus mendalami kajian terkait integrasi Islam dan Sains. Direktur PTKI Prof Sahiron, mengatakan integrasi Islam dan Sains tengah berfokus dalam dunia kedokteran.

"Memang di PTKI ini, pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ada mata kuliah terkait kajian Al-Qur'an, Hadis, ada pula Thibbun Nabawi, tetapi bagaimana relevansinya dengan perkembangan tren kedokteran dan kesehatan saat ini? terutama untuk menjawab pertanyaan mendasar, apa perbedaannya di PTKI dengan PTU? ini pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan dicarikan solusi,” kata Prof Sahiron dalam keterangan diterima, Jumat (28/3/2025).

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini melanjutkan, hal tak kalah penting lainnya adalah dengan menjaga dan memperkuat materi Keislaman pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, dengan tidak menambah bebean matakuliah bagi mahasiswa.

“Untuk itu kami mendorong pentingnya untuk terus mengkaji model integrasi Islam dan Sains pada konteks ini, baik dari sisi kebijakan maupun dari sisi epistimologi. Satu sisi, ada tradisi kedokteran modern, tetapi di sisi lain ada tradisi kedokteran dalam tradisi keilmuan klasik,” nilai dia.

Prof Sahiron mencontohkan, ada beberapa tokoh dan ahli kedokteran muslim, beberapa di atantara karya dalam bidang kedokteran seperti Al-Qonun Fi Al-Thibb karya Ibnu Sina, kemudian Arrohmah fi Thibb wa Al-Hikmah karya Jalaluddin Assyuyuthi.

“Jadi ini yang harus terus dikaji untuk menemukan cara integrasinya," tutur Prof Sahiron.

 

Promosi 1

Tantangan

Sebagai Pelopor Integrasi Heremeneutika dan Al-Qur'an, Prof Sahiron mengamini tantangan yang harus dijawab yakni bagaimana mengintegrasikan tradisi kedokteran modern dengan sisi spiritualitas keagamaan. Hal ini lantaran masih minimnya tenaga pengajar maupun dokter yang berlatar belakang memiliki pengetahuan pesantren dengan kitab kuningnya.

"Jadi yang kita butuhkan ke depan, bukan sekedar mencetak dokter kontemporer, tetapi juga dokter yang mampu menguasai ilmu kedokteran keislaman melalui karya-karya ulama klasik. Misalnya, dalam kitab Al-Suyuthi, ada tekhnik pengobatan secara medis kontemporer, tetapi dikombinasikan dengan sisi spiritualitas, ini kan menarik," dia menandasi.

Diketahui, pernyataan Prof Sahiron disampaikan dalam acara Public Discussion Series IKRAR PTKI Seri ke-8, Kamis (27/3/2025). Tema besar Kemenag dalam diskusi tersebut adalah mengintegrasi Ilmu Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Nilai-nilai Keislaman ke dalam Kurikulum Kedokteran dan Kesehatan di lingkungan PTKI.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya