20 Dai Indonesia Dikirim ke UEA, Akan Ikuti Pelatihan Dakwah

Kemenag menegaskan, keikutsertaan para peserta ini dalam pelatihan dakwah bukan semata sebagai individu, melainkan sebagai representasi diplomasi keagamaan Indonesia di kancah internasional.

oleh Achmad Sudarno Diperbarui 13 Apr 2025, 16:32 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2025, 16:31 WIB
Kemenag mengirimkan 20 dai pilihan dari berbagai daerah untuk mengikuti program dauroh du’at atau pelatihan dakwah di Uni Emirat Arab (UEA).
Kemenag mengirimkan 20 dai pilihan dari berbagai daerah untuk mengikuti program dauroh du’at atau pelatihan dakwah di Uni Emirat Arab (UEA).(Liputan6.com/ Achmad Sudarno)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan 20 dai pilihan dari berbagai daerah untuk mengikuti program dauroh du'at atau pelatihan dakwah di Uni Emirat Arab (UEA).

Program ini merupakan implementasi dari kerja sama resmi antar pemerintah (G2G) antara Republik Indonesia dan Pemerintah Uni Emirat Arab yang baru saja diperpanjang pada 9 April 2025.

Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menegaskan bahwa keikutsertaan para peserta ini dalam pelatihan dakwah bukan semata sebagai individu, melainkan sebagai representasi diplomasi keagamaan Indonesia di kancah internasional.

"20 peserta yang terpilih ini bukan hanya berdasarkan seleksi administratif, tetapi juga atas dasar rekam jejak pengabdian dan integritas dakwah. Mereka akan menjadi representasi wajah Islam Indonesia di level global," ungkap Zayadi saat pelepasan di Jakarta, Sabtu (12/04/2025) malam.

Menurut Zayadi, keikutsertaan dalam program pelatihan dakwah di UEA ini memiliki dimensi strategis yang sangat penting.

"Program ini merupakan implementasi langsung dari MoU antara Pemerintah Indonesia dan UEA. Maka, keberangkatan ini bersifat resmi dan strategis," ujar Zayadi.

Kegiatan ini juga dirancang sebagai sarana benchmarking bagi para dai. Menurutnya, pendekatan yang akan digunakan adalah metode 3N, yakni niteni (memperhatikan), niru (meniru praktik baik), dan nambahi (menambah nilai khas lokal).

"Kegiatan dauroh ini harus dimanfaatkan sebagai ajang benchmarking dakwah internasional. Kita tidak hanya belajar, tapi juga memperkaya," ujarnya.

Zayadi juga menekankan pentingnya menjaga nama baik bangsa selama program berlangsung.

"Dengan menjaga nama baik bangsa, kita sedang membangun trust building yang penting dalam hubungan bilateral, termasuk pengembangan Islamic Center Solo yang juga bagian dari kerja sama ini," jelasnya.

Ia berharap, pengalaman internasional ini tidak berhenti sebagai formalitas perjalanan, tetapi benar-benar menjadi lompatan peningkatan kualitas.

"Kita berharap para peserta tidak hanya pulang dengan pengalaman, tetapi juga membawa pulang nilai tambah konkret dalam penguatan dakwah, dialog antaragama, dan pelayanan keagamaan di Indonesia," kata dia.

Kempatan Menimba Ilmu dan Perluas Wawasan

Kasubdit Kemitraan Umat Islam, Ali Sibromalisi, menambahkan kegiatan yang kedua kalinya ini bukan hanya tentang penguatan kapasitas, tetapi juga pengalaman yang akan membekas.

"Kegiatan dauroh ini menjadi kesempatan emas untuk menimba ilmu sekaligus memperluas wawasan internasional," ujarnya.

Ia menilai pelatihan dakwah ini juga menjadi sebuah perjalanan yang memberi pengalaman intelektual sekaligus spiritual yang tidak ditemukan di Indonesia.

"Saya kira ini tidak hanya penuh dengan ilmu, tapi juga sebuah perjalanan yang memberi pengalaman intelektual sekaligus spiritual yang tidak ditemukan di Indonesia," tutur Ali.

Ali berharap program ini akan terus berlanjut dan berkembang sebagai bagian dari diplomasi keagamaan Indonesia yang moderat, inklusif, dan berwawasan global. (Achmad Sudarno)

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya