Jelang Natal dan Tahun Baru, PBNU Imbau Masyarakat Tingkatkan Rasa Toleransi

Fahrur Rozi menjelaskan, menjelang natal dan tahun baru, PBNU akan ikut terlibat dalam menjaga keamanan dan ketertiban sebagai bentuk tidak pencegahan adanya tindak intoleransi yang didasrkan atas dasara radikalisme.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2022, 18:31 WIB
Diterbitkan 23 Des 2022, 18:31 WIB
Gereja Katedral Bersiap Sambut Perayaan Natal
Pekerja membersihkan lantai saat melakukan persiapan jelang ibadah Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Menjelang peringatan Natal pada Minggu (25/12) mendatang, Gereja Katedral Jakarta melakukan persiapan bersih-bersih dan pemasangan dekorasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi yang biasa disapa Gus Fahrur Rozi menilai, kondisi keamanan menjelang natal dan tahun baru 2023 aman dari tindak radikalisme.

Ketua PBNU itu meyakini bahwa sikap toleransi antar umat beragama sangat penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. PBNU akan secara aktif dalam mengkampanyekan sikap toleransi antar umat beragama untuk menciptakan Indonesia yang lebih aman.

"Kita semua menjalankan agama masing-masing dengan baik, tetapi jangan terlalu berlebihan sehingga bisa mengganggu kepercayaan orang lain. Dalam perayaan Natal ini justru umat Muslim harus menghargai dan mendukung umat Nasrani yang merayakan Natal,” kata Ketua PBNU Fahrur Rozi.

Fahrur Rozi menjelaskan, menjelang natal dan tahun baru, PBNU akan ikut terlibat dalam menjaga keamanan dan ketertiban sebagai bentuk tidak pencegahan adanya tindak intoleransi yang didasrkan atas dasara radikalisme.

Dia menjelaskan, radikalisme lahir dari adanya pemahaman yang salah dari agama, pemahaman yang tidak lengkap dan disampaikan secara sepotong-sepotong.

Untuk itu, ketua PBNU itu menekankan peran guru dalam menciptakan moderasi beragama yang ada di Indonesia. hal ini sangat penting karena mereka menjadi rujukan pola pikir bagi para muridnya. Dan jika guru tidak moderat  mengajarkan radikal ia akan melahirkan murid-murid radikal.

"Materi penting tapi guru yang menyampaikan lebih penting. Jadi bisa diterima atau tidak tergantung yang membawakan,” kata Ahmad Fahrur Rozi.

Lebih lanjut, Ahmad Farur Rozi menjelaskan, Moderasi beragama harus dimulai dengan sikap adil. Setiap umat beragama harus memberikan ruang untuk setiap perbedaan pendapat dan tafsir bagi umat seagama maupun berbeda agama.

"Adil adalah kata kuncinya. Islam mengajarkan tidak boleh ada kebencian yang kemudian menjadikan tidak adil, kita tidak boleh merasa benar sendiri dan tidak boleh memaksakan, harus saling menghormati dan saling menghargai,” imbuh ketua PBNU.

 

Komitmen Menolak Radikalisme

Ilustrasi hiasan pada pohon Natal
Ilustrasi hiasan pada pohon Natal. (Photo by Tim Douglas on Pexels)

Selain itu, Presiden Jokowi berupaya keras dalam merawat kerukunan antarumat beragama agar keutuhan bangsa tetap terjaga, termasuk melalui program moderasi beragama.

Oleh karena itu, komitmen kuat yang dimiliki Presiden Joko Widodo dalam merawat kerukunan antar umat beragama harus diikuti oleh semua pihak, khususnya generasi muda penerus bangsa.

"Sikap-sikap tidak toleran apalagi yang disertai dengan kekerasan fisik maupun verbal harus hilang dari Indonesia. Sikap keras yang menimbulkan perpecahan di masyarakat tak boleh ada di negeri kita yang kita cintai ini," lanjut Jokowi.

Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19
Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya