HEADLINE: Misi Penyelamatan Pilot Susi Air dari Sandera KKB Papua, Operasi Militer Efektif?

Personel TNI yang bertugas melakukan operasi SAR pilot Susi Air di wilayah Mugi-Mam Kabupaten Nduga mendapat serangan dari gerombolan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), 1 prajurit TNI pun gugur dalam kontak tembak dan lima prajurit lainnya masih dalam proses pencarian. Bagaimana evaluasinya?

oleh Tanti YulianingsihAhmad ApriyonoNasrul Faiz diperbarui 19 Apr 2023, 00:29 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2023, 00:00 WIB
Pilot Susi Air, Captain Philips M, disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Pilot Susi Air, Captain Philips M, hingga kini disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Jumat (10/3/2023). (Foto: Nur Habibie/Merdeka)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Batalyon Infanteri Yonif Raider 321/Galuh Taruna (Yonif R 321/GT) yang bertugas melakukan operasi SAR pilot Susi Air di wilayah Mugi-Mam Kabupaten Nduga mendapat serangan dari gerombolan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua pada Sabtu, 15 April 2023 lalu. 1 prajurit TNI gugur dalam kontak tembak dan lima prajurit lainnya masih dalam proses pencarian.

Awalnya, penyerangan terhadap personel TNI terjadi ketika satgas mencoba untuk menyisir dan mendekati posisi dari para penyandera. Kemudian, terjadi serangan, satu prajurit TNI  terjatuh dan mendapatkan serangan lanjutan. Demikian menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda Julius Widjojono.

Kapuspen TNI memastikan korban jatuh dalam operasi tersebut hanya satu jiwa. Terkait informasi luar yang menyebut ada korban jiwa lain, hal itu belum dapat dikonfirmasi.

Meski demikian, Kapuspen TNI memastikan tetap bakal melakukan operasi dalam menyelamatkan pilot Susi Air serta melakukan evaluasi mendalam terkait misi penyelamat pilot Susi Air yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Khususnya pasca gugurnya satu prajurit TNI di Kabupaten Nduga, Papua.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, berpandangan bahwa insiden penyerangan terhadap prajurit TNI dalam operasi penyelamatan pilot Susi Air, patut dijadikan perhatian dan evaluasi bagi pemerintah dan TNI.

"Insiden penyerangan yang menggugurkan satu prajurit TNI pada Sabtu (15/4) kemarin, menununjukkan ada hal yang perlu diperhatikan dan dievaluasi," kata Fahmi kepada Liputan6.com, Selasa (18/4/2023).

Fahmi menjelaskan ada beberapa faktor yang mesti dievaluasi. Pertama, kompetensi dan kesiapan soal dukungan data terkait dengan situasi dan kondisi medan yang ada.

"Hal yang perlu dievaluasi di antaranya soal kompetensi dan kesiapan prajurit terkait situasi dan medan tempur yang penting untuk diperhatikan," ujarnya.

Kedua, soal keamanan dan lalu lintas informasi terkait misi penyelamatan pilot Susi Air. Hal ini merujuk pada kerahasiaan informasi operasi yang seharusnya bisa menjadi pertimbangan agar tidak diketahui oleh pihak lawan atau penyandera.

"Selanjutnya soal keamanan dari operasi, kemudian kerahasiaan soal arus lalu lintas informasi yang terkait dengan pelaksanaan tingkat operasi. Hal ini juga patut dijadikan perhatian sebelum pelaksanaan operasi-operasi di Papua tersebut," kata Fahmi.

Kendati demikian, Fahmi menyadari baik pemerintah maupun TNI, keduanya menghadapi tantangan yang berat untuk bisa membebaskan pilot Susi Air, Philip Max Marthens, dari tangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.

Menurutnya, Medan pegunungan menjadi salah satu tantangan atau kesulitan pemerintah dan TNI dalam misi penyelamatan pilot Susi Air tersebut.

"Kesulitannya pasti ada. Apalagi ini di Medan pegunungan, pasti kontur secara fisik geografis akan menyulitkan. Kemudian hutan rimba belantara juga cuaca yang sering berubah-ubah secara ekstrem, itu juga yang menjadi penyulit," ucapnya.

Lebih lanjut, Fahmi menilai, upaya persuasif pemerintah hingga saat ini tetap harus terus didorong oleh penegak hukum khususnya TNI-Polri untuk memberikan penguatan dalam upaya-upaya negosiasi yang sudah berjalan. Hal ini bertujuan untuk dapat menekan tanpa adanya korban berguguran.

"Adapun terkait langkah persuasif yang dilakukan pemerintah. Tentunya TNI-Polri harus memberikan dukungan khususnya dalam upaya-upaya mendekati sasaran dan melihat peluang-peluang dalam melakukan penyelamatan, agar dapat meningkatkan posisi tawar pemerintah dalam negosiasi yang sedang berjalan," Fahmi menandasi.

Infografis Misi Penyelamatan Pilot Susi Air dari Sandera KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Misi Penyelamatan Pilot Susi Air dari Sandera KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)

Adapun Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani mendorong evaluasi menyeluruh kebijakan keamanan Papua usai satu prajurit TNI gugur dalam misi penyelamatan pilot Susi Air di Kabupaten Nduga. Menurutnya, kebijakan pemerintah saat ini tidak bisa menyelesaikan masalah keamanan di bumi Cendrawasih tersebut.

"Kesempatan ini sebaiknya menjadi momentum evaluasi secara menyeluruh kebijakan keamanan di Papua. Perlu ada kebijakan jelas dari Pemerintah Pusat karena faktanya eskalasi gangguan keamanan di Papua tidak bisa lagi diselesaikan dengan cara-cara biasa seperti yang dilakukan selama ini," ujarnya kepada wartawan, dikutip Selasa (18/4/2023).

"Pertanyaannya apakah kebijakan itu sudah dirumuskan pemerintah? Atau mungkin ada tapi bersifat parsial dalam skala kecil untuk merespon kasus demi kasus saja?" imbuhnya.

Christina berpandangan perlu peta besar solusi gangguan keamanan Papua. Fokus Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pendekatan pembangunan ekonomi belum memberikan penekanan pada aspek gangguan keamanan.

"Kami berpendapat peta besar solusi gangguan keamanan di Papua harus segera dirumuskan. Beberapa kali Presiden ke Papua dan berfokus pada pendekatan pembangunan (ekonomi) tapi kurang memberi penekanan pada aspek gangguan keamanan," ujar Christina.

Politikus Golkar ini mengingatkan jangan sampai ada lagi prajurit atau warga yang jatuh menjadi korban.

"Kita tidak ingin ada prajurit lagi yang gugur dan jangan lagi jatuh lebih banyak korban warga sipil," sambungnya.

Menurut Christina Perpres Pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme perlu segera diundangkan. Karena posisi TNI di Papua hanya mendukung operasi penegakan hukum Polri. Sementara pemerintah telah menyebut KKB sebagai kelompok teroris sejak 29 April 2021.

"Sehingga jelas peran seperti apa yang bisa dilakukan TNI. Kami membaca prajurit sering mengalami dilema ketika dikaitkan dengan HAM, padahal situasi di Papua saat ini bisa disebut dalam kondisi perang. Personil TNI dan Polri menjadi korban, warga sipil menjadi korban. Sampai kapan ini mau dibiarkan? Kami menunggu keseriusan Pemerintah," pungkasnya.

 

Operasi Lawan KKB Naik Jadi Siaga Tempur Darat

Panglima TNI
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (Dok: Puspen TNI)

Diketahui, Panglima TNI telah menaikkan status siaga tempur di Papua buntut penyerangan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang mengakibatkan satu personel atas nama Pratu Miftahul Arifin gugur.

"Artinya ditingkatkan dari yang tadi itu soft approach menghadapi serangan yang seperti ini, yang seperti terjadi tanggal 15 April lalu," kata Yudo di Lanud Yohanis Kapiyau Timika, Papua, Selasa (18/4/2023).

"Tentunya kita tingkatkan menjadi siaga tempur untuk pasukan kita. Sehingga, naluri tempurnya terbangun untuk itu," sambungnya.

Yudo mengatakan pihaknya tetap mendahulukan operasi penegakan hukum dengan soft approach, namun dengan tewasnya 1 prajurit TNI maka statusnya ditingkatkan menjadi siaga tempur.

"Tapi tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di wilayah tertentu ya kita ubah menjadi operasi siaga tempur," sambungnya.

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyayangkan keputusan yang diambil oleh TNI tersebut. Kebijakan itu dinilainya akan memberikan dampak yang besar bagi Papua dan tidak membuat kekerasan di Papua menjadi terhenti.

“Selama puluhan tahun, Jakarta menerapkan pendekatan keamanan dalam mengatasi konflik di Papua, selama itu pula korban terus berjatuhan. Pendekatan keamanan terbukti tidak menyelesaikan kekerasan di Papua. Namun negara tidak pernah belajar dari pengalaman ini,” kata dia, Selasa (18/4/2023).

“Kami menyayangkan keputusan Panglima TNI yang menaikkan status operasi TNI menjadi siaga tempur. Status siaga tempur ini merupakan keputusan dengan dampak yang besar dan hingga diumumkan Panglima TNI, belum ada keputusan politik dari negara terkait status ini," kata dia.

Terlebih lagi pemberlakuan siaga tempur ini meningkatkan risiko keselamatan warga sipil di sana dan juga pilot Susi Air asal Selandia Baru, Phillip Mehrtens, yang masih disandera kelompok pro-kemerdekaan pimpinan Egianus Kogoya.

"Potensi pelanggaran HAM dengan korban jiwa juga makin besar, apabila kita merujuk pada insiden kekerasan empat tahun belakangan ini. Dan korbannya tidak hanya warga sipil, namun juga dari kalangan aparat keamanan," ujar dia.

Secara otomatis, dia menjelaskan, status ini pun berisiko menimbulkan eskalasi kekerasan di Papua. Ia mengingatkan bahwa kondisi HAM di Papua sudah sangat mengkhawatirkan.

"Kami mencatat dalam lima tahun terakhir setidaknya sudah 179 warga meninggal dalam puluhan kasus pembunuhan di luar hukum yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok pro-kemerdekaan Papua," ujar dia.

Untuk itu, pihaknya menyerukan agar aparat keamanan segera menghentikan operasi militer dengan status siaga tempur TNI. Ia mengimbau agar mengedepankan pendekatan dialog dengan kelompok pro-kemerdekaan dan pihak-pihak terkait untuk mencegah potensi pelanggaran HAM dan krisis kemanusiaan yang lebih besar.

“Kami juga mendesak agar proses pembebasan sandera dilakukan tanpa menimbulkan korban sipil,” ujar dia.

 

Infografis Panglima TNI Tingkatkan Operasi di Nduga Jadi Siaga Tempur. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Panglima TNI Tingkatkan Operasi di Nduga Jadi Siaga Tempur. (Liputan6.com/Trieyasni)

Sudah saatnya TNI-Polri Bersikap Tegas ke KBB

Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan, kedamaian Papua merupakan agenda besar Pemerintah untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan, dan menghentikan konflik yang berkepanjangan.

“Wapres mengimbau kepada segenap aparat keamanan yang tengah bertugas di Papua agar tidak gentar akibat kejadian ini, sembari tetap waspada, tabah dan berani dalam menghadapi tindak kekerasan dari KKB,” kata Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi dalam keterangannya, Selasa (18/4/2023).

Ma’ruf menegaskan, kini saatnya TNI dan Polri bersikap tegas terhadap KKB.

“Saatnya bersikap tegas dalam melakukan penyisiran dan pengejaran terhadap kelompok KKB secara tepat dan tidak mengganggu rakyat sipil,” kata Masduki.

“Wapres yakin bahwa saudara-saudara rakyat sipil Papua juga mengutuk keras segala tindakan brutal dan pergerakan KKB yang telah merusak sendi-sendi keharmonisan dan kedamaian di tengah-tengah rakyat Papua, khususnya Papua Pegunungan,” sambung Masduki.

Ma’ruf, kata Masduki, mengecam keras tindakan kekerasan oleh KKB, yang kembali merenggut nyawa seorang prajurit TNI di tengah perjuangannya melindungi rakyat dan misi kemanusiaan yakni menyelamatkan pilot Susi Air yang masih disandera KKB.

“Wapres turut merasakan kehilangan ini yang merupakan ujian berat bagi keluarga dan rekan-rekan prajurit TNI yang ditinggalkan,” kata Masduki.

Tak lupa, Ma’ruf juga mendoakan semoga Pratu Miftahul Arifin yang gugur di medan laga sebagai seorang pahlawan bangsa, diterima segala amal baktinya dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT.

“Kepada keluarga dan rekan-rekan TNI yang ditinggalkan, semoga diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini. Wapres yakin, semangat patriotisme dan cinta tanah air yang telah diwariskan oleh Pratu Miftahul Arifin akan tetap melekat dan terus hidup dalam diri kita semua,” pungkasnya.

Disorot Media Asing

Kabar terbaru mengenai penyanderaan pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) yang dilakukan oleh  Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penyanderaan pilot Susi Air ini sudah berlangsung selama 4 pekan.
Kabar terbaru mengenai penyanderaan pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penyanderaan pilot Susi Air ini sudah berlangsung selama 4 pekan.

Kabar misi penyelamatan pilot Susi Air itu mencuri perhatian dunia, sejumlah media asing turut menyorotinya.

Salah satu media Asia dari Hong Kong, Asia Times, memuat kabar misi berdarah penyelamatan pilot Susi Air itu dengan "Reports of deadly ambush in Papua shake Indonesian military".

"Pemberontak Papua dilaporkan telah membunuh atau menangkap hingga 15 tentara Indonesia dalam penyergapan di dataran tinggi yang diselimuti kabut dan dekat dengan tempat orang-orang suku bersenjata menyandera seorang pilot Selandia Baru selama lebih dari dua bulan. Jika benar, ini adalah salah satu kemunduran militer terburuk di Indonesia, menimbulkan kekhawatiran akan pembalasan besar-besaran karena pasukan keamanan mencari tentara yang hilang, yang sebagian besar diyakini anggota elit Pasukan Khusus Indonesia (Kopassus)," sorot Asia Times dalam pemberitaannya tertanggal 17 April 2023 yang dikutip Selasa (18/4/2023).

Media Turki TRT World melalui artikel "Separatists ambush Indonesian military in Papua New Guinea", mengangkat seorang prajurit yang gugur. "Separatis bersenjata telah menyergap sekelompok tentara Indonesia yang mencari pilot Selandia Baru yang diculik di wilayah Papua, menewaskan sedikitnya satu orang," menurut pihak TNI.

Sementara itu media Inggris The Telegraph dengan pemilihan angle berita serupa mengangkatnya melalui tulisan bertajuk "Papua rebels kill six troops on rescue mission for New Zealand pilot". Orang-orang bersenjata separatis membunuh pasukan yang mencari Phillip Mehrtens, sorot media itu.

Media Inggris lainnya, BBC, menyoroti isu prajurit TNI diserang KKB dengan artikel "Papua: At least one killed in hunt for kidnapped NZ pilot Philip Mehrtens". Sesuai dengan keterangan pihak berwenang yang menyebut setidaknya satu tentara Indonesia tewas dalam serangan pemberontak saat mencari pilot Selandia Baru yang diculik di wilayah Papua.

Sedangkan The Guardian yang juga dari Inggris, menyebut ada enam prajurit yang terbunuh dalam misi pembebasan pilot Susi Air melalui artikel dalam tulisan yang diberi judul "Six soldiers killed, 30 missing in attempt to rescue kidnapped pilot in West Papua".

Sorot Jumlah Korban Simpang Siur

Media Timur Tengah Al Jazeera dalam artikel "Papua rebels ambush Indonesian troops looking for kidnapped pilot" juga menyoroti misi berdarah dalam rangka penyelamatan pilot Susi Air, Philip Mark Merthens.

Dalam artikel yang dimuat tanggal 17 April, Al Jazeera menyebut separatis di wilayah Papua Indonesia telah membunuh sembilan tentara dalam penyergapan, tetapi militer mengatakan satu tentara tewas selama operasi pencarian untuk menemukan pilot Selandia Baru yang diculik.

Al Jazeera kemudian mengutip juru bicara militer Indonesia Julius Widjojono pada Minggu 16 April, tentara diturunkan ke beberapa lokasi dalam pencarian pilot Susi Air Phillip Mehrtens dan mengalami kesulitan komunikasi karena cuaca buruk.

Media Negeri Jiran, Malay Now, turut memberitakan melalui "Soldier killed as separatists ambush military in Indonesia's Papua".

Dari Amerika Serikat (AS), media NY Breaking mengangkat isu tersebut dengan "Papua Rebels Ambush Indonesian Troops Looking For Kidnapped Pilot".

AP yang juga dari AS, dengan angle serupa mengangkat isu tersebut melalui "Indonesian troops killed in battle with separatists in search for kidnapped New Zealand pilot".

Sedangkan dari Australia, ABC.net.au, menyebut banyak orang hilang dalam misi penyelamatan sang pilot Susi air dengan tulisan bertajuk "Rebel gunmen attack Indonesian troops searching for New Zealand pilot Phillip Mehrtens, leaving dozens missing".

Teman Pilot Susi Air Kecewa

Pilot Susi Air Kapten Philips M sedang bersama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Pilot Susi Air Kapten Philips M sedang bersama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Seorang teman pilot Susi Air yang disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua angkat bicara soal misi pencarian temannya tersebut. Dia mengaku kecewa dengan upaya terakhir yang telah dilakukan oleh Pemerintah dan penegak hukum Indonesia.

Seorang teman Phillip Mehrtens, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada media Stuff.Nz yang dikutip Selasa (18/4/2023) bahwa dia terkejut karena selama dua bulan upaya penyelamatan belum mengembalikan temannya, pilot Susi Air yang diculik.

"Ini mengecewakan. Saya baru saja menunggu kabar bahwa dia telah berhasil diekstradisi. Saya punya teman di militer yang mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan Selandia Baru. Mereka tidak terlatih untuk situasi seperti ini," jelas teman Kapten Phillip Mehrtens.

Dia mempertahankan sikap "optimisme yang hati-hati" tentang kembalinya Mehrtens.

"Saya yakin keluarga hanya ingin dia pulang," katanya.

Sementara itu, sejauh ini belum ada komentar dari pihak keluarga yang diberitakan. Kendati demikian beberapa waktu lalu bos pilot Susi Air menggambarkan Mehrtens sebagai "pilot terbaik", dengan seorang istri yang penuh kasih dan seorang putra yang masih kecil.

Pendiri Susi Air dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Susi Pudjiastuti mengatakan kepada NZHerald, Mehrtens adalah salah satu pilot terbaik maskapai tersebut. Ia mengatakan putrinya telah berbicara dengan istri Mehrtens yang pasti sedang mengalami masa "sangat sulit".

Mehrtens diketahui memiliki seorang putra kecil yang berusia sekitar 5 tahun. Kepala pilot dan direktur operasi telah menghubungi keluarga tersebut, kata Susi.

Seorang teman dan mantan kolega menggambarkan Mehrtens sebagai pria yang "pendiam dan serius" yang berasal dari Christchurch.

Mehrtens menikah dengan wanita keturunan Indonesia dan sudah cukup lama tinggal di negara asalnya. Dia fasih berbahasa Indonesia, bahasa utama yang digunakan di Indonesia.

"Ini akan bermanfaat baginya dalam situasi ini," kata Susi kepada NZHerald.

"Ada persentase tinggi ekspatriat yang bekerja di Susi Air. Ini adalah salah satu perusahaan terbaik di Indonesia dan mereka menjaga pilot mereka," kata mantan rekan Mehrtens. "Saya yakin mereka akan melakukan yang terbaik untuk membantunya."

Infografis Ragam Tanggapan Misi Penyelamatan Pilot Susi Air di Nduga. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Misi Penyelamatan Pilot Susi Air di Nduga. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya