Liputan6.com, Bandung - Pagi itu tim Liputan6.com berkesempatan melihat lebih dekat dan jelas Sesar Lembang, patahan atau sesar aktif yang berpotensi menyebabkan gempa di wilayah Jawa Barat. Patahan ini membentang sepanjang 29 kilometer dan berlokasi sekitar 8 kilometer dari sisi utara Kota Bandung.
Didampingi peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto, Liputan6.com melihatnya dari Gunung Putri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Baca Juga
Kami berangkat dari Dago Atas, Kota Bandung pukul 04.30 WIB. Karena masih pagi, jalanan menuju Lembang masih sangat lancar tanpa ada kemacetan. Maklum, Lembang merupakan salah satu lokasi wisata yang didatangi wisatawan yang membuat wilayah tersebut seringkali terjadi kemacetan.
Advertisement
Setelah perjalanan kurang lebih 45 menit kami sampai di lokasi. Untuk melihat lebih dekat Sesar Lembang, tim Liputan6.com harus berjalan sekitar 20 menit dengan jalanan menanjak. Sesekali kami berhenti untuk mengatur napas. Sebab biasanya di Jakarta hanya menjumpai jalanan yang mendatar.
Saat sampai di puncak Gunung Putri ternyata banyak wisatawan sedang berkemah. Benar saja, pemandangan yang disuguhkan memang memikat mata. Pemandangan perbukitan yang indah terbentang sangat indah bersamaan dengan terbitnya matahari. Kabut tebal juga menyelimuti Lembang pagi itu.
Permukiman padat penduduk tampak mewarnai berbagai sisi perbukitan di depan Gunung Putri. Tepat di balik perbukitan tersebut samar terlihat permukiman Ibu Kota Jawa Barat.
Kata Eko, perbukitan yang kami lihat tersebut merupakan jalur yang dilewati oleh Sesar Lembang. Secara morfologi, sesar aktif tersebut membentuk perbukitan memanjang dari timur sekitar bawah kaki Gunung Manglayang sampai ke barat hampir Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Terbentuk 200 Ribu Tahun yang Lalu
Awal mula terbentuknya Sesar Lembang tidak secara bersamaan. Untuk sisi sebelah timur terbentuk sekitar 180.000-200.000 tahun yang lalu bersamaan dengan sebuah peristiwa letusan Gunung Api Sunda Purba. Kemudian sisi barat terbentuk sekitar 50.000-60.000 tahun yang lalu bersamaan dengan letusan gunung.
"Tapi bukan lagi Gunung Sunda Purba, boleh dikatakan Proto Tangkubanperahu. Jadi, awal mula terbentuknya Tangkubanperahu yang sebenarnya boleh dikatakan adalah anak dari Gunung Sunda Purba," kata Eko kepada Liputan6.com.
Menurut Eko, masyarakat setempat telah mengenali bukit itu dengan berbagai sebutan. Salah satunya yaitu Pasirhalang. Kemunculan bukit tersebut menghalangi pandangan dari Lembang ke Kota Bandung.
Sesar Lembang Lewati Sejumlah Infrastruktur di Wilayah Bandung
Berdasarkan petanya, Sesar Lembang ini diketahui melewati sejumlah infrastruktur penting. Jika dilihat dari Gunung Putri tampak Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Sespim Polri, observatorium Bosscha, hingga Pusdik Kowad.
Kemudian, ke arah barat ada pula Sekolah Polisi Negara (SPN), gedung pernikahan, hingga sejumlah tempat wisata. Antara lain Tebing Keraton, The Lodge, Maribaya Hot Spring, Gunung Batu, hingga Bukit Bintang.
Lanjut dia, Pulau Jawa bagian selatan terdapat interaksi antara lempeng Samudera Pasifik dan Benua Eurasia menyebabkan tekanan yang ditimbulkan memberikan energi pada sesar aktif, termasuk Sesar Lembang. Akibatnya Sesar Lembang tersebut bergerak secara periodik meskipun periodesasinya tidak selalu tetap jangka waktunya.
Hingga saat ini Sesar Lembang masih terus bergerak dan gerakan tersebut menghasilkan gempa bumi. "Secara potensial dan sebenarnya juga terbukti dari penelitian geologi yang saya lakukan di tahun 2009-2010, itu bisa menghasilkan gempa hingga skala 7. Yang terekam di dalam sejarah geologi dalam paritan yang saya buat itu sampai 6,8 (meter)," papar dia.
Ketika nantinya gempa terjadi, Eko mengkhawatirkan wilayah yang berada di cekungan Bandung. Salah satu wilayah yang berada dalam cekungan tersebut yaitu Kota Bandung. Secara keseluruhan jumlah penduduk di wilayah tersebut mencapai 9 juta jiwa.
"Sehingga kalau di satu masa di waktu yang akan datang sesar ini bergerak, dia akan memberikan ancaman terhadap hampir 10 juta penduduk yang tinggal di Kota Lembang, maupun yang ada di cekungan Bandung. Nah itu yang kemudian perlu menjadi perhatian kita karna kalau itu terjadi tentunya korban dan kerusakannya sangat besar," jelas Eko.
Advertisement