Ada Kenaikan ISPA di Jakarta Akibat Polusi Udara, Khususnya pada Balita

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Bud Hartono membenarkan adanya kenaikan angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Ibu Kota akibat polusi udara. Kenaikan jumlah penderita ISPA terjadi pada balita.

oleh Putu Merta Surya PutraWinda Nelfira diperbarui 28 Agu 2023, 20:35 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2023, 20:00 WIB
Polusi Udara Tingkatkan ISPA
Belakangan ini tingkat kualitas udara di Jakarta sedang buruk. Salah satu imbas yang bisa muncul dari buruknya kualitas udara tersebut adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Bud Hartono membenarkan adanya kenaikan angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Ibu Kota akibat polusi udara. Kenaikan jumlah penderita ISPA terjadi pada balita.

"Memang benar ISPA ada kenaikan sedikit, 24 sampai 31 persen khususnya balita," kata dia dalam konferensi pers membahas Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek di akun YouTube, Sekretariat Presiden, Senin (28/8/2023).

Oleh sebab itu, Heru mengimbau kepada anak-anak agar menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. "Jadi kami mengimbau anak-anak kecil kalau bisa keluar rumah bisa menggunakan masker," kata Heru.

Sebelumnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga 28 Agustus 2023 disebutkan bahwa di Jabodetabek meningkat. Kasus ISPA mencapai di atas 200.000 per bulan.

Data ISPA ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu. Hal ini, kata dia disebabkan oleh polisi udara di Jabodetabek yang belakangan memburuk.

"Kita tahu isu polusi udara di Jabodetabek. Faktanya, terjadi peningkatan masalah terkait dengan polusi udara dan seiring dengan itu data kami di surveilans penyakit menunjukkan peningkatan kasus ISPA yang dilaporkan di Puskesmas maupun rumah sakit," papar Maxi saat 'Press Briefing-Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat' di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Senin (28/8/2023).

"Itu per bulan rata-rata di atas 200.000 kasus," sambung dia.

 

Kemenkes Tak Mungkin Bekerja Sendiri

Maxi menegaskan, untuk penanganan masalah polusi udara Kemenkes tak mungkin bekerja sendiri.

Dia menyebut butuh kerja sama lintas kementerian dan lembaga terkait.

"Butuh kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait. Tugas kami di Kementerian Kesehatan yang pertama adalah yang kita lakukan adalah melakukan edukasi kepada masyarakat," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya