Mengenal Cap Go Meh yang Jadi Rangkaian Acara Terakhir saat Perayaan Imlek

Perayaan Tahun Baru Imlek telah diperingati oleh masyarakat Tionghoa pada Sabtu 10 Februari 2024. Tak hanya Imlek, ada serangkaian acara yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Indonesia dan seluruh dunia, salah satunya adalah Cap Go Meh.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 25 Feb 2024, 14:35 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2024, 14:35 WIB
Perayaan Cap Go Meh di Kawasan SCBD
Sejumlah seniman budaya Tionghoa mengikuti kirab budaya Festival Cap Go Meh di kawasan SCBD, Jakarta, Sabtu (24/2/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Tahun Baru Imlek telah diperingati oleh masyarakat Tionghoa pada Sabtu 10 Februari 2024. Tak hanya Imlek, ada serangkaian acara yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Indonesia dan seluruh dunia, salah satunya adalah Cap Go Meh.

Cap Go Meh yang juga dikenal sebagai Festival Lentera atau Yuan Xiao Jie juga dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Lantas, apakah itu Cap Go Meh? Perayaan Cap Go Meh merupakan puncak acara Imlek yang jatuh pada malam kelima belas.

Perayaan ini menandai akhir dari rangkaian perayaan Imlek atau Tahun Baru Tionghoa yang dimulai sejak tanggal 1 hingga 15 pada bulan pertama kalender lunar.

Kebanyakan orang hanya mengetahui Cap Go Meh adalah perayaan yang diadakan oleh masyarakat Tionghoa dua minggu setelah Tahun Baru Imlek.

Cap Go Meh bukan hanya itu, karena perayaannya di Indonesia juga memiliki makna yang dalam. Sejarah perayaan Cap Go Meh juga sudah dilakukan selama ratusan tahun lamanya.

Bagaiman sejarahnya? Cap Go Meh berasal dari Dinasti Han. Saat itu, kekuasaan berada di tangan Kaisar Ming. Suatu hari ia menerima kabar bahwa banyak biksu yang sengaja menyalakan lentera pada hari ke-15 kalender china.

Hal ini dilakukan hanya untuk menghormati sang Buddha. Akibatnya, Kaisar Ming memerintahkan semua kuil, rumah, dan istana untuk menyalakan lentera malam itu. Ritual ini awalnya dilakukan terutama oleh penganut agama Buddha.

Salah satu ciri khas perayaan ini adalah penggunaan lampion berwarna-warni yang menghiasi langit malam. Lampion-lampion ini melambangkan keberuntungan dan harapan untuk tahun yang baru.

Dan pada 2024 ini, mengingat Hari Imlek 2024 dirayakan pada 10 Februari, maka Cap Go Meh 2024 diselenggarakan pada Sabtu 24 Februari. Saat tanggal ke 15, langsit memiliki bulan purnama yang paling terang sinarnya dan cocok untuk merayakan Cap Go Meh 2024.

Berikut mengenal lebih jauh acara Cap Go Meh, puncak perayaan Tahun Baru Imlek oleh masyarakat Tionghoa dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:

 

Sejarah Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh di Kawasan SCBD
Festival Cap Go Meh tersebut digelar sebagai puncak perayaan Tahun Baru Imlek Naga Kayu 2575. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Cap Go Meh, juga dikenal sebagai festival lantern atau Yuan Xiao Jie. Merupakan perayaan yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Pengertian Cap Go Meh adalah malam ke-15. Pada malam kelima belas setelah perayaan Tahun Baru Imlek Perayaan ini menandai akhir dari rangkaian perayaan Imlek atau Tahun Baru Tionghoa yang dimulai sejak tanggal 1 hingga 15 pada bulan pertama kalender lunar.

Cap Go Meh berasal dari Dinasti Han. Saat itu, kekuasaan berada di tangan Kaisar Ming. Suatu hari ia menerima kabar bahwa banyak biksu yang sengaja menyalakan lentera pada hari ke-15 kalender china.

Hal ini dilakukan hanya untuk menghormati sang Buddha. Akibatnya, Kaisar Ming memerintahkan semua kuil, rumah, dan istana untuk menyalakan lentera malam itu. Ritual ini awalnya dilakukan terutama oleh penganut agama Buddha.

Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini menjadi festival besar bagi seluruh etnis Tionghoa. Cap Go Meh jatuh pada tanggal 15 bulan pertama kalender lunar, yang biasanya bersamaan dengan purnama.

Salah satu ciri khas perayaan ini adalah penggunaan lampion berwarna-warni yang menghiasi langit malam. Lampion-lampion ini melambangkan keberuntungan dan harapan untuk tahun yang baru.

Perayaan ini juga identik dengan tradisi memasak dan menyantap makanan khas Tionghoa, seperti bakpao, lumpia, dan mie. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan menyantap makanan-makanan ini, mereka dapat mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan di tahun yang baru.

 

Cap Go Meh Berisi Nilai Keberagaman

Kemeriahan Imlek di Sea World Ancol
Barongsai biasanya tampil pada berbagai acara, termasuk festival dan perayaan Imlek (Tahun Baru Tionghoa) dan Cap Go Meh. (merdeka.com/Arie Basuki)

Selain itu, Cap Go Meh juga sering diisi dengan pertunjukan seni budaya, tarian naga, dan barongsai. Masyarakat Tionghoa dan non-Tionghoa alike berkumpul untuk menyaksikan atraksi ini, menciptakan suasana meriah dan penuh keceriaan.

Perayaan Cap Go Meh tidak hanya menjadi milik komunitas Tionghoa, tapi juga mencerminkan semangat toleransi dan keberagaman budaya di masyarakat.

Banyak orang dari berbagai latar belakang ikut merayakan dan menikmati keindahan tradisi ini, memperkaya kehidupan sosial di tengah masyarakat yang heterogen.

Dengan mengenang dan merayakan Cap Go Meh, kita dapat memahami lebih dalam nilai-nilai kebersamaan, keberagaman, dan keharmonisan yang menjadi bagian penting dari budaya Tionghoa.

 

Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh di Kawasan SCBD
Cap Go Meh diselenggarakan pada hari ke-15 pada bulan pertama penanggalan China. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Cap Go Meh dalam dialek Hokkien, memiliki arti yaitu 'Cap Go ' berarti 'kelima belas' dan ' Meh ' berarti 'malam'. Saat itulah langit memiliki bulan purnama paling terang.

Selama Dinasti Han (206 SM-221 M), acara ini diadakan secara eksklusif oleh keluarga kerajaan untuk menunjukkan rasa hormat kepada Thai Yi, Dewa tertinggi di langit.

Namun, setelah era Dinasti Han berakhir, menjadi milik umum, dirayakan dengan banyak lampion sebagai simbol kekayaan, diiringi Barongsai (tarian barongsai) dan tarian Naga, serta petasan untuk mengusir roh jahat. Merupakan perayaan untuk menutup perayaan panjang Tahun Baru China, perlu diketahui bahwa perayaan Cap Go Meh Berbeda dari Imlek.

Tahun Baru Imlek sering dirayakan dengan berdoa ke kuil-kuil untuk memanjatkan doa keselamatan dan berkah di tahun baru. Setelah itu, saya baru berkumpul dan makan bersama keluarga. Sedangkan pada saat Cap Go Meh, masyarakat membawa sesajen berupa kue keranjang dan melakukan doa kue keranjang untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan.

Orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa jika anak-anak tidak makan kue keranjang, matanya akan menjadi tebal. Nah, hingga saat ini masih banyak orang yang membawa sesajian bakul saat Cap Go Meh. Setelah itu tentunya ada snack kue yang bisa dimakan langsung atau digoreng. Kue keranjang pun bisa dibagikan secara gratis kepada penduduk sekitar.

Sedangkan pada Cap Go Meh sebelumnya dilakukan secara tertutup di kalangan tertentu saja dan belum diketahui masyarakat umum. Festival ini diadakan pada malam hari, sehingga harus menyediakan banyak lampion dan berbagai macam lampu warna-warni. Lampu adalah tanda kesejahteraan bagi semua anggota keluarga.

Jadi, Cap Go Meh sering disebut Festival Lampion. Saat Dinasti Han berakhir, Cap Go Meh mulai dikenal masyarakat. Saat Cap Go Meh, masyarakat bisa melihat foya-foya sambil merasakan pemandangan lampion yang telah diberi banyak hiasan. Saat Cap Go Meh, masyarakat akan menyaksikan tarian Barongsai dan Liong (naga), berkumpul untuk bermain game penuh teka-teki, dan makan onde-onde.

Sepanjang perayaan, tentunya akan dimeriahkan dengan kehadiran kembang api dan petasan. Uniknya kata Barongsai bukan berasal dari China melainkan berdasarkan kata 'barong' yang merupakan bahasa Jawa dan kata 'say' yang artinya singa dalam logat Hokkian. Barongsai adalah simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan kesejahteraan.

Sementara Singa dianggap sebagai simbol dominasi atau kekuatan, menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, keluarga akan menjadi yang terbesar jika anak mereka muncul di Tahun Naga. Onde-onde sudah dimakan saat Cap Go Meh sering dibuat ramai oleh seluruh anggota keluarga, terutama ibu-ibu dan anak-anak.

Pada umumnya, begitulah yang dilakukan orang Tionghoa saat merayakan Cap Go Meh. Di banyak daerah, Cap Go Meh dilakukan dengan tradisi yang unik. Contohnya saat Cap Go Meh, kamu bisa mencari jodoh di Pulau Kemaro, Palembang. Selama di Singkawang, anda bisa merayakan Cap Go Meh dengan menyaksikan parade Tatung untuk mengusir roh jahat.

Infografis Pasang Surut Cap Go Meh di Indonesia
Infografis Pasang Surut Cap Go Meh di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya