Liputan6.com, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Jawa Barat menyebut bahwa 113 rumah rusak akibat gempa magnitudo 6,2 di Garut. Kerusakan rumah tersebut tersebar di 24 kecamatan.
"Rumah terdampak 113 unit, empat rusak berat, 12 rusak sedang, 34 rusak ringan, sisanya masih belum terkategori," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefuloh di Garut dilansir dari Antara, Senin (29/4/2024).
Advertisement
Baca Juga
Ia menuturkan, Pemkab Garut sudah menetapkan status Tanggap Darurat Bencana untuk penanganan bencana alam gempa bumi di seluruh daerah yang terdampak.
Data kerusakan rumah itu, kata dia, masih bersifat sementara terkait jumlah maupun tingkat kategori kerusakan, yang saat ini daerah terdampak ada di 42 desa, empat kelurahan, dan tersebar di 24 kecamatan.
Selain rumah, lanjut dia, ada juga 14 fasilitas umum atau infrastruktur yang rusak akibat gempa seperti bangunan rumah sakit, sekolah, dan masjid.
"Infrastruktur atau fasilitas terdampak 14 unit," ucap Aah.
Ia menyampaikan, dampak dari bencana gempa bumi itu tidak menimbulkan korban jiwa, hanya ada enam orang yang mengalami luka-luka dan sudah mendapatkan penanganan medis sampai akhirnya diperbolehkan pulang.
"Korban ada enam luka ringan," terang Aah.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, guncangan gempa bumi tektonik di Kabupaten Garut berkekuatan M 6,2 pada Sabtu 27 April 2024 tengah malam berpusat di laut 151 km barat daya Kabupaten Garut dengan kedalaman 10 km dan tidak berpotensi tsunami.
Adanya kejadian gempa dan menimbulkan dampak luas itu, kata dia, membuat Pemkab Garut menetapkan status Tanggap Darurat bencana alam selama 14 hari untuk memberikan perhatian khusus, mengucurkan biaya tidak terduga dalam menanggulangi daerah yang terdampak bencana.
Usai Gempa Garut, BMKG Minta Warga Waspadai Potensi Longsor dan Banjir Bandang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau, masyarakat di wilayah Kabupaten Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, dan sekitarnya mewaspadai potensi bencana longsor dan banjir bandang usai gempa bumi magnitudo 6,5 yang berpusat di Garut, Jawa Barat.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, getaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng di wilayah terdampak menjadi retak atau rapuh.
Kondisi tersebut menjadi berbahaya apabila terjadi hujan. Sebab air hujan yang meresap dikhawatirkan akan mendorong massa tanah atau batuan sehingga menyebabkan longsor.
"Kepada masyarakat kami mengimbau untuk tenang, namun tetap waspada apabila turun hujan baik dengan intensitas sedang hingga lebat. Secara khusus, masyarakat yang bertempat tinggal di lereng-lereng bukit, perbukitan, gunung, ataupun pegunungan dan daerah aliran sungai karena berpotensi terjadi longsor dan banjir bandang," kata Dwikorita.
Seperti dilansir Antara, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
Dwikorita meminta masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan, baik rusak sebagian, atau miring akibat terdampak gempa agar tidak menempatinya untuk sementara waktu. Mereka diimbau tinggal di tempat yang lebih aman.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal apakah cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah," kata Kepala BMKG.
Advertisement