Megawati Kritik Utang Makin Membengkak di Zaman Jokowi: Cara Bayarnya Gimana?

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengkritisi utang pemerintah yang kian membengkak pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 05 Jul 2024, 16:05 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2024, 16:05 WIB
Megawati Lantik Pengurus Baru DPP PDIP
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara pengambilan pengucapan sumpah janji jabatan pengurus DPP PDIP masa bakti 2019-2024 diperpanjang hingga 2025 di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (5/7/2024). Salah satu alasan perpanjangan kepengurusan itu karena Kongres PDI Perjuangan akan dilaksanakan pada 2025. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengkritisi utang pemerintah yang kian membengkak pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

Megawati menyinggung hal itu saat berpidato di acara pengambilan pengucapan sumpah janji jabatan pengurus DPP PDIP masa bakti 2019-2024 diperpanjang hingga 2025 di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (5/7/2024).

"Coba kamu itung dengan riil, tidak bohong. Sekarang yang namanya utang negara berapa? Mbok diulas-ulas yang bener gitu," kata Megawati.

Pemerintah, kata Megawati, harus mencarikan solusi untuk menyelesaikan persoalan utang negara. Bila tidak bisa diatasi dengan baik, Megawati khawatir akan memicu krisis.

"Pertanyaan saya, cara bayarnya nanti gimana? Kalau dalam geo politik tadi sama juga, ini saya khawatir krisis ekonomi. Kayak zaman saya nangani berhasil. Nanti kalau saya bilang gitu, Bu Megawati sombong. Buktinya berhasil. Saya dapat award dari CNBC," tuturnya.

"Kenapa kok katanya bisa pada waktu melunasi utang IMF. Itu susah banget, kan dari zaman Pak Harto. Sekarang saya nanya, kalau keadaan kayak gitu, so what? Lo mau ngapain, terus bayar utangnya tolong dihitung berapa lama?" ujar Megawati.

Megawati menambahkan, "dalam perencanaan kemarin utangnya Rp8.000 triliun. Triliun bukan itu perak."

Megawati meminta kritik ini jangan dipandang negatif. Apalagi dianggap telah berseberangan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, sebagai warga negara, punya tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan bangsa.

"Saya kalau ngomongin, Ibu Megawati sudah tidak ini dengan Pak Jokowi. Enggak. Ini harus dipikir semua karena persoalan bangsa bukan orang per orang. Kayak apa Rp8.500 triliun, dibayar pakai apa?" ujar Megawati.

"Pikir dah sono yang ahli-ahli ekonomi. Mbok ya inget bukan kepentingan Ibu Mega loh. Ini realita keadaan Indonesia masa kini. Pikirin, emangnya kita gak boleh pikirin? Sangat boleh," imbuh dia.

Megawati Singgung Pemanasan Global

Megawati Lantik Pengurus Baru DPP PDIP
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato di sela pelantikan pengurus DPP PDI Perjuangan masa bakti 2019-2024 yang diperpanjang hingga tahun 2025 di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (5/7/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam kesempatan itu, Megawati juga menyinggung isu pemanasan global. Menurut dia, pemerintah harus melakukan segala upaya untuk mengurangi pemanasan global.

"Belum lagi yang namanya global warming. Hayo mbok diulas kumaha itu. Boleh tanya sama Ibu Dwikora keadaan gimana? Mbok itu disiapkan. Beliau bilang, 'Ibu ini anomali, sulit diprediksi. Katanya juli itu masih hujan'. Padahal kalau ingat dari zaman dulu tidak hujan. BMKG mengatakan ini yang terjadi namanya musim kering, supaya rakyat tahu, kalau enggak ada air gimana?" ujar Megawati.

Karena itu, Megawati mengingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah kebijakan.

"Siapa pun pemerintahannya akan mempunyai dampak kalau tidak bisa menjalankan dengan baik. Mau ditulis gede, boleh. Itu pikirin," ucap Megawati Soekarnoputri.

 

Infografis Indonesia Negara Berkembang Pengutang Terbesar ke-6. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Indonesia Negara Berkembang Pengutang Terbesar ke-6. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya