Liputan6.com, Jakarta - Densus 88 Antiteror Polri menangkap dua orang terduga teroris di kawasan Jakarta Barat, pada Selasa, 6 Agustus 2024. Masing-masing terduga teroris yang ditangkap berinisial RJ dan AM.
Kabag Renim Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Pol Aswin Siregar mengungkapan, kedua terduga teroris yang ditangkap terafiliasi jaringan terorisme Daulah Islamiyah (DI) atau yang biasa dikenal dengan ISIS.
Baca Juga
"Ditangkap di wilayah Jakarta Barat, Jakarta. Yang bersangkutan atau kedua orang tersebut merupakan pendukung dari Daulah Islamiyah atau ISIS yang kita kenal," tutur Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).
Advertisement
Dalam penangkapan itu, Densus 88 turut menyita sejumlah barang bukti, antara lain satu unit senjata airsoft gun, bendara ISIS, beberapa jaket atau pakaian atribut ISIS, sejumlah pisau lipat, bahan peledak, bahan kimia, satu unit ponsel, dan beberapa senjata tajam lainnya.Â
Menurut Aswin, mereka mengunggah narasi-narasi dukungan dan propaganda terhadap ISIS di sosial media. Bahkan, keduanya diketahui mengibarkan bendera ISIS sambil memegang senjata disertai statement atau ajakan untuk mendukung keberadaan Daulah Islamiyah atau ISIS.
"Kemudian dalam pendalaman, berdasarkan penyidikan yang dilakukan kita ketahui dua orang ini telah merakit pula bahan peladak yang sudah diamankan penyidik Densus 88, namun hal ini patut menjadi perhatian kita kembali bahwa kedua orang ini tidak dalam jaringan teror yang aktif," ucap dia.
"Jadi mereka teradikalisasi, terpapar, dan kemudian memiliki niat untuk melakukan serangan tersebut, termotivasi dari kegiatan di sosial media," sambung Aswin.
Tangkap Pelajar Terduga Teroris di Malang
Sebelumnya diberitakan, Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap pelajar terduga teroris berinisial HOK (19) di Malang, Jawa Timur. Densus 88 pun mengungkap awal mula remaja tersebut terpapar ideologi ISIS hingga berujung keinginan melakukan bom bunuh diri.
Paham radikal tersebut nyatanya diterima HOK melalui sosial media (sosmed).
Kabag Renim Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Aswin Siregar merespons pertanyaan publik perihal remaja usia 19 tahun itu apakah benar pelaku murni atau ada yang mendalangi.
"Jadi kita mencoba melakukan profiling terhadap tersangka HOK, tersangka terduga teroris HOK ini memang sejak beberapa tahun terakhir tidak lagi mengikut pendidikan formal," ujar Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (5/8/2024).
"Dia memang pernah bersekolah di SDIT, kemudian setelah itu lebih banyak mengikuti pendidikan pendidikan informal sampai dengan jenjang SMA," sambung dia.
Â
Â
Advertisement
Kronologi Pelajar Terpapar ISIS
Menurut Aswin, kronologi yaitu HOK pada sekitar November 2023 lalu berinteraksi dalam sebuah grup sosial media yang membawanya termotivasi untuk mendalami Daulah Islamiyah.
"Jadi prosesnya sangat cepat, itu pengaruh dari media sosial tersebut. Yang bersangkutan bergabung dengan salah satu grup, kemudian di grup tersebut terjadi interaksi antara tersangka dengan seseorang, kemudian yang bersangkutan ditawarkan untuk ikut lagi ke grup sosmed yang lebih spesifik. Bahkan itu berbayar. Yang bersangkutan membayar dengan uang jajannya," terang dia.
Di dalam grup tersebut, lanjut Aswin, HOK mendapatkan banyak video yang terkait dengan propaganda ISIS hingga Daulah Islamiyah.
Seperti, kata dia, konten eksekusi, peperangan, aktivitas baiat, hingga rekaman berbagai penjelasan atas tindakan yang dilakukan ISIS disebut telah sesuai dengan syariat Islam.
"Jadi video-video ataupun konten-konten tersebut didapat melalui sebuah grup sosial media. Karena yang bersangkutan masih penasaran, bergabung lagi ke dalam beberapa grup telegram kelompok-kelompok radikal yang lintas negara, lintas negara," ungkap Aswin.
Â
Belajar Bikin Bom dari Medsos
Menurut Aswin, HOK juga bergabung dengan berbagai channel sosial media yang berisikan penjelasan bahwa pemerintah yang tidak menerapkan hukum Islam harus diperangi, konten syirik demokrasi, hingga video dan teks baiat kepada amir ISIS dan rekaman latihan perang Daulah Islamiyah.
"Kemudian tutorial cara menggunakan bahan-bahan pembuatan bahan peledak, seri-seri tauhid dalam versinya Daulah Islamiyah, kemudian beberapa musik atau lagu gitu ya yang berisi propaganda-propaganda," kata dia.
Memasuki April dan Mei 2024, lanjut Aswin, HOK mulai membeli barang yang merupakan bahan peledak untuk rakitan bom. Bahkan, kamarnya pun menjadi tempat uji coba perakitan bom, dan beralasan tengah bermain petasan ketika menimbulkan suara ledakan.
"Sehingga baru kemarin kita sama-sama lihat bahwa sebuah proses ya terjadi terhadap seorang remaja, dari mulai mendapatkan informasi salah tersebut, sampai dengan terpapar dan termotivasi untuk melakukan bom bunuh diri. Semuanya hanya dalam kurun waktu kurang lebih enam hingga tujuh bulan saja," Aswin menandaskan.Â
Advertisement