Kenakan Kebaya Kartini Merah di HUT ke-79 RI, Puan Maharani Simbolkan Emansipasi Wanita

Warna merah pada kebaya, melambangkan semangat yang menggelora dalam harmoni Nusantara.

oleh stella maris diperbarui 17 Agu 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2024, 14:29 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani
Ketua DPR RI Puan Maharani/Istimewa.

Liputan6.com, Kalimantan Timur Membacakan teks proklamasi adalah tugas Ketua DPR RI Puan Maharani di upacara peringatan HUT ke-79 RI, di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan, Sabtu (17/8). Puan mengenakan kebaya model Kartini berwarna merah maroon sebagai simbol emansipasi wanita. 

Ya, kebaya model Kartini dengan potongan kerah V tersebut dibuat karena terinspirasi dari warna sang Merah Putih. Warna merah pada kebaya, melambangkan semangat yang menggelora dalam harmoni Nusantara. Penampilan Puan dipercantik dengan tambahan bros gold disematkan di sisi kiri, untuk memberikan kesan anggun dan fresh. 

Kebaya kartini yang dikenakan Puan pun harmonis bersatu padu dengan selendang bermotif daun dan bunga yang senada dengan jarik (kain) batik bawahan kebaya. Kebaya ini merupakan koleksi pribadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu. Penampilan Puan semakin dipermanis dengan sanggul sederhana dan tas tangan kecil. 

Dalam momen HUT ke-79 RI, isu perempuan menjadi salah satu yang disoroti Puan. Secara khusus, Puan menekankan pentingnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Pesan Puan soal kesetaraan itu bahkan disampaikan dalam pidatonya di Sidang Bersama DPR-DPD RI 2024 pada Jumat (16/8). Pidato Puan soal isu perempuan ini bahkan mendapat sambutan antusias dari para anggota dewan dan tamu undangan sidang bersama itu.

"Pembangunan yang inklusif, juga memberikan ruang bagi Perempuan dalam Pembangunan," ujar Puan.

 

Ketua DPR RI Puan Maharani
Ketua DPR RI Puan Maharani/Istimewa.

Menurutnya, keikutsertaan perempuan bukanlah sebagai bentuk afirmatif. Puan menegaskan, keikutsertaan perempuan harus dilihat sebagai bentuk kesadaran bersama bahwa peran laki-laki dan perempuan setara kedudukannya dalam membangun bangsa dan negara. 

"Saat ini, masih banyak ditemukan cara pikir yang seperti ini: ‘The happiness of man is: I will. The happiness of woman is: he wills.’ Sehingga seolah-olah hanya ada: ‘His-story’, tidak ada ‘Her-story’. Cara pikir dan cara sikap yang seperti inilah yang harus diubah," kata mantan Menko PMK itu.

Menurut Puan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bukan didasarkan karena kebencian pada kaum laki-laki. Akan tetapi atas kesadaran bahwa harkat dan martabat manusia sama, baik laki-laki maupun perempuan. 

"Baik kulit putih maupun kulit hitam, baik rambut lurus maupun rambut keriting, harkat dan martabat manusia adalah sama," ujar Puan lagi. 

Tak hanya itu saja, Puan juga mengingatkan tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki harus tetap mengakui dan menghormati kodrat masing-masing. Puan menegaskan, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama untuk maju, sejahtera, berkarya, berprestasi, dan hak yang sama dalam pekerjaan serta jabatan-jabatan publik.

"Ayo perempuan Indonesia, tunjukkanlah bahwa kita adalah perempuan-perempuan hebat!" ucap Puan disambut standing ovation dari para peserta sidang bersama.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya