Liputan6.com, Cilegon Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Cilegon mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM). Salah satu upaya yang dilakukan dengan pengembangan perpustakaan yang ada di Kota Cilegon.
Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan DPK Cilegon Aay Jamilah mengatakan, saat ini jumlah perpustakaan di Kota Cilegon ada sebanyak 187 yang tersebar di sekolah, kantor kelurahan, kecamatan dan pojok baca digital.
Baca Juga
"Kita melakukan pendataan secara online maupun offline. Tapi kebanyakan kita menjemput bola dengan datang ke sekolah-sekolah dan mungkin kelurahan dan kecamatan yang mempunyai perpustakaan," kata Aay, sebagaimana dirilis Diskominfo Kota Cilegon, Rabu 9 Oktober 2024.
Advertisement
Selain itu, Aay mengatakan pihaknya juga melakukan evaluasi terhadap koleksi buku yang sudah ada, mengidentifikasi kebutuhan bahan bacaan yang belum tercukupi, serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan koleksi perpustakaan.
Aay menyebut ada tujuh faktor suatu daerah memiliki IPLM yang baik. Antara lain tentang pemerataan layanan perpustakaan, tingkat ketercukupan koleksi, tingkat ketercukupan tenaga perpustakaan, tingkat kunjungan masyarakat per hari, rasio perpustakaan yang dibina sesuai standar perpustakaan, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi dan rasio anggota perpustakaan.
"Untuk target IPLM ini tahun ini, kita diberi target dari Perpusnas untuk pencapaian di atas 12 skor yang harus dicapai. Dan untuk pencapaian Kota Cilegon, pada tahun 2023 ini memang dari provinsi yaitu mencapai skor yang pertama ya," katanya.
Tantangan Meningkatkan IPLM
Aay mengajak semua pihak agar terus berkomitmen dalam mengembangkan perpustakaan yang bermutu dan inklusif.
"IPLM yang masuk itu ya, tergantung dari perpustakaannya yang memasukkan atau berperan aktif dalam mendukung IPLM ini," paparnya.
Sementara itu, Sekretaris DPK Kota Cilegon Mochamad Iqbal menilai bahwa tantangan untuk meningkatkan IPLM terbilang cukup berat di tengah kemajuan teknologi komunikasi melalui internet dan media sosial.
"Sekarang generasi milenial itu maunya instan. Baca buku sudah jarang ada yang mau. Maunya baca medsos. Parahnya lagi banyak yang copy paste. Pokoknya serba instan seperti mie. Bikin kenyang tapi nggak sehat," ujarnya.
(*)
Advertisement