Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional 2024, Kementerian Agama mengklaim telah mewujudkan 1.000 madrasah inklusi. Madrasah inklusi yang tersebar di seluruh Indonesia ini diharapkan menjadi tempat menuntut ilmu yang kondusif bagi siswa-siswi penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian ini.
Baca Juga
"Setiap anak adalah kekasih Tuhan, dan siapa pun yang mencintai mereka akan mendapatkan keberkahan yang tak terhingga," kata Menteri Agama pada peringatan Hari Disabilitas 2024 di Jakarta pada Rabu malam (4/12/2024).
Advertisement
Kemenag perlu terus meningatkan populasi madrasah inklusi karena hal itu menjadi kewajiban negara mendidik anak-anak bangsa termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.
"Semangat inklusivitas dan keberagaman adalah simbol bahwa bangsa ini terus bergerak menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan,” tambah Nasar.
Pada kesempatan itu istri Menteri Agama, Helmi Halimatul Udhmah, didaulat menjadi Bunda Inklusi Kemanag. Dalam pidatonya, Helmi mengingatkan, setiap madrasah hendaknya dapat menerima siswa tanpa diskriminasi. Bukan hanya menerima tetapi juga memberikan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan siswa disabel.
Hal ini, imbuh Helmi, menjadi konsekuensi Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 1 Tahun 2024 tentang Akomodasi yang Layak bagi Penyandang Disabilitas.
"Dengan hampir 50.000 siswa penyandang disabilitas di madrasah, kita harus menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung potensi mereka," tegasnya.
Pastikan Negara Hadir
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad mengungkapkan, pihaknya terus meningkatkan jumlah madrasah disabel untuk memastikan negara hadir mendampingi anak-anak bangsa yang berkebutuhan khusus.
Rokhmad mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 55 ribu madrasah di seluruh Indonesia. Pada tahun 2021 jumlah madrasah disabel masih 77 unit, dan tahun ini telah jauh meningkat menjadi 1000 unit, dengan jumlah siswa disabel sekitar 50 ribu.
Sebanyak seribu madrasah inklusi tersebut adalah madrasah biasa yang sudah ditingkatkan fasilitasnya menjadi ramah disabel. Penambahan fasilitas tersebut di antaranya seperti kursi roda, ramp way, guiding block, literasi braille, komputer khusus dan berbagai aplikasi disable. Investasi untuk fasititas tersebut tidak murah.
"Kami akan terus berupaya agar madrasah menjadi tempat yang mendukung tumbuh kembang anak-anak istimewa, tempat mereka merasa diterima, dihargai, dan diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan potensi masing-masing," ujarnya.
Hal ini, lanjut Abu Rokhmad, menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo dalam hal kesetaraan pendidikan.
Advertisement