Ace Hasan Syadzily: Pak Prabowo Selalu Menekankan, Pemimpin Itu Harus Memberi Keteladanan

Lemhannas di bawah kepemimpinan Ace antara lain harus meningkatkan kualitas kajian yang dibutuhkan presiden dalam menentukan kebijakan strategis dalam lingkup nasional, regional, hingga global.

oleh Rinaldo diperbarui 16 Jan 2025, 17:03 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 17:03 WIB
ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tugas yang diemban Ace Hasan Syadzily usai dilantik sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Selasa (22/10/2024), tak main-main. Lemhannas di bawah kepemimpinan Ace antara lain harus meningkatkan kualitas kajian yang dibutuhkan presiden dalam menentukan kebijakan strategis dalam lingkup nasional, regional, hingga global.

Lahir di Pandeglang, Banten, pada 19 September 1976, pria Bernama lengkap Tubagus Ace Hasan Syadzily merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan KH Tb A. Rafei Ali dan Hj Siti Sutihat. Ace dibesarkan dalam tradisi pesantren yang kental dan aktivitas politik yang sangat kuat.

Sang ayah seorang pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah di Pandeglang dan juga aktivis serta pengurus DPD Golkar Pandeglang di era Orde Baru. Bahkan, Rafei Ali pernah menjadi Anggota DPRD dari Golkar selama 4 periode.

Usai menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, pada 1994 Ace melanjutkan pendidikan S1 pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Tidak sampai di situ, Ace juga melanjutkan pendidikan S2 bidang Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia yang diselesaikannya pada 2004. Tahun 2010 dia mengambil studi S3 bidang Ilmu Pemerintahan di FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung, yang diselesaikan pada 2014.

Di masa-masa kuliah itulah Ace menempa kemampuannya berorganisasi dan berpolitik. Dia tercatat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995-1997, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997-1988 dan menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1998-2000.

Dia juga ditempa secara intelektual di lingkungan kelompok studi Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat. Saat pecahnya Tragedi 1998, Ace terlibat aktif dalam gerakan mahasiswa 98 dengan menggalang gerakan mahasiswa bersama aktivis gerakan mahasiswa lainnya.

Selain itu, Ace juga aktif sebagai peneliti lapangan di beberapa lembaga riset, seperti LP3ES, LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat), HP2M dan menjadi asisten dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Termasuk lembaga kajian Indonesian Institute for Civil Society (INCIS) yang didirikan para akademisi Ciputat.

Dalam organisasi kepemudaan, Ace pernah menjadi Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor di bawah Kepemimpinan Nusron Wahid dan menjadi Ketua Bidang Pemuda Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) tahun 2010-2015.

Langkah Ace makin jauh Ketika dia diundang Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk mengikuti Program Dialogue Project and Exchange Program For Islamic Leaders yang difasilitasi oleh Ohio University (2004). Sementara pada 2007, Ace memenuhi undangan Kementerian Luar Negeri Jepang untuk mengikuti Exchange Program of Young Politician Partai Golkar.

Posisi Ace di Partai Golkar juga terus menanjak setelah masuk dalam jajaran kepengurusan DPP Partai Golkar di Departemen Keagamaan (2007-2009) dan pada Departemen Kerja Sama dengan Ormas (2009-2014). Saat terjadi revitalisasi dalam kepengurusan Partai Golkar di 2012, Ace pun dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Jenderal.

Tak hanya di partai, Ace juga berkiprah di Senayan. Pengalaman sebagai Anggota DPR RI dimulai pada 2013 di mana Ace masuk sebagai anggota DPR RI pengganti antarwaktu. Ace duduk sebagai Anggota Komisi VIII yang membidangi Agama dan Sosial. Ace pun terlibat aktif dalam pembahasan UU Jaminan Produk Halal, revisi UU Perlindungan Anak, UU Pengelolaan Keuangan Haji, dan UU Desa.

Tahun 2016, Ace kembali masuk sebagai Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar menggantikan Andika Hazrumi yang terpilih menjadi Wakil Gubernur Banten. Ace ditugaskan menjadi Anggota Komisi II yang membidangi politik dalam negeri. Sementara dalam kepengurusan Fraksi Partai Golkar, dia dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Fraksi Partai Golkar bidang Politik, Hukum dan HAM.

Di sela kesibukannya dalam politik, Ace masih menyempatkan diri mengajar. Dia tercatat sebagai Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten.

Puncaknya adalah Ketika Ace diposisikan sebagai Ketua Bidang Media & Penggalangan Opini DPP Partai Golkar di Bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto. Terakhir, Ketua Umum Terpilih Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengumumkan nama Ace pada akhir Agustus lalu sebagai Wakil Ketua Umum DPP Golkar, sebelum akhirnya berkantor di Gedung Lemhannas.

Lantas, akan seperti apa wajah Lemhannas di bawah kepemimpinan Ace? Berikut petikan wawancara Ace Hasan Syadzily dengan Sheila Octarina dalam program Bincang Liputan6.

 

Jadi Gubernur Lemhannas, Ace Tak Tahu Alasan Presiden

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Bagaimana ceritanya saat Bapak diminta Presiden Prabowo untuk menjadi Gubernur Lemhannas?

Saya sendiri tidak pernah terbayangkan akan memimpin sebuah lembaga yang prestisius. Kenapa saya sebut sebagai lembaga prestisius? Karena memang Lemhannas ini memiliki peran yang sangat strategis, terutama mempersiapkan calon pemimpin-pemimpin nasional.

Yang kedua, melakukan pengkajian, terutama pengkajian geopolitik yang hasil kajiannya diberikan kepada Presiden. Yang ketiga tentu kita berupaya untuk terus memantapkan nilai-nilai kebangsaan.

Nah, di sini kita tahu bahwa Lemhannas ini bukan lembaga biasa, tapi ada berbagai unsur di Lemhannas. Dari unsur TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut. Dari unsur Polri ya dan juga dari unsur ASN atau sipil.

Jadi sebagai sebuah lembaga yang saya sendiri merupakan katakanlah dianggap sebagai politisi, lama bekerja sebagai anggota DPR RI, aktif di partai politik ya, tentu ketika mendapatkan tugas dari Presiden untuk menjadi Gubernur Lemhannas membuat saya menjadi, wah benar enggak nih saya jadi Gubernur Lemhannas? Harus memimpin sebuah institusi yang di dalamnya sangat beragam sekali.

Tentu karena ini merupakan tugas negara dan saya sendiri merasa harus banyak introspeksi apakah saya mampu atau tidak untuk memimpin sebuah lembaga yang sangat strategis ini.

Apakah Bapak tahu alasan Presiden memilih Bapak memimpin Lemhannas?

Tentu saya kira Bapak Presiden memiliki pertimbangan tersendiri ketika Beliau menunjuk saya sebagai Gubernur Lemhannas. Nah, memang saya tidak menduga-duga, tetapi mungkin karena saya selama ini bukan hanya sebagai politisi ya, tetapi saya juga masih bergelut di dunia akademik.

Di dunia politik pun saya juga konsen terhadap kaderisasi di tubuh partai. Jadi mungkin atas alasan itulah Bapak Presiden menunjuk saya sebagai Gubernur Lemhannas.

Mungkin banyak yang belum tahu sebenarnya tugas Lemhannas itu apa, bisa Bapak jelaskan?

Lemhannas sendiri sebetulnya sebagai sebuah lembaga sudah ada sejak zaman Bung Karno sebagai presiden, di akhir-akhir masa jabatan Beliau. Nah, Lemhannas memang didirikan untuk mengintegrasikan calon pemimpin-pemimpin baik dari kalangan TNI-Polri maupun dari kalangan ASN maupun masyarakat luas.

Jadi Lemhannas ini menjalankan fungsi pendidikan, di mana pendidikannya ada yang sifatnya reguler, kalau di TNI mau bintang 1 maka harus melalui Lemhannas dulu. Polri juga sama demikian, ASN juga sama ya dan tentu tokoh-tokoh masyarakat yang selama ini aktif di organisasi kemasyarakatan atau dunia bisnis, mereka yang sudah level nasional biasanya mendapatkan pendidikan di Lemhannas.

Nah, fungsi pendidikan ini adalah agar para calon-calon pemimpin nasional kita itu memiliki satu pemahaman dan wawasan serta kecakapan tentang tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini. Karena kan kita tahu bahwa di tengah situasi global yang sangat dinamis, tentu tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita tidaklah sama dan tidaklah mudah.

Karena itu, para calon-calon pemimpin nasional baik dari kalangan TNI, Polri maupun dari kalangan ASN sipil, mereka harus memiliki satu pemahaman yang komprehensif, terutama tentang geopolitik. Bagaimana tantangan Indonesia menghadapi geopolitik dunia. Selain itu, tentu semua calon pemimpin kita harus memiliki satu pemahaman yang sama tentang apa yang menjadi kepentingan nasional kita sebagai bangsa.

Artinya, Lemhannas itu tempat mencetak para calon pemimpin bangsa?

Iya, Lemhannas memang didirikan untuk mendidik para calon pemimpin agar menjadi negarawan, agar mereka memiliki pemikiran yang holistik, komprehensif, dan berjiwa nasionalisme yang kuat. Oleh karena itu, untuk menjadi dan mengikuti pendidikan di Lemhannas ini diperlukan suatu proses seleksi yang cukup ketat, karena mereka inilah yang nanti menjadi pemimpin-pemimpin nasional.

Nah, yang kedua fungsi dari Lemhannas itu adalah menyelenggarakan pengkajian, terutama pengkajian yang sifatnya terkait dengan geopolitik. Kan kita tahu bahwa kita sebagai sebuah bangsa tentu tidaklah hidup sendiri, tetapi sangat terkait dengan kerja sama internasional di tengah dinamika persaingan ekonomi, persaingan politik antar-bangsa. Tentu kita harus mampu menempatkan diri dalam konteks bagaimana Indonesia bermain di tengah kompetisi global.

Karena itu, Lemhannas secara rutin melakukan pengkajian, terutama pengkajian geopolitik yang kemudian dijadikan sebagai masukan kepada Presiden. Selain bahwa isu-isu yang terkait dengan isu-isu mutakhir seperti keinginan Presiden kita untuk memperkuat dan mewujudkan ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan air, serta berbagai isu-isu lainnya agar Indonesia memiliki daya tahan sebagai sebuah bangsa.

Yang ketiga, fungsi dari Lemhannas itu adalah mendorong agar nilai-nilai kebangsaan kita kuat dan mantap. Karena kita tahu bahwa yang namanya nilai-nilai kebangsaan tentu juga dinamis. Apalagi kita bisa melihat saat ini tidak seperti di era Orde Baru dulu, nilai-nilai kebangsaan disampaikan atau disosialisasikan kepada semua elemen masyarakat.

Sekarang kan relatif bahwa nilai-nilai kebangsaan kita tidak dilakukan secara sistematis, secara terukur, secara terencana dengan baik, maka Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhannas akan terus mendorong agar nilai-nilai kebangsaan itu betul-betul mantap dimiliki oleh terutama generasi milenial, anak-anak muda kita itu.

 

Pendidikan untuk Kepala Daerah Terpilih

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Apakah peran dan fungsi Lemhannas masih relevan dengan kondisi sekarang?

Ya, saya kira justru sangat relevan, di tengah persaingan global seperti saat ini. Kita tahu bahwa berbagai kebijakan dalam negeri itu tidak bisa lepas dari dinamika tantangan global. Apa yang terjadi misalnya di perang antara Rusia dan Ukraina itu kan pasti akan mempengaruhi juga terhadap kondisi ekonomi bangsa kita.

Dalam hal misalnya perdagangan, ekonomi, itu membutuhkan negara lain. Dan karena itu perlu dikaji oleh kita untuk memastikan apa kepentingan nasional kita di tengah dinamika global yang dihadapi saat ini.

Misalnya kita ambil contoh, terpilihnya Presiden Trump tentu itu urusan negara Amerika, tetapi ketika kebijakan, terutama kebijakan politik dan ekonominya, misalnya dalam hal ekonomi, kecenderungannya lebih pada proteksionisme dan menerapkan tarif bagi barang impor sampai 60%, tentu ini akan mempengaruhi neraca dagang antara Indonesia dengan Amerika.

Atau kita bisa melihat persaingan dagang antara Amerika dan Tiongkok saat ini kemungkinan akan semakin kuat pada saat nanti Trump akan dilantik sebagai presiden AS, tentu kita juga harus bisa membaca, memetakan dan menganalisis bagaimana kita memanfaatkan itu justru sebagai sebuah peluang untuk bagaimana kita memperkuat pondasi ekonomi kita agar perang dagang tersebut bisa diambil dampak positifnya bagi bangsa kita.

Nah, hal-hal semacam ini tentu dikaji oleh Lemhannas ya, karena selagi terjadi dinamika global, tentu keberadaan Lemhannas menurut kami sangat penting dan kondisi tersebut tentu harus dipahami oleh penyelenggara negara, oleh para calon pemimpin nasional agar mereka memiliki satu pemahaman yang utuh tentang bagaimana dinamika yang terjadi dalam konteks hubungan internasional dan para calon pemimpin juga harus memiliki kesadaran dan wawasan tentang pentingnya pemahaman yang komprehensif tentang tantangan nasional kita.

Kemudian bagaimana dengan sejumlah perubahan di Lemhannas, dari perubahan kata Pertahanan menjadi Ketahanan, kemudian pimpinan yang berganti-ganti dari militer ke sipil, demikian pula Lemhannas yang awalnya berada di bawah Mabes TNI, sekarang langsung di bawah Presiden. Bagaimana pendapat Bapak tentang perubahan tersebut?

Pertama, memang kalau kita melihat Pertahanan itu harus dipahami bahwa bukan hanya semata-mata aspek militer. Pertahanan itu pendekatannya, selama ini pertahanan atau dalam bahasa Inggrisnya itu defense, dipahami sebagai sebuah kekuatan militer, upaya untuk mempertahankan kedaulatan kebangsaan bangsa kita dengan pendekatan pertahanan yang konotasinya tentu adalah pendekatan militer.

Nah, dalam kaitan itu, tentu makna ketahanan lebih luas dari pertahanan. Ketahanan itu bukan hanya aspek yang sifatnya militer, tetapi juga menyangkut bagaimana kita bisa memiliki ketahanan di bidang ideologi, ketahanan di bidang ekonomi, ketahanan di bidang sosial budaya, ketahanan di bidang geografi, ketahanan di bidang sumber daya kekayaan alam kita.

Jadi makna dari ketahanan itu spektrumnya menjadi sangat luas karena menyangkut dengan berbagai aspek dari kehidupan kita. Karena itu, tepat sekali bahwa yang dimaksud dengan ketahanan itu spektrumnya lebih luas daripada pertahanan.

Yang kedua tentu tanggung jawab, karena spektrumnya lebih luas, maka ketahanan bukan semata-mata aspek militer, tetapi mencakup berbagai bidang. Tadi yang saya sebut Ipoleksosbudhankam, ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan. Karena ini spektrumnya luas maka Lemhannas sendiri di bawah Presiden.

Karena spektrumnya tidak hanya aspek pertahanan, tetapi di dalamnya juga soal keamanan, sosial, sosial ekonomi, budaya, politik, geografi, terutama ideologi kebangsaan. Tentu karena spektrumnya lebih luas, maka ya Lemhannas saya kira tepat di bawah langsung Bapak Presiden.

Program pertama Lemhannas yang akan Bapak laksanakan adalah penyelenggaraan pendidikan bagi calon pimpinan bangsa lewat program Penyiapan dan Pemantapan Pemimpin Nasional di Januari 2025, bisa dijelaskan?

Iya betul. Sekarang ini kita sedang berproses untuk melakukan rekruitmen para calon peserta yang berasal dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dari Polri, dan juga dari ASN, dari Kejaksaan, dari intelijen, dari institusi yang lain dan juga termasuk dari dunia usaha.

Mereka ini kita seleksi secara ketat karena menjadi seorang pemimpin itu harus memiliki kemampuan dan wawasan yang cukup ya dengan kompetensi yang dibutuhkan. Nah, kami di Lemhannas tentu juga terus melakukan pembenahan terhadap kurikulum, karena pendidikan PPRA kita sebut di sini, yaitu Program Pendidikan Reguler Angkatan, ini sudah ke-68.

Ini diikuti selama 7 bulan ya pendidikan di sini. Selama 7 bulan ini mereka akan mendapatkan pengetahuan dari berbagai macam perspektif tadi. Dari aspek ideologi, dari aspek politik, dari aspek geopolitik, dari aspek pertahanan, keamanan, sosial, ekonomi.

Jadi mereka akan diberikan pengetahuan secara komprehensif dan holistik tentang berbagai aspek yang dihadapi oleh bangsa kita. Tentu dalam pelaksanaannya nanti kita akan sesuaikan dengan Asta Cita dari Presiden Prabowo. Ada beberapa penekanan tentu yang nanti akan diberikan kepada para calon peserta pendidikan tersebut yang diarahkan kepada bagaimana mencapai tujuan Asta Cita itu.

Misalnya kita dorong agar bagaimana selain mereka memiliki kemampuan di bidang ketahanan ideologi, tetapi juga target untuk bagaimana kita bisa menciptakan, mewujudkan swasembada pangan, ketahanan energi, hilirisasi dan industri, dan upaya kita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, itu nanti akan dibahas secara mendalam dalam pendidikan di Lemhannas ini.

Selain itu, kami dan Kementerian Dalam Negeri juga ditugaskan Bapak Presiden untuk memberikan semacam pendidikan bagi kepala daerah terpilih. Saya kira kalau sudah menjadi kepala daerah tentu tidak lagi berpikir soal siapa partai pendukungnya, tetapi sudah berpikir soal kepentingan nasional dan kepentingan rakyat.

Termasuk juga kemampuan-kemampuan dan kompetensi dasar tentang bagaimana pengelolaan pemerintahan dan manajemen pemerintahan. Di Lemhannas juga akan ditekankan aspek pemantapan kepentingan nasional kita, pemahaman yang utuh tentang geopolitik, pemahaman yang komprehensif tentang apa tantangan yang dihadapi oleh daerah.

Karena kepentingan nasional itu juga terafirmasi dari apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat di daerah. Kita kan tidak mungkin menjadi sebuah negara yang kuat secara nasional kalau daerah tidak kuat. Karena itu, dalam konteks pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang nanti akan diberikan kepada para kepala daerah terpilih, kami ingin menekankan aspek tersebut.

Situasi Geopolitik Pasti akan Berpengaruh ke Indonesia

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Bagaimana Bapak melihat perubahan iklim dan keberadaan artificial intelligence dalam konteks ketahanan nasional untuk masa depan?

Tantangan kita memang semakin dinamis ya. Di depan mata kita saat ini sudah terjadi misalnya climate change, perubahan iklim, itu mempengaruhi juga terhadap berbagai aspek, terutama misalnya aspek ekonomi kita dan itu terjadi saya kira bukan hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia, perubahan iklim menjadi masalah serius.

Yang kedua, kemajuan teknologi, terutama kita menyebutnya sebagai bagian dari tantangan geo-sibernetika yang berimplikasi dan berdampak juga terhadap artificial intelligence, kecerdasan buatan, yang kita harus lihat bahwa di situ ada sisi positifnya.

Dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu sangat cepat, tentu ini akan berdampak juga terhadap kecerdasan buatan yang bisa membuat kita semua dalam konteks misalnya pemerintahan bisa lebih efektif, bisa lebih efisien, namun tentu juga di situ juga ada tantangannya.

Tantangan geo-cybernetic itu adalah salah satunya misalnya seperti yang terjadi saat ini, merajalelanya judi online itu juga tantangan sebagai residu dari kemajuan teknologi yang tentu harus kita antisipasi sedemikian rupa.

Dan bagi calon-calon pemimpin ke depan tentu harus memiliki kesadaran bahwa tantangan itu harus kita hadapi. Dan bagaimana cara mengatasinya tentu harus ada satu kesadaran bersama untuk bisa mengatasi dan memitigasi kemungkinan dari dampak tadi, soal kecerdasan buatan, kemampuan kita untuk memiliki literasi yang tinggi terhadap berbagai macam informasi dan penggunaan teknologi informasi gitu.

Nah, itu penting untuk dipahami oleh para calon pemimpin nasional kita. Jadi, selain soal tantangan global yang saya sebutkan tadi, soal berubahnya konfigurasi dinamika internasional, tantangan perubahan iklim, tantangan AI ya, kecerdasan buatan, itulah yang juga kita berikan wawasan kepada para calon pemimpin nasional kita.

Terkait kasus lain, menguatnya rivalitas dan tarik menarik antara kekuatan di Timur Tengah, bagaimana jika dihubungkan dengan ketahanan nasional kita?

Pasti akan ada korelasinya, saya ambil contoh tentang konflik Timur Tengah, misalnya. Timur Tengah itu salah satu jalur ekonomi dunia yang sangat penting. Di situ ada berbagai jalur pelayaran yang menghubungkan antara berbagai belahan dunia termasuk dengan Indonesia. Maka ketika terjadi konflik di Timur Tengah pasti akan berdampak terhadap rantai pasok dan biaya logistik.

Yang kedua, selama ini Timur Tengah juga menjadi penyuplai terbesar minyak dunia dan kita harus tahu bahwa salah satu sumber impor kita dari minyak itu kan juga dari Timur Tengah. Dan apa yang terjadi misalnya dengan Timur Tengah itu kan pasti akan mempengaruhi harga energi dunia.

Nah, sementara kita sendiri memiliki komoditas energi yang diimpor dari negara-negara lain. Jadi selain masalah rantai pasok, yang kedua adalah soal komoditas energi yang selama ini dikonsumsi oleh negara kita. Jadi dengan sendirinya nanti akan mempengaruhi terhadap misalnya asumsi dolar kita, kemudian berapa kebutuhan energi yang harus dipasok dari luar.

Karena itu menurut saya mau tidak mau memang kita harus selalu punya cita-cita untuk membangun ketahanan energi, jangan sampai kita tergantung kepada pihak luar. Maka cita-cita atau tujuan atau apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo untuk mewujudkan ketahanan energi memang harus kita support sepenuhnya, karena itu menjadi masalah yang harus kita antisipasi.

Bukan saja Timur Tengah, kan orang sering berpikir, misalnya soal apa sih dampaknya perang Rusia dengan Ukraina terhadap Indonesia? Ada dampaknya, apa itu? Dampaknya adalah pasti itu akan mempengaruhi, karena Ukraina itu salah satu negara penghasil gandum terbesar di Eropa. Rusia juga salah satu negara yang merupakan penghasil gas dan juga bahan-bahan baku dari pupuk.

Nah, kalau misalnya terjadi konflik dua negara lalu mempengaruhi terhadap rantai pasok dari kebutuhan kebutuhan yang saya sebutkan tadi, itu pasti akan mempengaruhi terhadap harga komoditas. Jadi memang kita tidak bisa melepaskan diri dari berbagai potensi geopolitik tersebut yang mempengaruhi terhadap ekonomi dunia.

Ini harus dipahami oleh para calon pemimpin nasional kita, karena itu tentu penting sekali bahwa kita harus mengedepankan kemandirian kita sebagai bangsa, tapi nyatanya memang dalam beberapa hal kita masih tergantung, masih membutuhkan impor dari negara-negara tersebut. Jadi situasi geopolitik dunia itu pasti akan mempengaruhi terhadap Indonesia.

 

Ikan Itu Busuk dari Kepala

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Lemhannas dikabarkan mengusulkan kembalinya Undang-Undang Ketahanan Nasional yang sebelumnya masuk ke dalam Prolegnas 2020, apa urgensinya bagi Lemhannas?

Pertama, tentu kita harus punya satu payung hukum yang cukup kuat ya untuk menjadi rujukan dalam konteks bagaimana kita sebagai sebuah bangsa harus memiliki daya tahan. Daya tahan di bidang ideologi, daya tahan di bidang sosial, di bidang budaya, ekonomi, pertahanan, keamanan dan daya tahan tersebut tentu harus dipersiapkan oleh kita dengan roadmap yang jelas, dengan tahapan yang jelas pada level apa yang harus kita perkuat daya tahan kita sebagai sebuah bangsa.

Daya tahan ini penting supaya kita sebagai sebuah bangsa memiliki ketahanan secara kuat gitu. Nah, terutama saya kira yang paling penting adalah soal ketahanan ideologi kita, supaya kita tidak gampang dipecah belah, supaya kita memiliki kekuatan di bidang ideologi.

Karena kalau kita tidak memiliki daya tahan yang kuat sebagai sebuah bangsa, kita mudah sekali untuk dipecah belah, apalagi tentu tantangan yang dihadapi seperti yang saya sampaikan tadi, tidak hanya sekadar tantangan pertahanan, tetapi juga bisa dengan perang proxy, proxy melalui siber.

Entah itu berita-berita hoaks yang bisa memecah belah bangsa kita, ini kan perlu dikuatkan dengan payung hukum yang kuat. Termasuk juga tentu sebagai sebuah kelembagaan Lemhannas sendiri saya kira penting sekali memiliki payung hukum undang-undang agar kekuatan Lemhannas menjadi semakin mantap.

Harapannya untuk Lemhannas selama Bapak menjabat sebagai pemimpinnya?

Sebagai Gubernur Lemhannas saya akan menjalankan semaksimal mungkin upaya untuk melahirkan para calon pemimpin bangsa, bukan saja mereka memiliki kemampuan secara wawasan, pengetahuan, tapi yang paling penting juga adalah soal perilaku yang berintegritas.

Bapak Presiden selalu menekankan kepada kita soal misalnya banyaknya kebocoran-kebocoran. Kebocoran penerimaan negara, kebocoran APBN dan lain-lain. Nah, saya dalam proses pendidikan di Lemhannas ini bagi para calon pemimpin nasional akan menekankan aspek yang penting, yaitu soal bagaimana membangun pemimpin yang berintegritas, pemimpin yang mengedepankan kepentingan nasional menjadi negarawan.

Ini penting sekali, karena bagaimanapun Pak Prabowo selalu menyampaikan bahwa yang namanya ikan itu busuk dari kepalanya. Itu sebuah isyarat kepada kita bahwa calon pemimpin itu harus memberikan keteladanan.

Di Lemhannas, saya juga ingin menekankan aspek membangun integritas para calon pemimpin kita. Kita ini sebagai sebuah bangsa sangat perlu bersyukur kepada Allah, kepada Tuhan, kenapa? Kekayaan alam kita ini luar biasa. Namun, rasa-rasanya ini belum dimaksimalkan sedemikian rupa.

Maka ketika Presiden Prabowo melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi melalui program hilirisasi, hilirisasi sumber daya alam kita, tentu ini kita harapkan bisa mendorong upaya kita untuk bisa memanfaatkan potensi kekayaan alam kita untuk kepentingan nasional.

Sekarang misalnya, kita punya nikel, nikel kita mungkin merupakan nikel terbesar di dunia. Tapi apakah itu sudah digunakan sepenuhnya untuk kepentingan nasional kita dan dimaksimalkan menghasilkan sesuatu yang lebih besar untuk kepentingan nasional kita?

Nah, dengan program hilirisasi tentu dari hulu sampai hilir, dari hilir sampai hulu itu bisa betul-betul bermanfaat untuk kepentingan masyarakat kita, negara kita. Nah, selama ini kalau kita lihat di beberapa kasus kita ini kan lebih banyak mengekspor bahan mentah daripada kita mengolahnya sendiri yang tentu memiliki nilai tambah bagi keekonomiannya.

Dengan kita menekankan aspek pendekatan yang lebih komprehensif terhadap kebijakan-kebijakan tersebut, maka kita harapkan kekayaan alam yang kita bisa manfaatkan ini sepenuhnya untuk kepentingan bangsa kita. Itu salah satu contoh bagaimana para pemimpin, calon pemimpin kita ini harus ditekankan aspek kepentingan nasionalnya, kira-kira begitu.

 

Politik Bukan Sekadar Bagaimana Mencari Kekuasaan

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Apa yang membuat Bapak tertarik masuk ke dunia politik, padahal latar belakang Bapak dunia akademik?

Saya kebetulan dari sejak mahasiswa menjadi aktivis dan kemudian terus melanjutkan dunia akademik saya sampai S3. Saya kemudian merasa bahwa kalau hanya sekadar menjadi akademisi saja tidak cukup. Kenapa? Kalau menjadi akademisi kan kita hanya ngajar, ngajar paling satu kelas 40 orang, melakukan penelitian, tapi kalau sudah dilakukan penelitian lalu hasilnya mau jadi apa?

Tetapi kalau kita menjadi politisi, maka apa yang ada di dalam dunia akademik yang belum tentu juga bisa dieksekusi dalam konteks kebijakan, karena politik itu kan sesungguhnya adalah buat saya bukan hanya how to get the power, bukan hanya sekadar bagaimana kita meraih kekuasaan itu, tetapi bagaimana kekuasaan itu diisi, dikelola sesuai dengan kaidah-kaidah akademik juga, idealisme akademik.

Ketika saya menjadi akademisi, tetapi juga menjadi seorang politisi yang bisa mengeksekusi kebijakan, maka di situ saya memiliki peran ganda. Peran ganda sebagai seorang akademisi, tetapi pada saat yang bersamaan kita bisa mewarnai kebijakan tersebut dalam perspektif yang lebih akademik gitu.

Jadi menurut saya penting sekali sebuah kebijakan itu didasarkan pada rujukan akademik yang kuat sehingga tentu bukan hanya sekadar apa yang menjadi maunya seorang politisi, tetapi dalam proses penyusunan kebijakan harus based on data, harus berdasarkan atas data yang kuat, data-data akademik yang kuat.

Nah, karena itu bagi saya penting sekali ya dunia akademik juga terlibat di dalam proses pengambilan kebijakan karena dengan demikian kita bisa terus menjaga proses kebijakan kita tersebut, dunia politik kita ini dengan pendekatan yang lebih akademik.

Latar belakang pendidikan Bapak diketahui dari pesantren, kalau kita lihat tradisi pesantren yang hingga sekarang masih membekas itu apa, Pak?

Pertama, kami diajarkan untuk kemandirian. Orang belajar di pesantren itu pertama kali adalah kamu harus bisa mandiri lepas dari orangtua. Yang kedua, kita diajarkan untuk menyeimbangkan antara sisi spiritual dan aspek material. Jadi hidup ini bukan hanya sekadar apa yang kamu hadapi saat ini, tetapi kamu harus punya pendekatan spiritual di mana apa yang mau kamu bawa sehingga kamu bisa bermanfaat buat semua orang.

Jadi kita diajarkan untuk tidak sombong karena pemilik kesombongan itu hanya pada Tuhan. Sisi-sisi spiritual itu yang saya kira kami sangat kuat sekali diajarkan di dunia pesantren. Selain itu, orang pesantren itu saya yakin sisi nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi. Karena sejarah Indonesia di situ ada kontribusi orang-orang pesantren.

Jadi kalau misalnya saya di Lemhannas melakukan upaya pemantapan nilai-nilai kebangsaan ya karena lazimnya memang di pesantren kami diajarkan untuk selalu mencintai Tanah Air atau dalam bahasa agama disebut dengan hubbul wathon minal iman, jadi mencintai Tanah Air itu sebagian dari keimanan kita.

Nah, Lemhannas menurut saya pada tingkat tertentu tentu sangat relevan sekali dalam konteks latar belakang kami di dunia pesantren juga gitu ya dan tentu ini menurut banyak orang, saya sendiri tidak merasa bahwa saya ini satu-satunya. Tapi faktanya memang mungkin satu-satunya yang berlatar belakang pesantren yang sekarang berada memimpin Lemhannas ya mungkin saya ini.

Tapi ini tentu menjadi tantangan tersendiri buat kami. Nah, termasuk juga mungkin ada pertanyaan, kok figur seperti saya yang berlatar belakang sipil, santri gitu ya. Karena kalau kita lihat di era Orde Baru tidak ada yang sipil, selalu militer. Di era reformasi ada dari kalangan sipil, nah sekarang dipegang sipil dan saya merasa bahwa ini mandat yang sangat terhormat dan saya mohon doanya dari seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat mengemban tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Karena sekali lagi, mencetak seorang pemimpin itu tentu membutuhkan keteladanan. Keteladanan dari mereka yang mendidik pemimpin itu. Dan saya berharap tentu dengan mandat yang diberikan kepada kami, kami bisa menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Bapak sampai sekarang masih mengajar di kampus?

Ya, saya mengajar. Saya hingga saat ini mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya kebetulan mengajar beberapa mata kuliah, salah satunya adalah ekonomi politik, mengajar juga perencanaan pembangunan. Saya mengajar juga beberapa mata kuliah seperti manajemen strategik.

Selain di UIN suka diundang di beberapa perguruan tinggi, terutama mengajar pascasarjana di fakultas ekonomi. Tadinya banyak orang yang mengira bahwa saya ini dosen agama, saya sesungguhnya latar belakangnya S3 saya di bidang ilmu pemerintahan. Lebih tepatnya desentralisasi gitu.

Jadi ya tentu sebagai orang bilang, pemimpin politik kan juga harus tahu tentang berbagai bidang dan kebetulan saya sekarang menekuni dari sejak mulai saya lulus S2, S3, saya menekuni di ekonomi politik, di administrasi pembangunan, jadi ya relatif bisa mengupdate terhadap perkembangan-perkembangan dari administrasi publik dan ekonomi politik kita.

Terus bagaimana cara membagi waktunya?

Sebetulnya waktu saya di DPR, saya selalu menyempatkan diri untuk mengajar. Dalam seminggu saya pagi, seminggu dua kali, biasanya saya ambil hari Kamis, hari Jumat pagi jam setengah delapan sampai jam 9 saya mengajar. Biasanya kan kalau di DPR kita mulai rapat jam 10, jadi saya jam setengah delapan pagi sampai jam 9 mengajar dulu di kampus, setelah itu baru ke kantor.

Nah, sekarang di Lemhannas ini baru dua bulan, dua bulan setengah di Lemhannas ya ngatur-ngatur waktunya, kalau enggak ada rapat penting-penting banget sesuai dengan jadwal saya mengajar, kalau tidak ya saya wakilkan.

Dan selain mengajar tentu kita harus terus mengupdate terhadap perkembangan keilmuan, jadi ya harus menyempatkan diri dalam seminggu dua atau tiga hari malam hari untuk membaca perkembangan-perkembangan apa dan tentu berdiskusi.

Salah satu yang membuat saya merasa nyaman di Lemhannas adalah di sini itu kan banyak kalangan cendekiawan, jadi bukan hanya saya, tapi di sini itu banyak tenaga profesional, mereka dari berbagai latar belakang, geopolitik, ekonomi, pendidikan, kemudian ada tenaga pengajar, ada tenaga pengkaji.

Nah, setiap saat kita melakukan pengkajian dan saya banyak belajar juga dari mereka terkait dengan berbagai isu dan data-data mutakhir. Jadi kita senang menjadi manusia pembelajar gitu. Saya meyakini ya kalau kita open minded, selalu terbuka untuk membuka diri terhadap perkembangan keilmuan, itulah yang kemudian bisa membawa kemajuan buat kita.

 

Membaca Buku dan Filosofi Kopi Pahit

ace
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Tadi Bapak sempat bilang kalau kita harus tetap belajar buat update ya, misalnya baca-baca buku, hobinya baca buku atau ada yang lain, Pak?

Hobi saya ya baca, jalan-jalan juga sih. Jadi ya pokoknya prinsip saya dari dulu itu tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Jadi kalau misalnya tidak ada kegiatan, baik kegiatan di kantor maupun kegiatan di kepartaian atau kalau dulu di DPR, maka saya menyempatkan diri untuk selalu untuk membaca. Ya kalau ngelamun kan nanti takut kerasukan setan.

Bapak biasanya baca-baca itu di tempat seperti apa?

Pokoknya yang suasananya nyaman, agak adem.

Mungkin di tempat terbuka, alam gitu?

Salah satunya di alam, tapi saya lebih menikmati justru lebih nyaman di rumah. Alhamdulillah saya dikasih rezeki berlebih gitu ya, jadi di lantai tiga rumah saya itu saya desain sedemikian rupa menjadi tempat untuk membaca.

Jadi ruang baca begitu ya?

Ruang baca dan mengeksplorasi apa yang menjadi kebiasaan saya gitu. Dan orang rumah ngertilah, kalau saya sudah naik ke atas berarti jangan diganggu.

Kalau minuman antara teh atau kopi, lebih suka apa, Pak?

Saya lebih suka kopi, kopi pahit. Kopinya itu kopi Arabika ya, kopi pahit terutama kopi yang selama ini saya selalu konsumsi, kopi dari tempat daerah pemilihan saya yaitu di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, di situ banyak sekali kopi yang enak.

Jadi ya hidup harus terbiasa untuk minum kopi pahit, sebab hidup ini kita harus dibiasakan untuk pahit. Ya saya kira hidup ini ibarat kopi yang kita harus meneguknya walaupun pahit, harus kita nikmati. Karena kalau sudah terbiasa menikmati pahit, pahit itu terasa nikmat.

Jadi yang namanya pahit itu kan soal perasaan ya kan? Kalau kita menikmati kepahitan itu dengan sesuatu yang kita nikmati, kita enjoy, tentu pahit itu menjadi biasa, betul enggak?

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya