Kata Pakar: Ulang Tahun Gerindra ke-17, Bukti Nyata Kesabaran Revolusioner Prabowo Subianto

Ibarat manusia, usia 17 Tahun menjadi penanda perjalanan hidup yang makin dewasa.

oleh Tim News Diperbarui 24 Feb 2025, 12:03 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 12:03 WIB
Adi Prayitno, Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif Parameter Politik (Istimewa)
Adi Prayitno, Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif Parameter Politik (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sejak didirikan Prabowo Subianto 6 Februari 2008 silam, Gerindra menjelma sebagai partai politik yang mampu bicara banyak di kancah politik nasional.

 

Bulan Februari selalu menjadi momen bersejarah bagi Gerindra untuk merayakan ulang tahun. Tahun 2025 terlihat begitu sangat spesial karena di usianya yang ke-17 Gerindra berhasil mengantarkan Prabowo Subianto menjadi Presiden Republik Indonesia. Capaian yang pastinya cukup prestesius, fantastis, dan spektakuler sebab tak semua partai politik mampu melakukan catatan bersejarah memenangkan pertarungan politik yang begitu sengit.

Ibarat manusia, usia 17 Tahun menjadi penanda perjalanan hidup yang makin dewasa. Banyak doa, harapan, dan semangat yang selalu disematkan untuk mengarungi hidup lebih baik di masa mendatang. Begitupun dengan Gerindra yang tentunya kian matang dalam menapaki langkah politiknya di usia yang manis. Tentu saja tak mudah bagi Gerindra bisa berjalan sejauh ini. Pahit manis getir kehidupan silih berganti berdatangan.

Sejak didirikan Prabowo Subianto 6 Februari 2008 silam, Gerindra menjelma sebagai partai politik yang mampu bicara banyak di kancah politik nasional. Posisi politiknya begitu diperthitungkan. Meski tergolong pendatang baru, pada pilpres 2009 Gerindra mengusung Prabowo Subianto sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri. Di tiga pilpres berikutnya, yakni pilpres 2014, 2019, dan 2024 Gerindra kembali mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Dari catatan empat kali ikut pilpres, Prabowo Subianto terhitung tiga kali kalah dan baru menang di pilpres 2024 dengan meraup 58,6% suara. Jalan panjang yang begitu berliku dan mendaki. Tak semua orang mampu bertahan setelah sekian kali kalah dalam pertandingan politik berebut posisi puncak kursi nomor satu republik. Butuh daya tahan politik di atas rata-rata kebanyakan orang biasa.

Tentu saja ini menjadi penanda kesabaran revolusioner yang berbuah manis. Prabowo Subinto menjadi penegas bahwa tak ada ‘kematian abadi’ dalam politik. Berulangkali kali jatuh namun setelah itu bangkit kembali. Prabowo Subianto juga memberi pelajaran penting dalam politik tanah air bahwa fleksibelitas politik menjadi kunci utama dirinya terpilih menjadi presiden dengan cara berkoalisi dengan Jokowi.

 

Replika Politik

Momen Akrab Prabowo dan Jokowi di Puncak Perayaan Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra
Presiden Prabowo Subianto juga mengundang semua kepala daerah yang berasal dari Koalisi Indonesia Maju hadir di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Jumat (14/2/2025). (ADITYA AJI/AFP)... Selengkapnya

Bicara Gerindra tentu tak lengkap tanpa membahas peran dominan Prabowo Subianto. Apapun judulnya Gerindra adalah replika politik Prabowo Subianto sesungguhnya. Bahkan jika diiris satu persatu, visi dan misi besar termasuk gestur politik Gerindra sangat identik dengan Prabowo Subianto. Terutama dalam upaya memperjuangkan kelompok akar rumput makmur sejahtera.

Retorika politik, narasi besar, termasuk personifikasi politik Gerindra sampai saat ini mencerminkan sikap politik Prtabowo Subianto yang seutuhnya. Setelah terpilih jadi presiden, bukan cuma soal diskursus tapi juga kebijakan yang dibuat Prabowo Subianto memang sangat populis dan menyentuh langsung persoalan rakyat misalnya seperti program makan bergizi gratis, perbaikan sekolah rakyat, pengampunan hutang UMKM, pemeriksaan kesehatan gratis, dan seterusnya.

Data survei Parameter Politik Indonesia pada Agustus 2024 menunjukkan Prabowo Subianto menjadi faktor utama publik memilih Gerindra. Itu artinya, Prabowo menjadi faktor paling determinan sekaligus sebagai magnet elektoral bagi keberlangsungan hidup Gerindra. Jadi tak mengherankan jika publik kemudian berkesimpulan bahwa Prabowo Subianto sebagai the one and only figur sentral yang mengantarkan partai Gerindra mampu mengarungi samudra politik tanah air yang di pilpres kali ini tampil sebagai pemenang pilpres.

Sentralisasi figur menjadi ciri khas partai politik bisa tumbuh besar, kuat, dan bertahan lama di Indonesia. Bukan hanya Gerindra, PDIP dan Demokrat juga menggantungkan kekuatan elekotral politik mereka pada figur kunci seperti Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Itu fakta politik yang tak terbantahkan. Sebelum pecah kongsi, Jokowi juga sempat menjadi sosok dominan selain Megawati mengapa publik memilih PDIP. Ketiga partai politik ini yang mendaraskan kekuatan politik pada sosok kunci terbukti menang pilpres pasca reformasi.

Inilah uniknya politik tanah air. Mayoritas pemilih masih menjadikan figur kuat sebagai katalisator mendulang dukungan pemilih. Sebaliknya, partai politik yang terlihat modern, jualan isu inklusifitas dan membuang jauh sosok sentral seperti Golkar justeru tak pernah menang pilpres di era pemilihan presiden langsung. Paling hebat Golkar hanya mampu mengantarkan Jusuf Kalla sebagai wapres SBY 2004 dan Jokowi 2014. Bahkan partai politik yang mengklaim partai anak muda dengan jargon pluraslisme politik seperti PSI belum pernah lolos ke parlemen.

 

Pelajaran Penting

Momen Akrab Prabowo dan Jokowi di Puncak Perayaan Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra
Perayaan ini dihadiri sejumlah tokoh politik, mulai dari jajaran menteri Kabinet Merah Putih hingga ketua umum partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju. (ADITYA AJI/AFP)... Selengkapnya

Bagi siapapun di negara ini yang terus bermimpi ingin jadi presiden, belajarlah pada Prabowo Subianto dengan segala lika-liku politik yang cukup panjang. Pertama, mendirikan partai politik sebagai kendaraan maju pilpres. Sejak mendirikan Gerindra, Prabowo Subianto tampil sebagai sosok yan terus diperhitungkan dalam jagat politik tanah air. Terhitung mulai pemilu 2009 hingga 2024 Prabowo Subianto tak pernah absen dalam kompetisi pilpres. Sederhananya, Prabowo Subianto merupakan satu-satunya sosok spesialis petarung pilpres.

Regulasi pemilu juga mewajibkan kepada siapapun yang ingin maju pilpres harus diusung partai atau gabungan partai politik menggenapi ambang batas presiden 20%. Belum ada aturan maju pilpres dari perseorangan. Meski identitas kepartaian (party ID) rendah serta persepsi negatif terhadap partai politik cukup tinggi, namun partai politik merupakan rukun politik utama maju pilpres.

Kedua, daya tahan politik. Kompetisi politik elektoral bukan semata soal bagaimana mengakumulasi kemenangan, lebih jauh dari itu menyangkut daya tahan politik. Secara faktual harus diakui Prabowo Subianto merawat mimpinya menjadi presiden bisa dilacak sejak keikutsertaannya dalam konvensi partai Golkar 2004. Itu artinya, Prabowo Subianto butuh sekitar 24 tahun merealisasikan mimpinya itu.

Bukan perkara mudah bagi Prabowo Subinto setelah tiga kali kalah tanding pilpres. Didiskreditkan dan dicemooh silih berganti berdatangan tanpa henti. Meski begitu Prabowo Subianto tak tumbang. Segala cara terus dilakukan menjaga momentum politik. Agresif konslidasi ke akar rumput termasuk berkoalisi dengan Jokowi adalah pucak kelihaian strategi politik tingkat tinggi Prabowo Subianto yang tak pernah dibayangkan siapapun sebelumnya.

Kecanggihan Prabowo Subianto meyakinkan Jokowi mendukung total dirinya menang pilpres layak diacungi jempol. Butuh keahlian khusus yang tak dimiliki semua orang. Prabowo Subianto mampu memalingkan wajah Jokowi dari PDIP setelah 22 tahun keduanya berjalan seirama. Pertama kali dalam sejarah politik Indonesia, Jokowi berpisah dengan partai politik yang telah membesarkan diri dan keluarganya karena kemampuan lobi Prabowo Subianto.

Jokowi luluh dengan loyalitas Prabowo Subianto yang selalu berdiri tegak mendukung keputusan politiknya. Sementara saat besamaan Jokowi di PDIP bukan hanya melulu dianggap petugas partai, namun aspirasi politik Jokowi untuk kepentingan partai kerap diabaikan. Meski banyak analis menuding pecah kongsi terjadi karena PDIP menolak keinginan Jokowi melanggengkan kekuasaan 3 periode serta memperpanjang masa jabatan presiden akibat badai Covid-19. Menjadikan Gibran Rakabung Raka sebagai wapres adalah bahasa politik Jokowi untuk terus berkuasa.

Oleh: Adi Prayitno, Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif Parameter Politik

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya