Putu Rudana: Seni Budaya Harus Jadi Mercusuar Bernegara

Putu pun berkomitmen akan terus mendukung Presiden Prabowo dan Menteri Kebudayaan di bawah kepemimpinan Fadli Zon yang sangat peduli dan paham tentang esensi kebudayaan.

oleh Tim News Diperbarui 01 Mar 2025, 17:15 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2025, 14:23 WIB
Putu Rudana
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon bersama Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana menghadiri dialog kebudayaan di Museum Rudana, Ubud, Bali pada Kamis, 27 Februari 2025. (Tim News).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon bersama Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana menghadiri dialog kebudayaan di Museum Rudana, Ubud, Bali pada Kamis, 27 Februari 2025.

Sekitar 27 tokoh maestro seniman, sastrawan, budayawan, akademisi hadir dalam gelaran Wicara Cipta 'Sinergi Membangun Budaya' yang menyoroti pentingnya kreativitas dan sinergitas dalam penguatan budaya nasional. Melalui dialog ini, gagasan baru di ranah seni rupa, seni tari, sastra, hingga seni berbasis media digital diharapkan bisa terwujud.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana mengatakan dalam pemahaman konsep kebudayaan, seharusnya seni budaya menjadi mercusuar dalam berbangsa bernegara.

"Budaya itu jangan hanya dijadikan 'kayu bakar' di setiap aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, politik, sosial, pertahanan keamanan, tapi seyogyanya dijadikan inspirasi ataupun ujung tombak dalam berbagai kegiatan berbangsa dan bernegara. Itu esensi dalam seni budaya yang ingin kita capai semua," kata Putu melalui keterangannya pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Putu pun berkomitmen akan terus mendukung Presiden Prabowo dan Menteri Kebudayaan di bawah kepemimpinan Fadli Zon yang sangat peduli dan paham tentang esensi kebudayaan.

"Yang pasti, saya akan selalu mendukung Pak Menteri Kebudayaan untuk menjadikan seni budaya sebagai cahaya dalam berbangsa bernegara. Saya beserta keluarga besar Museum Rudana juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Fadli yang selalu hadir buat kami," ujar mantan Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pariwisata, pendidikan, dan seni budaya ini.

Di samping itu, Putu menjelaskan bahwa museum memiliki peran strategis dalam melestarikan budaya dan sejarah Indonesia. Menurut dia, dukungan pemerintah terhadap pelestarian seni dan budaya melalui kebijakan yang lebih kuat sangat penting.

"Kita membutuhkan regulasi yang jelas dan dukungan konkret dari pemerintah untuk memastikan bahwa museum tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sebagai pusat edukasi dan interaksi budaya. Jadi, museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi harus menginspirasi generasi muda untuk belajar dari warisan leluhur,” jelas dia.

Menurut dia, museum bukan sekadar menyimpan narasi masa lalu saja, tapi juga menjadi ruang hidup yang menginspirasi masa kini dan masa depan. Kata dia, budaya adalah jiwa bangsa dan pembangunan budaya merupakan bagian dari cinta tanah air yang harus diperjuangkan bersama.

"Memajukan museum berarti memuliakan kebudayaan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggungjawab kita bersama. AMI senantiasa memastikan bahwa kebudayaan mendapat tempat dan apresiasi yang layak dan mulia. Kita berharap dan yakin ke depan Indonesia akan jadi ibu kota kebudayaan dunia atau Adibudaya," tegasnya.

 

Ciptakan Museum Lebih Inklusif

Sebagai langkah konkret, Wicara Cipta menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah, seniman, komunitas budaya, serta sektor swasta dalam memperkuat ekosistem budaya nasional.

AMI yang membawahi sekitar 500 museum se-Indonesia, juga didorong untuk memperkuat perannya dalam membangun kolaborasi lintas sektor demi menciptakan museum yang lebih inklusif dan dinamis.

"Dengan beragam tantangan yang dihadapi, sinergi lintas sektor diharapkan dapat menciptakan kebijakan budaya yang lebih inklusif, serta menjadikan seni dan budaya sebagai pilar utama dalam pembangunan bangsa," ungkap Putu.

Putu Supadma Rudana mengakui telah melakukan diplomasi antarparlemen dunia hampir 50 negara bersama Fadli Zon ketika masih di DPR RI.

Pada periode 2019-2024, Putu bersama Fadli Zon bertugas di Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI. Saat itu, Fadli Zon sebagai Ketua BKSAP DPR dan Putu Rudana selalu Wakil Ketua BKSAP RI.

Sejarah kita bukan sekadar masa lalu, tetapi juga fondasi bagi masa depan. Pelindungan budaya tidak hanya menjaga artefak, tetapi juga memaknai ulang identitas bangsa agar tetap relevan dalam tatanan global,” ujarnya.

Diketahui, Museum Rudana diresmikan Bapak Presiden Soeharto didampingi Ibu Tien Soeharto pada 26 Desember 1995, bertepatan dengan perayaan tahun emas kemerdekaan Indonesia.

Museum ini dipersembahkan oleh Nyoman Rudana dan Ni Wayan Olastini Rudana yang terinspirasi dari keteladanan Bapak Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto, sebagai wujud bakti dan kecintaan terhadap tanah air yang berlimpah warisan seni budaya adiluhung. Sejak awal berdiri, Museum Rudana komitmen untuk mendukung para seniman dan mendedikasikan waktu, tempat, serta berbagai kegiatan pendidikan. Dengan komitmen itu, museum ini memenangi berbagai penghargaan nasional dan internasional yang menjadikannya mercusuar warisan budaya Bali.

 

Museum Rudana

Museum Rudana juga menjadi bagian penyelenggara kegiatan Pertemuan Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) April 2013 dan World Cultural Forum (WCF) 2013, serta Pertemuan Pimpinan Parlemen Negara-Negara Kawasan Asia Tenggara dan Pertemuan Pimpinan Parlemen Negara-Negara Kawasan Pasifik (2023 dan 2024). Menerima Kunjungan Resmi dan Kehormatan dari Berbagai Kepala Negara serta Pemerintah, termasuk tokoh budayawan, cendekiawan, serta maestro seni lintas Negeri antara lain Presiden Republik Rakyat China, Jiang Zemin. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter.

Berikut tokoh yang hadir dalam dialog kebudayaan gelaran Wicara Cipta 'Sinergi Membangun Budaya', Made Bendi Yudha (Kelompok 7 SDI); Made Djirna (Kelompok 7 SDI); Tjok Istri Ratna (Design Art Fashion); Made Budhiana (Kelompok 7 SDI); Sudibya (Kelompok 7 SDI); Made Ruta; Nyoman Wibawa (Kelompok 7 SDI); Sutjipto Adi (Perupa); Ketut Budiana (Perupa); Wayan Darmika (Perupa); AA Oka Dalem (Sanggar Balerung Peliatan); I Ketut Tenang; Nyoman Wilasa (Penulis); Made Wiradana; I Wayan Redika; Wayan Setem (Kelompok Galang Kangin); Made Madra (Perupa Traditional Bali); Dewa Budiarta (Perupa); Doel Sunadi (Kelompok Maharupa Batukaru); Warih Wisatsana (Sastrawan); M. Bundhowi (Kurator); Jean Cocteau (Penulis); Prof Dr Wayan 'Kun' Adnyana Rektor Institut Seni Indonesia Bali (ISI Bali).

Infografis

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya