Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perempuan Bangsa menggelar diskusi bertajuk Yuk Belajar Literasi Digital secara daring dalam rangka memperingati Hari Kartini, Senin (21/4/2025). Menurut Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh, diangkatnya tema tersebut bertujuan mengurai alasan mengapa literasi digital saat ini menjadi penting, khususnya bagi kaum perempuan agar mereka terhindar dari ragam modus kekerasan di dunia digital.
“Kekerasan di dunia digital saat ini sangat luar biasa. Dan kita ingin membekali seluruh perempuan untuk mulai melek soal literasi digital. Bukan hanya menggunakan medsos hanya untuk mendapatkan informasi, tetapi juga dapat memberi informasi dan membentengi diri kita,” kata perempuan yang akrab disapa Ninik kepada pada peserta diskusi, Senin (21/4/2025).
Baca Juga
Perempuan yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu berujar, Hari Kartini cukup dekat dengan literasi. Kaum perempuan Indonesia sepatutnya bersyukur lantaran dapat belajar literasi dari Kartini, di mana ia telah memberi contoh dengan mendobrak tradisi yang luar biasa, salah satunya adalah tradisi membaca.
Advertisement
“Saya berharap melalui kegiatan ini seluruh kader Perempuan Bangsa juga perempuan Indonesia secara umum bisa mendapatkan informasi yang memadai untuk kita bisa lebih melek pada masalah yang menimpa kaum perempuan,” tutur legislator asal Banyuwangi itu.
Salah satu pembicara, yakni Uni Lubis secara khusus mengapresiasi diskusi pentingnya literasi bagi perempuan yang digagas Perempuan Bangsa. Dia menilai, Perempuan Bangsa punya sosok yang selama ini sudah menggerakkan pentingnya literasi dan sering dia jadikan contoh, yaitu Nihayatul Wafiroh.
“Perempuan Bangsa menurut saya rasa sudah melakukan inisiatif yang sangat baik dan tepat dalam rangka Hari Kartini. Selamat Hari Kartini buat kita semua. (Sosok) yang selalu saya jadikan contoh Mbak Ninik nih, bagaimana memanfaatkan media sosial dengan sangat baik, baik untuk mendapatkan input dan terutama untuk menyampaikan hasil-hasil kerja. Ini menurut saya patut untuk ditiru,” kata Uni.
Uni menambahkan, literasi bagi kaum perempuan bukan sekedar bisa membaca dan menulis, tetapi juga memahami dan memilih sumber informasi.
"Jadi lebih jauh lagi dari sekedar informasi. Bahkan bisa mengkomunikasikan. Jadi lebih dalam,” tuturnya.
Diskusi
Sementara itu, Aktivis Literasi Rahma Arifa mendorong Perempuan Bangsa untuk lebih saring lagi menggelar diskusi dengan menghadirkan tokoh dari luar politik, terutama yang berlatar jurnalis dan juga aktivis. Alasannya, sebagai sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), publik dinilai perlu mendapatkan input dari tokoh-tokoh di luar politik agar laju perjuangan politiknya lebih terarah dan terukur.
“Kita harus sering-sering nih belajar sama mbak Uni Lubis okey, kita harus sering-sering nih mengobrol dengan mbak Uni Lubis. Jadi sering-sering lah ya tante Nihayah kita diskusinya dengan kawan-kawan jurnalis dan juga kawan-kawan aktivis yang bergerak di luar politik, karena politik itu sangat-sangat butuh masukan dan juga pencerahan dari kawan-kawan di luar politik,” kata Rahma atau akrab disapa Rara.
Rara meyakini, literasi memainkan peran penting bagi setiap individu, terutama kaum perempuan.
"Literasi digital harus dimulai dari literasi non digital. Contoh soal kekerasan digital, tentu akan tahu kalau itu kekerasan setelah memahami apa itu kekerasan,” Rara menandasi.
Advertisement
