Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan fosil bulir padi saat melakukan ekskavasi di Situs Liyangan, Desa Purbosari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Belum diketahui jenis padi yang ditemukan sudah memfosil tersebut.
"Tadi saya matur (bilang) ke Pak Rektor (Rektor Unsoed Edy Yuwono), ini tantangan, padi apa," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto di sela-sela pembukaan pameran kepurbakalaan di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Selasa (2/7/2013).
Menurut Siswanto, fosil yang ditemukan itu kemungkinan varietas padi Jawa pada masa lalu. Dia berharap Unsoed ikut meneliti bulir padi tersebut. Penggalian Situs Liyangan yang dulakukan sejak 2009 itu sudah ditemukan berbagai benda, seperti rumah kayu, struktur batu, alat pertanian dan guci-guci kuno.
"Di samping itu ada peninggalan lain seperti pagar, jalan desa berupa tatanan batu, ada beberapa pendopo, bukti-bukti lain yang menunjukkan tempat peribadatan dan perkampungan lengkap," tambah Siswanto.
Sementara, Ketua Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Unsoed Totok Agung menduga fosil yang ditemukan itu merupakan jenis padi yang hanya ada di Jawa. "Saya menduga itu padi subspesies javanicus, yang rasanya sangat enak dan wangi," tutur dia.
Menurut Totok, jenis padi dengan masa pemeliharaan antara 6 hingga 8 bulan itu sekarang masih bisa ditemui di pedesaan. "Dulu ada padi dengan nama padi rendeng yang kemungkinan mempunyai kekerabatan yang dekat dengan bulir padi yang ditemukan di Liyangan," ujar Totok. (Ant/Eks/Sss)
"Tadi saya matur (bilang) ke Pak Rektor (Rektor Unsoed Edy Yuwono), ini tantangan, padi apa," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto di sela-sela pembukaan pameran kepurbakalaan di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Selasa (2/7/2013).
Menurut Siswanto, fosil yang ditemukan itu kemungkinan varietas padi Jawa pada masa lalu. Dia berharap Unsoed ikut meneliti bulir padi tersebut. Penggalian Situs Liyangan yang dulakukan sejak 2009 itu sudah ditemukan berbagai benda, seperti rumah kayu, struktur batu, alat pertanian dan guci-guci kuno.
"Di samping itu ada peninggalan lain seperti pagar, jalan desa berupa tatanan batu, ada beberapa pendopo, bukti-bukti lain yang menunjukkan tempat peribadatan dan perkampungan lengkap," tambah Siswanto.
Sementara, Ketua Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Unsoed Totok Agung menduga fosil yang ditemukan itu merupakan jenis padi yang hanya ada di Jawa. "Saya menduga itu padi subspesies javanicus, yang rasanya sangat enak dan wangi," tutur dia.
Menurut Totok, jenis padi dengan masa pemeliharaan antara 6 hingga 8 bulan itu sekarang masih bisa ditemui di pedesaan. "Dulu ada padi dengan nama padi rendeng yang kemungkinan mempunyai kekerabatan yang dekat dengan bulir padi yang ditemukan di Liyangan," ujar Totok. (Ant/Eks/Sss)