Peristiwa 27 Juli 1996, atau biasa disebut sebagai Peristiwa Kudatuli yang terjadi di Kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat, merupakan peristiwa berdarah yang menjadi tonggak sejarah pembentukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri.
Wakil Sekjend DPP PDIP, Ahmad Basarah menjelaskan bahwa peristiwa berdarah pada 17 tahun silam itu memiliki makna yang berarti bagi partai berlambang kepala banteng moncong putilh ini. Lantaran, perpecahan internal partai dan munculnya intervensi dari berbagai kalangan pada saat peristiwa tersebut menjadi pelajaran untuk menjaga kekompakan kader partai pada saat ini.
"Bagi PDIP sendiri kita mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa 27 Juli itu dengan mengambil hikmah yang sebesar-besarnya dalam peristiwa itu baik terkait perpecahan tubuh partai, ketidaksolidan, sehingga mengundang pihak-pihak eksternal untuk masuk dan mengintervensi serta merusak kekompakan. Dan itu pelajaran yang kita ambil," kata Basarah saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (27/7/2013).
Oleh karena itu, Basarah menjelaskan, PDIP dibawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sangat mengambil pelajaran berharga dari peristiwa itu. Sehingga menurutnya Megawati selalu menjadikan syarat kekompakan dan kesolidan partai baik pengurus, kader dan simpatisan. Sehingga hal itu jadi resep rahasia dari kekompakan para kader PDIP diseluruh Indonesia dalam membesarkan partai.
"Jadi kekompakan yang terjadi saat ini karena kita banyak belajar dari peristiwa itu dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut sehingga apapun permasalahan partai itu selalu diselesaikan dengan prinsip-prinsip kekeluargaan dengan mengedepankan kepentingan partai diatas kepentingan golongan maupun pribadi-pribadi," tandasnya.
Peristiwa 27 Juli 1996, disebut sebagai Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Hingga akhirnya, puluhan pendukung Megawati tewas terbunuh usai penyerbuan yang dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan).
Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, dan Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung pun ikut dibakar. (Riz/Ein)
Wakil Sekjend DPP PDIP, Ahmad Basarah menjelaskan bahwa peristiwa berdarah pada 17 tahun silam itu memiliki makna yang berarti bagi partai berlambang kepala banteng moncong putilh ini. Lantaran, perpecahan internal partai dan munculnya intervensi dari berbagai kalangan pada saat peristiwa tersebut menjadi pelajaran untuk menjaga kekompakan kader partai pada saat ini.
"Bagi PDIP sendiri kita mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa 27 Juli itu dengan mengambil hikmah yang sebesar-besarnya dalam peristiwa itu baik terkait perpecahan tubuh partai, ketidaksolidan, sehingga mengundang pihak-pihak eksternal untuk masuk dan mengintervensi serta merusak kekompakan. Dan itu pelajaran yang kita ambil," kata Basarah saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (27/7/2013).
Oleh karena itu, Basarah menjelaskan, PDIP dibawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sangat mengambil pelajaran berharga dari peristiwa itu. Sehingga menurutnya Megawati selalu menjadikan syarat kekompakan dan kesolidan partai baik pengurus, kader dan simpatisan. Sehingga hal itu jadi resep rahasia dari kekompakan para kader PDIP diseluruh Indonesia dalam membesarkan partai.
"Jadi kekompakan yang terjadi saat ini karena kita banyak belajar dari peristiwa itu dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut sehingga apapun permasalahan partai itu selalu diselesaikan dengan prinsip-prinsip kekeluargaan dengan mengedepankan kepentingan partai diatas kepentingan golongan maupun pribadi-pribadi," tandasnya.
Peristiwa 27 Juli 1996, disebut sebagai Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Hingga akhirnya, puluhan pendukung Megawati tewas terbunuh usai penyerbuan yang dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan).
Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, dan Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung pun ikut dibakar. (Riz/Ein)