Kontras bersama elemen buruh hari ini akan melaporkan beberapa pihak yang dianggap bertanggung jawab dalam aksi penyerangan buruh di Cikarang pada Aksi Mogok Nasional, hari ini.
"Kami telah memiliki bukti-bukti yang cukup kuat untuk melaporkan Kapolres Kabupaten Bekasi, Pemda Kabupaten Bekasi, dalam tindakan pembunuhan berencana yang dilakukan terhadap 28 buruh yang tergabung dalam KNGB," kata Koordinator Eksekutif Kontras Haris Azhar, pada pernyataan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Senin (4/11/2013).
Haris menegaskan, penghadangan berujung penganiayaan yang terjadi merupakan pembunuhan berencana yang terstruktur dan sistematis. Sebab, preman dan ormas saat itu dibiarkan membawa senjata tajam, seperti samurai, golok, dan kampak.
"Kami akan mendesak Mabes Polri mengusut dan memidanakan otak pembunuhan berencana. Tidak cukup bila hanya pelaku di lapangan saja yang ditangkap. Sedangkan, otak pembunuhannya dibiarkan berkeliaran," tandasnya.
Sementara Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan sampai saat ini 17 korban masih mendapat perawatan intensif di RS Hosana Medica, Cikarang, Jawa Barat. 3 buruh di antaranya masih dalam kondisi kritis.
"Satu orang tidak bisa kami temui karena kondisinya sangat memprihatinkan dan sedang mendapat perawatan di ruang ICU," lanjutnya.
Iqbal juga meminta pertanggungjawaban atas pernyataan Apindo yang memilih menyewa preman dibanding membayar polisi untuk menyelesaikan demo buruh.
"Demo buruh merupakan aksi yang sah dan dilindungi undang-undang. Jadi kami akan terus memperjuangkan kasus ini sampai selesai," tandasnya. (Don/Riz)
"Kami telah memiliki bukti-bukti yang cukup kuat untuk melaporkan Kapolres Kabupaten Bekasi, Pemda Kabupaten Bekasi, dalam tindakan pembunuhan berencana yang dilakukan terhadap 28 buruh yang tergabung dalam KNGB," kata Koordinator Eksekutif Kontras Haris Azhar, pada pernyataan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Senin (4/11/2013).
Haris menegaskan, penghadangan berujung penganiayaan yang terjadi merupakan pembunuhan berencana yang terstruktur dan sistematis. Sebab, preman dan ormas saat itu dibiarkan membawa senjata tajam, seperti samurai, golok, dan kampak.
"Kami akan mendesak Mabes Polri mengusut dan memidanakan otak pembunuhan berencana. Tidak cukup bila hanya pelaku di lapangan saja yang ditangkap. Sedangkan, otak pembunuhannya dibiarkan berkeliaran," tandasnya.
Sementara Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan sampai saat ini 17 korban masih mendapat perawatan intensif di RS Hosana Medica, Cikarang, Jawa Barat. 3 buruh di antaranya masih dalam kondisi kritis.
"Satu orang tidak bisa kami temui karena kondisinya sangat memprihatinkan dan sedang mendapat perawatan di ruang ICU," lanjutnya.
Iqbal juga meminta pertanggungjawaban atas pernyataan Apindo yang memilih menyewa preman dibanding membayar polisi untuk menyelesaikan demo buruh.
"Demo buruh merupakan aksi yang sah dan dilindungi undang-undang. Jadi kami akan terus memperjuangkan kasus ini sampai selesai," tandasnya. (Don/Riz)