Liputan6.com, Jakarta - Berprasangka buruk terhadap orang lain merupakan perbuatan yang tercela. Kata lain dari prasangka buruk ialah suudzon. Suudzon merupakan penyakit hati.
Orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT senantiasa menjaga hatinya dari prasangka buruk terhadap orang lain. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam ayat berikut.
يا ايّها الذين أمنوااجْتَنِبُوا كَثيرًا من الظَّنِّ* إن بعضَ الظنِّ إثْمٌ ولا تجَسَّسُوا ولا يَغْتَبْ بعضُكم بعضًا* أيُحِبُّ احدُكم أن يأكُلَ لحْمَ أخِيه مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوه* واتّقوااللهَ إنّ اللهَ توّابٌ رحيم
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka (buruk), sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Advertisement
Baca Juga
Rasulullah SAW juga berpesan agar umatnya menjauhi prasangka buruk. Sebab, prasangka buruk merupakan ucapan yang paling dusta.
Dalam lingkungan kerja, seringkali terjadi kesalahpahaman antara pegawai dengan pimpinan yang menyebabkan ketidakharmonisan satu sama lain. Terkadang seorang pimpinan menerapkan kebijakan yang tidak diterima dengan baik oleh karyawan hingga menimbulkan prasangka buruk serta menggunjing (ghibah) terhadap pimpinannya sendiri.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pesan Buya Yahya
Dalam kajian Al Bahjah, seorang jemaah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Apa yang harus dilakukan ketika mendapati rekan kerja menggunjing pimpinan? Bolehkah menggibah pimpinan zalim?
"Anda (harus) cerdas di kantor Anda. Kalau memang itu omongan (gibah) gak berguna, gak ada manfaatnya, ya Anda tahu diri, menghindar dong. Jangan malah Anda mengiyakan, padahal Anda tidak tahu bagaimana sesungguhnya," kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (8/4/2025).
Terkecuali, lanjut Buya Yahya, jika memang nyata terdapat sebuah kesalahan dari pimpinan yang menyebabkan para karyawannya menggunjing. Maka, menurut Buya Yahya, agar tidak terjadi fitnah sebaiknya berkomunikasi langsung dengan pimpinan tersebut.
"Selagi Anda bisa komunikasi langsung dengan atasan, Anda bisa mengirim surat, ya sebagai kritikan membangun atau bahasa cinta lah, nasihat cinta dan seterusnya, itu perlu," ujar Buya Yahya.
Buya Yahya menegaskan agar menjauhi diri dari kecurigaan yang tidak jelas kebenarannya. Jika memang benar terdapat kesalahan dari pimpinan sehingga para karyawan menggunjing, maka mesti berusaha untuk menghindar.
"Kalau ternyata itu omongan (gunjingan) tidak jelas, ya sudah (tinggalkan). Yang jelas saja waspada, harus hati-hati. Jangan biasa menggunjing, apalagi tidak jelas," pungkas Buya Yahya.
Advertisement
Dosa Ghibah Lebih Berat dari Zina
Terkait ghibah, Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menjelaskan bahwa gibah adalah menyebutkan aib seseorang ketika ia tidak hadir dengan sesuatu yang ia benci. Gibah bertujuan untuk menjatuhkan kehormatannya.
Mengutip NU Online Jatim, dosa orang yang gibah cukup berat, bahkan lebih berat dari zina. Hal ini seperti diterangkan dalam kitab Mu’jam Tabrani yang menukil hadis nabi.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ، قَالا : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِيَّاكُمْ وَالْغَيْبَةَ ، فَإِنَّ الْغَيْبَةَ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا " . قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ الْغَيْبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا ؟ قَالَ : " الرَّجُلُ يَزْنِي فَيَتُوبُ ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغَيْبَةِ لا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ " . رواه الطبراني في الأوسط وفيه عباد بن كثير الثقفي وهو متروك
Artinya, “Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah dan Abi Sa'id Al-khudri, keduanya berkata, Rasulullah bersabda, Takutlah kalian semua terhadap gibah, karena sesungguhnya gibah itu lebih berat dosanya daripada berzina. Lalu Rasulullah ditanya, bagaimana bisa gibah lebih berat dosanya daripada zina? Beliau menjawab, sesungguhnya seorang laki-laki terkadang berzina kemudian ia bertaubat, maka Allah langsung menerima taubatnya, sedangkan orang yang menggunjing itu tidak akan diampuni dosanya sampai orang yang digunjing sudi mengampuninya. (HR At Thabrani dalam Al-Ausath dan dalam sanadnya terdapat 'Ubad bin Katsir As-tsaqofi dan dia ini matruk, sumber: Majma' Zawaid: 8/92).
Wallahu a’lam.
