Jalan Rawa Domba, Duren Sawit, Jakarta Timur sempat mengalami banjir setinggi 50 meter. Warga menilai, banjir tersebut disebabkan proyek gorong-gorong yang tak kunjung selesai.
Ketua RT 8 RW 16, Duren Sawit, Jakarta Timur Nirman Syah mengatakan, sudah 3 pekan lebih setiap hujan turun, jalan tersebut selalu banjir. Apalagi, saat hujan deras semalaman seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Padahal, sebelum ada proyek ini jalan tersebut tidak pernah banjir, hanya genangan sedikit dan cepat surut.
"Nggak pernah seperti itu. Biasanya ya cuma kaya air ngantong aja terus hilang. Ini sampai 50 centimeter di jalan," kata Nirman, di lokasi, Sabtu (8/2/2014).
Banjir tak hanya melanda jalan. Banjir juga sempat merobohkan dinding pagar SDN Duren Sawit 08 sepanjang 50 meter. Beruntung, siswa sedang diungsikan ke SDN Duren Sawit 16 dan 17 karena akan direnovasi. "Kalau kayak gini kan warga stres. Hujan deres dikit banjir. Sudah gitu surutnya lama lagi. Ini semenjak ada proyek gorong-gorong itu," cetusnya.
Nirman menjelaskan, seharusnya gorong-gorong selesai dikerjakan sejak akhir Desember, tapi nyatanya sampai sekarang proyek tak kunjung selesai. Selain itu, gorong-gorong yang semula dibangun di saluran air kini pindah ke tengah jalan.
"Nah, pas dipasang di tengah jalan ada celah bekas galian yang ditutup pakai sisa material di situ. Nah itu yang bikin nyumbat saluran terus banjir," ujar Nirman. Dengan kondisi ini, warga berharap dinas terkait dapat segera menyelesaikan proyek gorong-gorong ini.
Sementara, saat dikonfirmasi, Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Timur, Bambang mengakui adanya keterlambatan pengerjaan proyek. Tapi, hal itu dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi di lapangan.
"Memang harusnya selesai Desember 2013. Tapi kendalanya juga banyak. Saat diperiksa, banyak jaringan utilitas di pinggir saluran air. Makanya pemasangan gorong-gorong dipindah ke tengah jalan," jelas Bambang.
Selain itu, banyaknya tiang kabel listrik dan panel telepon juga menjadi pertimbangan. Jika gorong-gorong dipaksakan dipasang di pinggir saluran air, tiang-tiang itu harus dibongkar dan akan
memakan waktu lama.
"Itu kendalanya, tapi kita dianggap tidak matang dalam perencanaan. Padahal semua sudah matang, seperti dimensi saluran air, kedalaman dan lebarnya. Supaya air itu bisa mengalir," pungkas Bambang. (Rmn/Ein)
Baca juga:
Jokowi Putuskan Kelanjutan Status Siaga Darurat Banjir Senin
Perbaikan Jalan di Perempatan Purikembangan, Kendaraan Dialihkan
Alasan BNPB Usulkan Perpanjang Masa Darurat Banjir ke Jokowi
Ketua RT 8 RW 16, Duren Sawit, Jakarta Timur Nirman Syah mengatakan, sudah 3 pekan lebih setiap hujan turun, jalan tersebut selalu banjir. Apalagi, saat hujan deras semalaman seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Padahal, sebelum ada proyek ini jalan tersebut tidak pernah banjir, hanya genangan sedikit dan cepat surut.
"Nggak pernah seperti itu. Biasanya ya cuma kaya air ngantong aja terus hilang. Ini sampai 50 centimeter di jalan," kata Nirman, di lokasi, Sabtu (8/2/2014).
Banjir tak hanya melanda jalan. Banjir juga sempat merobohkan dinding pagar SDN Duren Sawit 08 sepanjang 50 meter. Beruntung, siswa sedang diungsikan ke SDN Duren Sawit 16 dan 17 karena akan direnovasi. "Kalau kayak gini kan warga stres. Hujan deres dikit banjir. Sudah gitu surutnya lama lagi. Ini semenjak ada proyek gorong-gorong itu," cetusnya.
Nirman menjelaskan, seharusnya gorong-gorong selesai dikerjakan sejak akhir Desember, tapi nyatanya sampai sekarang proyek tak kunjung selesai. Selain itu, gorong-gorong yang semula dibangun di saluran air kini pindah ke tengah jalan.
"Nah, pas dipasang di tengah jalan ada celah bekas galian yang ditutup pakai sisa material di situ. Nah itu yang bikin nyumbat saluran terus banjir," ujar Nirman. Dengan kondisi ini, warga berharap dinas terkait dapat segera menyelesaikan proyek gorong-gorong ini.
Sementara, saat dikonfirmasi, Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Timur, Bambang mengakui adanya keterlambatan pengerjaan proyek. Tapi, hal itu dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi di lapangan.
"Memang harusnya selesai Desember 2013. Tapi kendalanya juga banyak. Saat diperiksa, banyak jaringan utilitas di pinggir saluran air. Makanya pemasangan gorong-gorong dipindah ke tengah jalan," jelas Bambang.
Selain itu, banyaknya tiang kabel listrik dan panel telepon juga menjadi pertimbangan. Jika gorong-gorong dipaksakan dipasang di pinggir saluran air, tiang-tiang itu harus dibongkar dan akan
memakan waktu lama.
"Itu kendalanya, tapi kita dianggap tidak matang dalam perencanaan. Padahal semua sudah matang, seperti dimensi saluran air, kedalaman dan lebarnya. Supaya air itu bisa mengalir," pungkas Bambang. (Rmn/Ein)
Baca juga:
Jokowi Putuskan Kelanjutan Status Siaga Darurat Banjir Senin
Perbaikan Jalan di Perempatan Purikembangan, Kendaraan Dialihkan
Alasan BNPB Usulkan Perpanjang Masa Darurat Banjir ke Jokowi