Penelitian: Pembatasan Kegiatan Akibat Covid-19 Berdampak Pada Kemampuan Bicara Anak

Ada bukti yang berkembang bahwa pembatasan kegiatan (lockdown) di tengah Covid-19 yang mulai merebak pada tahun lalu berdampak pada keterampilan bahasa anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2021, 09:07 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2021, 09:06 WIB
Pengidap Autisme Biasanya Memiliki Daya Ingat yang Tajam
Ilustrasi Pembelajaran Bersama Anak Autis Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Ada bukti yang berkembang bahwa pembatasan kegiatan (lockdown) di tengah Covid-19 yang mulai merebak pada tahun lalu berdampak pada keterampilan bahasa anak-anak. 

Kesimpulan ini didapatkan dari penelitian terhadap 50.000 siswa dan penyelenggaraan survei sekolah di seluruh Inggris. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah anak usia empat dan lima tahun yang membutuhkan bantuan terkait bahasa.

Mengutip BBC, Senin (3/5/2021), bukti juga menunjukkan bahwa perkembangan bicara yang buruk dapat memiliki efek jangka panjang pada pembelajaran.

Penelitian Education Endowment Foundation (EEF) menunjukkan bahwa tindakan yang diambil untuk memerangi pandemi telah menghilangkan kontak sosial dan pengalaman yang penting bagi anak-anak bungsu untuk meningkatkan kemampuan kosa kata mereka.

Kurang atau tidak ada kontak dengan kakek-nenek, jarak sosial, tidak ada waktu bermain yang normal, dan pemakaian penutup wajah di depan umum telah membuat anak-anak kurang terpapar pada percakapan dan pengalaman sehari-hari.

Dari 58 sekolah dasar yang disurvei di seluruh Inggris:

  • 76% mengatakan siswa yang mulai bersekolah pada September 2020 membutuhkan lebih banyak dukungan dengan komunikasi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
  • 96% sekolah merasa prihatin tentang perkembangan bicara dan bahasa murid.
  • 56% orang tua khawatir tentang anak mereka yang mulai bersekolah setelah lockdown pada musim semi dan musim panas.

Kekhawatiran Orang Tua

Hari Anak Nasional: Belajar Jadi Ibu yang Pengertian
Peringati Hari Anak Nasional dengan mencoba belajar jadi ibu yang pengertian melalui pola asuh mindful parenting. (Ilustrasi: Pexels.com/Pixabay)

Salah satu buktinya adalah Niamh, seorang anak yang akan menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Ryders Hayes, di Walsall, Britania Raya. Ia perlu perlahan-lahan membangun kepercayaan dirinya dengan kata-kata.

Seperti banyak anak, hidupnya telah dibatasi oleh pandemi dan lingkaran sosial telah menyusut hanya mencakup keluarga dekatnya saja. Hal ini membuat ibunya, Lisa, cemas tentang sekolahnya yang baru mulai.

"Dia salah satu yang termuda di tahun itu dan saya khawatir bahwa anak-anak lain mendapat lebih banyak pengalaman sekolah dengan taman kanak-kanak atau pra sekolah," kata Lisa.

"Kami mencoba mempersiapkannya sebaik mungkin. Dia sangat menantikannya tetapi dia tidak mengenal satupun anak di kelas, jadi kami sedikit khawatir tentang itu. Kekhawatiran saya adalah, setelah tidak pergi bermain dengan teman-temannya, bagaimana dia akan menanggapi ruangan yang penuh dengan anak-anak baru dan guru baru?" ujar Lisa menyuarakan keresahannya sebagai orang tua.

Tetapi, menurutnya, pendekatan yang dilakukan oleh sekolah berhasil dengan baik. 

"Kami tidak pernah mengalami pagi yang penuh air mata, kami tidak pernah mengalami hari dimana dia tidak ingin datang ke sekolah," imbuhnya.

Ibu lain di Ryder Hayes, Emma, juga khawatir tentang awal sekolah dan apakah putranya, Harry, akan dapat mengartikulasikan kebutuhannya.

"Saya khawatir tentang dia (yang mencoba) berteman, jika ada sesuatu yang mengganggunya, dia akan duduk di pojok dengan kesal dan tidak bisa meminta bantuan atau mengatakan apa yang salah dengannya, jadi saya khawatir," kata Emma.

Tetapi, Harry telah berpartisipasi dalam Nuffield Early Language Intervention di sekolah, yang dapat membantu anak-anak secara efektif mencapai kemajuan sekitar tiga bulan.

"Ini membuat perbedaan besar," lanjut Emma. "Dia menjadi semacam kotak obrolan. Dia selalu bertanya dan berpikir lebih banyak dan lebih banyak bertanya seperti, 'Bagaimana rambut tumbuh?' Dia lebih banyak mengkomunikasikan pikirannya."

'Benar-benar kunci'

Ilustrasi anak
Ilustrasi anak belajar di kelas (Photo by stem.T4L on Unsplash)

Kepala sekolah, Saly Miner, mengatakan masalah komunikasi "sangat membatasi" bagi anak-anak kecil, terutama jika mereka tidak dapat mengekspresikan diri, berinteraksi dengan teman sebaya, dan membuat diri mereka dipahami.

"Ini benar-benar kuncinya," katanya. "Ini semua tentang harga diri dan kepercayaan diri seorang anak dan tanpa itu, mereka tidak akan merasa bahagia, tidak akan bisa tumbuh, tidak akan bisa mendapatkan semua manfaat dari berinteraksi dengan rekan-rekan mereka seperti yang kita inginkan, dan (bahkan) berinteraksi dengan staf.”

"Semua penelitian menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki masalah dengan bahasa pada usia tersebut, pada usia dewasa mereka empat kali lebih mungkin untuk kesulitan membaca, tiga kali lebih mungkin memiliki masalah kesehatan mental, dua kali lebih mungkin menjadi pengangguran dan memiliki masalah mobilitas sosial, jadi melakukan hal ini dengan benar pada usia dini secara harfiah merupakan kunci masa depan anak-anak," tambahnya.

Kepala eksekutif EEF Prof Becky Francis mengatakan ada "keprihatinan besar yang diungkapkan oleh sekolah tentang ucapan dan bahasa anak-anak kecil setelah dampak pandemi".

"Kami dapat melihat itu dalam hasil survei tetapi juga secara anekdot di seluruh jaringan kami," ujar Francis.

Temuan EEF juga tercermin dalam data dari perusahaan Speech Link yang menawarkan penilaian standar untuk sekolah dasar.

Di antara 50.000 anak usia empat dan lima tahun yang mulai bersekolah pada bulan September, diperlukan 20-25% tambahan bantuan dalam keterampilan bahasa dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ada juga kekhawatiran tentang dampak pandemi pada anak-anak pra sekolah.

'Paling penting'

Ilustrasi anak sekolah, seragam sekolah
Ilustrasi anak sekolah, seragam sekolah. (Photo by Stephanie Hau on Unsplash)

Banyak keluarga telah melewatkan penilaian tatap muka, kata pejabat direktur eksekutif Alison Morton.

"Kami tahu ada anak-anak di luar sana dengan kesulitan yang belum teridentifikasi," katanya. "Belum ada 'membangun kembali (yang) lebih baik' untuk anak-anak yang lebih kecil seperti yang telah ada untuk anak-anak yang lebih besar."

Menteri Anak dan Keluarga Vicky Ford mengatakan tahun-tahun paling awal adalah "yang paling penting".

"Selain £3,5 miliar yang telah kami keluarkan dalam tiga tahun terakhir untuk hak pengasuhan anak gratis kami, kami juga telah menginvestasikan £18 juta untuk mendukung pengembangan bahasa di tahun-tahun awal, bagian dari paket baru kami senilai £700 juta (juga) untuk memberikan dukungan ekstra kepada anak-anak yang membutuhkannya saat mereka kembali ke kelas," katanya.

"Ini termasuk pendanaan untuk membangun keberhasilan awal skema Nuffield Early Language Intervention dan meluncurkannya ke lebih banyak sekolah, sehingga terdapat lebih banyak (penjangkauan dan) dukungan bagi ribuan anak usia empat dan lima tahun yang keterampilan bahasa, komunikasi, dan literasinya terkena dampak gangguan tersebut."

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya