Menilik Sejarah Lahirnya Lampu Lalu Lintas

Mengapa merah berarti berhenti? Kuning berarti hati-hati dan hijau berarti jalan? Berikut ulasan sejarah lampu lalu lintas.

oleh Rio Apinino diperbarui 12 Mar 2015, 16:13 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2015, 16:13 WIB
Bosan Menunggu, Menarilah Bersama Lampu Merah Ini
Lampu Lalu Lintas di Portugal ajak pejalan kaki untuk menari.

Liputan6.com, London - Pernahkah terpikirkan oleh Anda, mengapa lampu lalu lintas memiliki skema warna sedemikian rupa? Mengapa merah berarti berhenti? Kuning berarti hati-hati dan hijau berarti jalan? 

Skema warna ini ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Melansir Today I Found Out pada Rabu (11/4/2015), skema warna ini berasal dari industri perkeretaapian Inggris sejak tahun 1830-an. Pada saat itu, perusahaan kereta api mengembangkan sistem skema warna untuk memberitahu masinis kapan kereta mereka harus berhenti dan kapan harus melaju.

Mereka memilih warna merah karena warna ini telah berabad lamanya digunakan sebagai tanda bahaya. Awalnya, mereka memilih warna putih untuk melaju dan hijau untuk berhati-hati atau bersiap.

Pilihan warna putih untuk melaju ternyata menimbulkan masalah. Pada tahun 1914 terjadi insiden tabrakan antara kereta yang disebabkan karena masinis salah melihat warna merah sebagai warna putih.

Dari sana, perusahaan kereta api mengganti warna putih dengan hijau sebagai tanda melaju dan kuning sebagai tanda hati-hati. Pemilihan warna kuning disebabkan karena warna itu yang dianggap paling berbeda dengan dua warna lainnya.

Skema warna lampu lalu lintas ini kemudian diterapkan secara lebih luas pada tahun 1865 di London. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya kuda dan pejalan kaki yang menyebrang jalan dan cukup riskan untuk tertabrak.

>>klik laman berikutnya

Penerapan Lampu Lalu Lintas secara Lebih Luas

Kemudian, seorang manajer kereta api bernama John Peake Knight mengusulkan kepolisian Inggris untuk menerapkan sistem yang sama pada lalu lintas secara umum. Sebelumnya, sistem untuk mengatur lalu lintas dilakukan polisi dengan metode semapur yang menggunakan isyarat tangan polisi.

Proposal ini diterima dan diterapkan pertama kali tahun 1868 di persimpangan besar Great George dan Bridge Street di dekat gedung parlemen London.

Meskipun awalnya sempat terjadi kecelakaan berupa kebocoran gas yang memasok lampu lalu lintas dan menyebabkan polisi terluka parah, sistem ini akhirnya tetap diterapkan dan pengaturan menggunakan kode semapur diberhentikan.

Di Detroit, AS, polisi bernama William L. Potts juga menerapkan hal yang sama tahun 1920. Bedanya, jika di London masih menerapkan sistem dua warna, yaitu merah dan hijau, di Detroit polisi telah menerapkan sistem 3 warna, yaitu merah, kuning dan hijau.

Alhasil, Detroit menjadi kota pertama di dunia yang menggunakan warna merah, kuning dan hijau untuk mengontrol lalu lintas sebagaimana yang kita ketahui sekarang.

(rio/gst)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya