Liputan6.com, Jakarta - Teknologi peredam kejut pada motor kini tidak hanya sekadar menggunakan suspensi teleskopik konvensional untuk roda depan. Pada motor dengan performa di atas rata-rata termasuk motor balap, telah didukung shockbreaker teleskopik dalam jenis upside down.
Pada jenis upside down, posisi inner tube (pipa kecil) berada di bagian bawah sedangkan outer tube (pipa besar) berada di bagian atas.
Hingga saat ini, masih banyak orang awam yang berpikiran jika shockbreaker upside down hanya sekadar membalik pemasangan shockbreaker teleskopik biasa. Kenyataannya, bentuk selongsong telah dirancang sedemikan rupa dari pabrik dengan dudukan as berikut kaliper telah menyatu di bagian inner tube.
Shockbreaker upside down memiliki kemampuan redam dan tingkat kekakuan yang lebih baik sehingga lebih stabil. Karakter redaman yang lebih kenyal membuat roda tidak liar ketika cornering (belok rebah) atau akselerasi.
Advertisement
Karena posisi tabung atas yang lebih besar maka sanggup meredam lebih banyak getaran ketimbang model teleskopik konvensional. Ini kebalikan dari shockbreaker teleskopik konvensional yang memiliki kelemahan menghasilkan frekuensi getaran lebih terasa.
Namun demikian, shockbreaker upside down ini memiliki kelemahan yang sangat jelas, bantingannya lebih keras dibanding teleskopik ketika melalui jalan yang keriting.
Selain itu, harga shockbreaker upside down di pasaran juga tergolong mahal. Untuk shockbreaker Yamaha Sabre misalnya, harga di pasaran mencapai Rp 15 juta.
Penggunaan shockbreaker upside down juga tidak cocok di semua jenis motor. Jenis sepeda motor yang menggunakan upside down harus memiliki bobot yang ringan. Oleh karena itu, tekanan yang sangat berat ke roda tidak sanggup ditopang oleh inner tube yang diameternya lebih kecil sehingga rentan patah atau bocor pada seal oli.