Liputan6.com, Jakarta - Dewasa ini perkembangan industri otomotif menunjukkan tren ke arah "hijau". Maksudnya, mesin berbahan bakar konvensional yang jadi mesin paling umum mulai digantikan dengan penggerak alternatif.
Salah satunya adalah listrik. Alih-alih menggunakan bensin, mobil listrik justru memanfaatkan tegangan listrik yang tersimpan di baterai untuk kemudian menggerakkan motor. Mobil ini tidak menggunakan bensin sama sekali sehingga ramah lingkungan.
Pabrikan pembuat mobil listrik itu tentu juga "menciptakan pasar". Banyak yang kemudian menyasar generasi muda sebagai konsumen utamanya.
Advertisement
Baca Juga
Namun demikian, sebuah riset terkini justru menunjukkan bahwa sebagian besar generasi milenial justru tidak mau membeli mobil listrik. Sebaliknya, lebih banyak yang tetap berminat pada mobil bermesin konvensional (pembakaran internal).
Melansir Forbes, riset yang dilakukan oleh Driving Tests ini menemukan bahwa 70 persen anak muda tidak mau beli mobil listrik. Ada 157 ribu responden yang turut serta dalam survei yang digelar dari Maret hingga April ini.
CEO Driving Tests, Andrei Zakhareuski mengatakan bahwa ini adalah hasil yang cukup mengejutkan mengingat pertanyaan survei dibuat seumum mungkin, dalam arti ia tidak memperhitungkan beberapa faktor seperti usia atau jenis kelamin responden.
"Itu adalah hasil yang mencolok karena hasilnya seragam di semua kelompok umur. Ia juga mencolok mengingat (yang ditanya) adalah semua mobil listrik," terangnya.
Lebih jauh, Zakhareuski mengatakan bahwa hasil riset ini menunjukkan bahwa generasi milenial sebetulnya belum terlalu mengerti sekaligus melihat kelemahan mobil listrik. Salah satunya adalah ia dinilai masih terlalu mahal.
"57 persen orang (dari 70 persen penolak mobil listrik) mungkin akan beli mobil listrik kalau harganya sama dengan mobil biasa, biaya operasi rendah, jangkauan 200 mil, dan bisa isi ulang baterai kurang dari satu jam," terangnya.