Keputusan Finansial di Tengah Ketidakpastian: Bagaimana Anak Muda Kelola Aset?

Menabung di bank sangat penting karena seriap orang memerlukan dana yang likuid. Sementara itu, investasi juga penting untuk mengembangkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

oleh Tira Santia Diperbarui 20 Mar 2025, 19:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 19:30 WIB
Ilustrasi perencanaan keuangan oleh pasangan muda (Foto by AI)
Ilustrasi perencanaan keuangan oleh pasangan muda (Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang tentu mendambakan masa depan yang aman dan terjamin. Biasanya, hal ini ditandai dengan kondisi keuangan yang stabil, sehingga tidak ada kekhawatiran terhadap risiko finansial yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Untuk menghindari berbagai risiko keuangan, diperlukan langkah-langkah antisipatif sejak dini. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mulai menabung dan berinvestasi.

Dengan memiliki tabungan dan investasi, kita dapat mempersiapkan berbagai kebutuhan di masa depan, seperti dana darurat, dana pensiun, biaya pendidikan, dan keperluan lainnya.

Hal itulah yang dirasakan Budiarto, yang merupakan karyawan perusahaan swasta di Jakarta. Menurutnya, menabung di bank sangat penting karena kita memerlukan dana yang likuid untuk kebutuhan sehari-hari atau keadaan darurat.

Sementara itu, investasi juga penting untuk mengembangkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

"Kalo ditanya bank atau instrument lain menurutku ke-2 nya udah beda peruntukan ya," kata Budiarto kepada Liputan6.com, Kamis (20/3/2025).

Keamanan 

Menurutnya, menabung di bank memberikan keamanan dan likuiditas, sehingga bisa diakses kapan saja saat dibutuhkan. Namun, menyimpan uang di bank saja tidak cukup karena bunga tabungan biasanya tidak mampu mengimbangi inflasi. Oleh karena itu, sebagian uang juga perlu dialokasikan ke instrumen investasi.

Budiarto menyebutkan bahwa dalam strategi keuangannya, ia membagi asetnya dengan proporsi 70% untuk investasi dan 30% untuk tabungan di bank.

"Menabung dan investasi udah beda peruntukan, kalo aku biasanya membagi keduanya misal 70% invest di instrument tertentu dan 30% di bank sebagai dana liquid atau dana darurat," katanya.

Kata Pria 27 tahun itu mengatakan, bahwa poporsi ini bisa berbeda untuk setiap orang, tergantung pada kebutuhan dan toleransi risiko masing-masing. Jika memilih menyimpan uang di bank, opsi deposito masih bisa menjadi pilihan, asalkan suku bunganya di atas 6%.

"Tergantung menabung dibanknya kaya gimana, kalo ke deposito mungkin masih ok ya dengan catatan bunganya seengganya diatas 6%. Kalo nabung biasa ya cuma buat kebutuhan liquiditas aja," ujarnya.

Emas Jadi Alternatif 

Di sisi lain, untuk investasi, emas menjadi pilihan yang menarik terutama di kondisi ekonomi yang tidak stabil. Emas dikenal memiliki nilai yang cenderung meningkat saat ekonomi melemah dan tidak tergerus oleh inflasi.

"melihat dari kondisi ekonomi saat ini mungkin pilihan terbaik ke Emas, karna emas yang aku tau itu berbanding terbalik dengan ekonomi dan ga kemakan inflasi ya," katanya.

 

Promosi 1

Peran Kebijakan Pemerintah dalam Keputusan Menabung dan Investasi

Naik 6,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jadi Landasan Kuat Kenaikan Upah Minimum 2025
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan kenaikan 6,5 persen itu dihitung dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Budiarto mengakui bahwa keputusannya untuk menabung atau berinvestasi juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Pasalnya, investor cenderung menempatkan dananya di negara yang memiliki regulasi yang stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Jika kebijakan yang diterapkan justru merugikan atau menimbulkan ketidakpastian, investor akan menarik dananya. Saat ini, misalnya, banyak investor asing menarik dana mereka dari Indonesia. Beberapa faktor yang memengaruhi keputusan tersebut antara lain pungutan liar dan korupsi, serta kebijakan pemerintah yang kurang meyakinkan.

Adapun Billy yang merupakan ASN menyatakan bahwa ia melakukan keduanya, baik menabung di bank sekaligus berinvestasi di instrumen lain seperti reksa dana dan logam mulia.

Relokasi Aset

Namun, mengingat kondisi ekonomi yang kurang stabil, ia cenderung merealokasikan asetnya dari instrumen spekulatif seperti reksa dana saham ke instrumen yang lebih konservatif, seperti logam mulia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi yang penuh ketidakpastian, banyak orang memilih investasi yang lebih aman.

"Terkait dengan kondisi perekonomian yang tidak stabil, beberapa waktu belakangan saya cenderung untuk merealokasikan aset saya dari instrumen yang sedikit spekulatif (reksadana saham) pada instumen investasi yang lebih konservatif (logam mulia)," ujarnya.

Saat menentukan antara menabung atau berinvestasi, ada tiga faktor utama yang ia pertimbangkan, yalni risiko, potensi keuntungan, dan likuiditas.

Pria berusia 25 tahun ini, menjelaskan bahwa ia menyesuaikan pilihannya dengan kebutuhan dan tujuan keuangan. Untuk kebutuhan jangka pendek, ia memilih instrumen yang likuid dan minim risiko, sementara untuk investasi jangka panjang, ia lebih berani mengambil risiko dengan aset yang kurang likuid tetapi memiliki potensi keuntungan lebih tinggi.

 

Menabung di Bank: Masih Efektif Melawan Inflasi?

fungsi bank umum
fungsi bank umum ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Salah satu pertanyaan utama dalam perencanaan keuangan adalah apakah menabung di bank masih memberikan perlindungan terhadap inflasi. Billy mengakui bahwa ia tetap menabung di bank, tetapi bukan dengan tujuan investasi atau mengharapkan keuntungan dari bunga, melainkan lebih untuk kemudahan transaksi dan pembayaran.

"Saya sendiri hingga saat ini masih menabung di bank, namun bukan dengan tujuan untuk berinvestasi atau mengharapkan bunga/keuntungan, tetapi lebih dikarenakan untuk tujuan kemudahan transaksi dan pembayaran saja," katanya.

Sama halnya dengan Budiarto, Billy menilai kebijakan pemerintah juga memiliki pengaruh besar dalam keputusan keuangannya. Sebab Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang berdampak pada suku bunga, inflasi, dan stabilitas pasar keuangan.

Selain itu, pemerintah juga menawarkan instrumen investasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi, yang menjadi alternatif menarik bagi investor yang mencari investasi yang lebih stabil.

"Kebijakan pemerintah cukup berperan bagi saya dalam menentukan keputusan menabung dan berinvestasi, sebab pemerintah dapat mengeluarkan produk berupa kebijakan maupun produk yang dapat dibeli oleh masyarakat sebagai aset investasi (seperti SBN dan obligasi) yang dapat mempengaruhi kondisi pasar," pungkas Billy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya