Liputan6.com, Jakarta - Ada kaitan erat antara perkembangan teknologi di industri otomotif dengan pelumas. Dewasa ini, misalnya, mesin diharuskan menggunakan oli yang semakin cair karena komponen di dalamnya semakin rapat.
Selain kekentalan, tentu saja perubahan juga terdapat pada kandungan oli itu sendiri. Ada kandungan oli yang berbeda untuk kebutuhan mesin yang juga berbeda.
Di Eropa misalnya, ada oli yang diperuntukkan bagi mesin Diesel yang menggunakan perangkat khusus pereduksi gas buang.
Advertisement
Baca Juga
"Biasanya oli khusus untuk mesin Diesel di Eropa kandungannya tidak akan 'meracuni' perangkat khusus pereduksi emisi," terang Shofwatuzzaki, B2C Lubricants Technical Manager PT Shell Indonesia di Jakarta, Selasa (10/5) kemarin.
Perusahaan oli pada dasarnya akan selalu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Menurut Zaki, jika dirunut, maka teknologi barunya itu harus ada dulu, baru kemudian pabrikan oli mempelajarinya untuk menghasilkan oli yang tepat.
"Pertama sebetulnya bahan bakarnya dulu siapkan. Baru kemudian teknologi mesinnya, pelumas akan mengikuti," sambung Zaki.
Selain karena inovasi pabrikan, kualitas oli juga bisa semakin baik karena campur tangan pemerintah. Dalam konteks Indonesia misalnya, penerapan Euro4 tahun depan akan membuat kualitas pelumas kendaraan semakin tinggi.
Apalagi, oli yang tepat juga akan turut berkontribusi terhadap penurunan emisi gas buang. "Pakai pelumas yang bagus artinya mesin bekerja optimal. Pembakarannya lebih bagus, otomatis gas buangnya juga minimal," tutupnya.