Liputan6.com, Jakarta Tahun 2025, pemerintah Indonesia menargetkan 20 persen kendaraan akan berbasis listrik. Untuk menjadikan kendaraan yang diklaim bebas karbon tersebut berlalu lalang di jalanan, maka saat ini pemerintah masih menggodok sejumlah regulasi.
Pertanyaan pun mencuat, apakah target dalam delapan tahun ke depan, Indonesia benar-benar siap menggunakan kendaraan listrik sebagai moda transportasi?
Advertisement
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Presiden Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO) Indonesia, Gunadi Sindhuwinata angkat bicara. Kata dia, jika bicara soal keilmuwan atau perkembangan teknologi, maka tak ada batasan waktu perihal kesiapan.
“Bisa jadi cepat, atau malah makin lambat. Karena begitu satu perkembangan terjadi. Kita melihat bukan hanya positifnya saja, negatifnya juga harus diselesaikan, harus dicari tahu dan ditanggulangi,” ungkap Gunadi saat ditemui di acara Small Engine Technologi Conference (SETC) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (15/11/2017).
Kata Gunadi, untuk menghadirkan kendaraan listrik siap diproduksi massal, setidaknya ada tahap yang dibuat sangat progresif. Salah satunya tahapan keamanan baik bagi pengendara maupun pihak lainnya.
Namun para produsen tak boleh cepat puas, sebab semua produk otomotif, harus tetap dilakukan pengembangan dan penelitian, agar lebih meyakinkan serta lebih aman.
Namun ketika ditanya tahapan apa lagi yang akan terjadi dan harus dipenuhi, mantan Ketua Umum AISI itu tak bisa menjelaskan secara detail. “Saya tidak tahu, mudah-mudahan tidak lama,” tuturnya.
Gunadi mengatakan, pemerintah boleh saja menargetkan, namun hal tersebut harus tetap dilakukan peninjauan ulang, agar realistis.
“Nah ini sambil berjalan, misalnya dulu kendaraan tidak pakai disc brake sebagai standar, sekarang semua kendaraan sudah pakai disc brake. Kemudian teknologi ban sudah berkembang. Dan seperti itu,” tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Nissan Note E-Power, Mobil Berteknologi Serial Hybrid
PT. Nissan Motor Indonesia mengajak rekan media untuk mencicipi mobil hybrid terbarunya, yaitu Nissan Note e-Power. Mobil ini belum dijual resmi di Indonesia, namun Liputan6.com diberi kesempatan untuk mengujinya di Bridgestone Proving Ground, Karawang.
Sebelum mengujinya, Anton Khristanto, Manager R&D PT NMI menjelaskan terlebih dahulu drivetrainyang diadopsi oleh Nissan Note e-Power. "Berbeda dengan sistem Electric Vehicle yang menggunakan baterai sepenuhnya. Sistem e-Power menggunakan mesin untuk mengisi baterai, sehingga tidak perlu habis ketika sedang berkendara," ungkapnya kepada media.
BACA JUGA
Motor elektrik yang digunakan memiliki tenaga 107 Tk dengan torsi 254 Nm. Sedangkan mesin yang digunakan berkapasitas 1,2 liter yang digunakan juga oleh March. Karena mengadopsi sistem serial hybrid, mesin mobil baru akan menyala saat baterai butuh diisi.
"Untuk pengisian standar, mesin akan menyala di putaran 2.500. Saat dibutuhkan pengisian cepat, putaran mesin akan meningkat ke 4.000," sambung Anton. Berdasarkan data Japanese JC08 cycle, konsumsi Note e-Power diklaim mencapai 37,2 km/liter untuk varian S, sedangkan varian x/medalist mencapai 34 km/liter.
Advertisement