Mitos Isi Bensin yang Bikin Pemilik Mobil Keliru, Apa Saja?

Terkait pengisian bahan bakar minyak (BBM) yang keliru, dan karena beredar terus menerus, justru membuatnya dianggap benar.

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Agu 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2018, 09:09 WIB
20150930-Pom Bensin-BBM-SPBU-Jakarta
Aktivitas pengisian BBM di SPBU Cikini, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi pemilik mobil, memang banyak yang hanya bisa mengemudikan mobil. Tidak jarang, si empunya roda empat ini tidak paham cara kerja mesin, sehingga banyak mitos beredar.

Contohnya, terkait pengisian bahan bakar minyak (BBM) yang keliru, dan karena beredar terus menerus, justry jadi dianggap benar. Bahkan, karena mitos tersebut, tidak jarang pemilik mobil merasa ketakutan dan bakal membuat mengakibatkan mesin mengalami kerusakan.

Berikut, tiga mitos keliru tentang pengisian BBM yang dilansir dari Oto.com:

1. Isi Bensin pada Malam Hari

Bensin yang kita beli di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) bersifat cair. Kepadatan zat cair menurun pada suhu yang tinggi atau panas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, kepadatan atau density disebut juga berat jenis. Berdasarkan rumus kimianya, hubungan kepadatan atau kerapatan dengan volume berbanding terbalik.

Nah, bensin yang kita beli memakai takaran volume (per liter) bukan berat (per kilogram). Maka lumrah kalau banyak yang berasumsi bensin yang kita beli di malam hari saat suhu udara rendah, lebih banyak dari kalau kita beli di siang hari saat suhu udara tinggi. Karena kepadatannya lebih tinggi meski volumenya sama.

Tapi, dispenser penyimpanan bensin dan solar di setiap SPBU (kecuali Pertadex) ditanam di bawah tanah. Cara ini membantu bahan bakar cair yang tersimpan di dalamnya selalu berada pada temperatur suhu yang hampir konstan, tak peduli seberapa tinggi dan rendah suhu temperatur di atas permukaan tanah.

Jadi bensin yang didapat sama saja, baik saat kita membeli bensin di siang hari atau malam hari. Keuntungan isi bensin malam hari ialah, antrian yang tak panjang. Apalagi kalau tengah malam.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Selanjutnya

20170105-BBM-Naik-AY1
Papan petunjuk BBM yang berada di SPBU, Jakarta, Kamis (5/1). Penetapan harga BBM Umum jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite merupakan kebijakan korporasi Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

2) Isi Bensin Beroktan Tinggi

Mobil performa tinggi yang kencang meminum bensin dengan oktan yang tinggi. Mungkinkah mengkonsumsi bensin beroktan tinggi membuat Toyota Avanza atau Mitsubishi Xpander jadi lebih kencang pula?

Begini, mobil performa tinggi memang wajib memakai bensin dengan oktan tinggi untuk mencegah terjadinya proses pembakaran yang prematur di ruang bakar atau lazim disebut ‘ngelitik’.

Ngelitik atau knocking ini bila dibiarkan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan banyak penyakit bagi mobil. Misalnya, kerusakan katup, kerusakan dinding ruang bakar karena tergesek oleh piston, banyaknya deposit karbon di ruang bakar akibat bahan bakar yang tak terbakar dan yang paling arah, ganti mesin.

Namun mayoritas mobil pada umumnya di perkotaan tak membutuhkan bensin dengan oktan tinggi. Bahkan faktanya, hampir semua produsen mobil di Indonesia, menguji terlebih dahulu performa setiap mobil yang mereka produksi menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) dengan oktan rendah.

Kebanyakan mobil memakai mesin dengan rasio kompresi 9:1 sampai 10:1. Untuk rasio ini bensin dengan oktan 88-92 sudah cukup. Bensin jenis Premium dari Pertamina memiliki nilai oktan 88, Pertalite memiliki RON (Research Octane Number) 90 dan Pertamax 92.

Jadi, jangan kaget kalau Anda sudah merogoh kocek ekstra untuk membeli bensin jenis Pertamax Turbo dengan RON 98 namun performa LCGC (Low Cost Green Car) kesayangan Anda tak lebih baik dari city car bermesin lebih besar.

Selanjutnya

Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi BBM ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mulai dari Rp500 hingga Rp900 per liter mulai 1 Juli 2018. (Liputan6.com/Johan Tallo)

3. Isi Bensin Sebelum Habis

Kalau mesin kehabisan bensin lalu mogok, itu benar. Tapi kalau kehabisan bensin bisa menimbulkan kerusakan mesin, itu salah! Ada yang beranggapan kalau bensin habis atau terlalu sedikit di tangki, bisa masuk angin. Kebanyak mobil sekarang telah mengadopsi sistem injeksi. Sistem ini dilengkapi regulator yang mengatur tekanan bahan bakar.

Pada situasi terburuk saat bensin di tangki habis, dan tekanan fuel pump (pompa bensin) turun dari normal, maka regulator memberikan sinyal ke ECU (Electronic Control Unit) untuk memerintahkan fuel pump berhenti bekerja.

Selain itu, ada juga yang menyebut kalau sisa bensin sedikit maka kotoran di tangki tersedot dan membuat filter bahan bakar cepat kotor dan bahkan membuat salurannya tersumbat. Perlu diketahui, hampir semua mobil dengan sistem injeksi menyedot bahan bakar di bagian terendah tangki bensin.

Mengapa? Di beberapa negara Eropa dengan suhu yang sangat dingin, sering terjadi bensin di tangki membeku. Biasanya yang paling pertama membeku di bagian atas seperti layaknya air di danau yang membeku terlebih dahulu di bagian permukaannya.

Begitupun dengan mobil, meski bensin di permukaan membeku biasanya bagian dasarnya masih cair. Jadi kalau tangki bensin Anda kotor, saat tangki penuh bensin pun kotoran bisa saja tersedot ke saluran bensin.

Tapi bukan berarti baik membiarkan mobil sering kehabisan bensin. Karena merepotkan Anda sendiri, harus mencari SPBU terdekat dengan berjalan kaki. Intinya jangan terlalu paranoid mengenai beberapa mitos pengisian bensin ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya