Liputan6.com, Jakarta - Laju pertumbuhan penjualan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang menunjukkan tren melambat di pasar global pada 2023. Namun, tren itu tak cukup menggentarkan mayoritas pabrikan mobil asal Jepang.
Jajaran produsen mobil di Jepang nampaknya telah puas membiarkan seluruh dunia berlomba untuk melakukan elektrifikasi pada tahun-tahun sebelum harga baterai menjadi murah dan infrastruktur pengisian daya yang memadai masif dibangun.
Baca Juga
Perlambatan adopsi kendaraan listrik telah membuat banyak eksekutif otomotif melakukan evaluasi terhadap optimisme awal mereka pada EV.
Advertisement
Merek besar seperti Ford telah merevisi ekspektasi mereka pada F-150 Lightning miliknya, General Motors mengurangi ekspektasi pada target produksi 400 ribu EV di pertengahan tahun, bahkan produsen asal Tiongkok seperti HiPhi sampai-sampai menghentikan produksi kendaraan listriknya selama satu semester.
Di tengah ramainya produsen mobil mengerem rencana produksi EV-nya, sederet pabrikan Jepang tetap berjalan sesuai rencana pada lini mobil elektriknya.
Toyota telah lama menyuarakan skeptisismenya pada rencana untuk melakukan upaya maksimal dalam pengembangan kendaraan listrik. Jenama lainnya seperti Honda, Subaru, Nissan, dan Mazda, pun tercatat agak enggan melakukan upaya maksimal dalam strategi transformasi kendaraan listrik.
Nampaknya Jepang tak ingin tergesa-gesa dalam elektrifikasi dan persaingannya. Langkah panjang Jepang merupakan kehati-hatian.
Â
Nissan Punya Rencananya Sendiri Soal Percepatan Elektrifikasi
Awalnya para advokat kendaraan listrik sering mengaitkan pendekatan pabrikan Jepang ini dengan keengganan untuk menerima perubahan serta kaitannya dengan kompetisi produsen mobil konvensional untuk mengejar ketertinggalan dari Tesla.
Walau begitu, sebuah laporan dari Bloomberg menunjukkan kolektif otomotif Jepang memang telah memiliki firasat bahwa perlambatan pada akhirnya akan terjadi pada pasar kendaraan listrik.
"Pelanggan yang menentukan kecepatan elektrifikasi," kata Stephen Ma, chief financial officer Nissan Motor. "Elektrifikasi bukanlah pertumbuhan yang linier, garis lurus. Itu akan naik dan turun. Namun dalam jangka panjang, hal itu akan tumbuh."
Sentimen Ma menegaskan bahwa terbatasnya penggunaan kendaraan listrik tidak mengindikasikan kehilangan fokus Nissan terhadap masa depan kendaraan listrik. Walaupun perusahaan menyesuaikan strategi dengan kebutuhan konsumen, mereka tetap berkomitmen pada rencana kendaraan listrik mereka.
Pada 2021, Nissan mengumumkan rencana lima tahun senilai 2 triliun yen (Rp 208 triliun) untuk mempercepat proses elektrifikasi, menunjukkan tekad mereka dalam menghadapi arah masa depan kendaraan listrik.
Advertisement
Honda, Subaru, dan Toyota Tak Terpengaruh Perlambatan Tren Penjualan EV
Nissan tidak sendirian. Berbicara tentang rencana perusahaan, disirat dari Carscoops, CFO Honda Motor, Eiji Fujimura mengatakan bahwa meskipun mengantisipasi kemungkinan perlambatan pertumbuhan pasar EV, Honda akan tetap maju dan berkomitmen pada pengembangan kendaraan listriknya.
Tomoaki Emori, Wakil Presiden Eksekutif Subaru, juga menyatakan bahwa pertumbuhan telah dipertimbangkan ketika mereka merencanakan elektrifikasi senilai 1,5 triliun yen (Rp156Â triliun).
Sementara itu, Toyota terlihat duduk manis mencatatkan rekor penjualan kendaraan bertenaga hybrid mereka. Walau tengah dilanda berbagai skandal emisi, produsen mobil nomor satu dunia ini tetap membawa kabar baik bahwa mereka tengah bersiap untuk mengirimkan lima juta mobil berbahan bakar bensin-listrik pada 2025 mendatang.
Di samping kesuksesannya itu, CFO Toyota Yoichi Miyazaki mengungkapkan perusahaannya akan terus berinvestasi pada kendaraan listrik karena sejalan dengan strateginya untuk mengejar ambisi jajaran penuh yang terdiri dari battery-electric, plug-in hybrid, dan powertrain berbahan bakar hidrogen.
Â
Â
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Advertisement