Liputan6.com, Warwickshire, Inggris - Pada Juni tahun lalu, Aston Martin menandatangani kesepakatan kerjasama kendaraan listrik bersama startup mobil listrik asal Amerika, Lucid, untuk dijadwalkan segera mengaspal pada 2025. Namun, Aston Martin menunda rencana tersebut dan kembali bersikap dingin pada kendaraan listrik.
Diketahui jenama asal Britania Raya tersebut akan menunda rencana mobil listrik pertamanya hingga tahun 2027 dan memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pada plug-in hybrid (PHEV).
Baca Juga
Berbicara kepada Autocar, CEO Aston Martin, Lawrence Stroll mengungkapkan bahwa PHEV adalah prospek yang lebih menjanjikan ketimbang mobil listrik berdasar analisis pribadinya.
Advertisement
Bahkan dirinya menaruh harapan pada teknologi ini untuk terus dapat dijual hingga pertengahan 2030-an dan seterusnya, memperpanjang umur mesin pembakaran internal (ICE) dibantu dengan perkawinan motor listrik.
"Selama kami diizinkan membuat mobil ICE, kami akan membuatnya. Saya pikir akan selalu ada permintaan, meskipun jumlahnya kecil," ungkap Lawrence Stroll dikutip Autocar Sabtu (13/4/2024).
Pernyataan tersebut dilandasi oleh banyaknya konsumen Aston yang masih memiliki bounding pada bising dan bau dari mesin berbahan bakar bensin mobil sport mereka.
Sepanjang era PHEV-nya, Aston akan meminjam mesin V8 Mercedes-AMG karena konsumen menurutnya tidak lagi mendewakan mesin V6. Selanjutnya Aston juga akan membubuhkan teknologi hybrid pada mesin V12 miliknya.
Stroll mengonfirmasi bahwa supercar Aston Martin Valhalla berada di jalur yang tepat untuk diumumkan dan dikirimkan ke pelanggan pertama pada akhir tahun ini sebagai model hybrid pertama miliknya yang ditenagai mesin V8.
Nasib Mobil Listrik Aston Martin
Sikap dingin Aston Martin kepada mobil listrik diungkapkan dengan sentimen Stroll pada kepentingan politik tertentu ketimbang kepercayaannya pada komitmen keberlanjutan.
"Kami berencana untuk meluncurkannya (mobil listrik Aston Martin) pada akhir tahun 2025 dan siap untuk melakukannya, tetapi tampaknya ada lebih banyak hype dalam kendaraan listrik, yang didorong oleh politik atau apa pun, dibandingkan permintaan konsumen, terutama pada harga Aston Martin," ucapnya sambil melihat kondisi pasar mobil listrik yang kini tengah melesu.
Stroll juga memahami karakter Aston Martin sebagai mobil yang jarang dijadikan sebagai mobil pertama pelanggannya, yang cenderung digunakan untuk memenuhi hasrat hobi. Menurutnya, hal tersebut berkaitan erat dengan rendahnya permintaan mobil listrik dalam segmen mewah di mana Aston Martin beroperasi.
Di samping itu, Aston Martin telah siap dengan arsitektur kendaraan listrik dan berencana untuk meluncurkan empat mobil listrik yang mencakup model GT, SUV, crossover, dan supercar, tetapi mereka tidak akan memasuki pasar sebelum tahun 2027.
Model SUV diproyeksikan akan menjadi kendaraan listrik penuh Aston Martin di segmen mewah sebelum mobil sport miliknya.
Ini bukan pertama kalinya Aston Martin membatalkan ambisi kendaraan listriknya. Hampir lima tahun lalu di Shanghai Motor Show 2019, perusahaan tersebut memperkenalkan Rapide E siap produksi. Namun, 155 unit yang dijadwalkan akan dibuat tiba-tiba dihentikan pada menit-menit terakhir.
Advertisement