Liputan6.com, Jakarta - Panggung Pilkada Serentak 2018 tak hanya menarik perhatian warga dari kalangan sipil. Sejumlah jenderal polisi di institusi Polri rupanya juga tertarik merasakan panasnya persaingan di Pilkada Serentak 2018 mendatang.
Ada tiga Jenderal polisi yang telah dipastikan maju sebagai calon gubernur maupun wakil gubernur di Pilkada 2018. Mereka masing-masing diusung oleh partai yang sama, yaitu PDI Perjuangan.
Baca Juga
Ketiga Jenderal itu maju di Pilkada Jawa Barat, Pilkada Maluku dan Pilkada Kalimantan Timur.Â
Advertisement
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, terjunnya sejumlah jenderal polisi dalam pemilihan kepala daerah adalah hak politik mereka, sehingga sah-sah saja jika mereka ingin menggunakan hak tersebut.Â
"Ya memang itu hak politik dari tiap-tiap anggota ya," jelas Tito di Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Rabu, 11 Januari 2018.Â
Meski tak mempermasalahkan anak buahnya mengikuti Pilkada, Tito tetap menetapkan syarat bagi mereka, yakni harus mengundurkan diri dari kepolisian.Â
"Sepanjang mereka mengundurkan diri, mereka memiliki hak politik, tidak dicabut oleh UU, oleh pengadilan, biar masyarakat aja yang memilih," ucap mantan Kapolda Papua itu.
Berikut 3 jenderal polisi yang Maju di Pilkada Serentak 2018:Â
Murad Ismail, Mantan Komandan Brimob
Mantan Komandan Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail maju menjadi calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maluku 2018. Murad yang maju bersama Barnabas Orno resmi mendaftar ke Komisi Pemiluhan Umum (KPU) Maluku, Rabu 10 januari 2018.
Murad Ismail merupakan putra kelahiran Maluku yang menyandang pangkat Inspektur Jenderal (Irjen) sebelum mundur dari institusi kepolisian. Pada 2013 sampai 2015, ia pernah menjabat sebagai Kapolda Maluku.
Selama menjabat Kapolda Maluku, Murad Ismail dikenal baik oleh semua kelompok masyarakat, baik muslim ataupun Nasrani.
Di Pilkada Maluku, Murad diusung oleh Partai Nasdem, Partai Hanura, PPP, PKPI dan PDI Perjuangan.
Saat mendaftar di KPU, Murad dan Barnabas menaiki sebuah replika kapal ikan tradisional yang sering dipakai nelayan pesisir Maluku untuk melaut. Bersama petinggi partai pengusung serta ratusan pendukungnya, pasangan yang menggunakan setelan baju putih itu kemudian diarak mengelilingi Kota Ambon.
Murad mengatakan, kapal ikan yang mereka naiki ke KPU merupakan simbol kesejahteraan rakyat Maluku.
"Kita dari dulu hidup dari ikan, dari laut. Kita bisa sekolah tinggi-tinggi itu karena laut, karena ikan, bukan emas, gas dan minyak," kata Murad Ismail.
Advertisement
Anton Charliyan, Mantan Wakalemdiklat Polri
Anton Charliyan bukan sosok asing di Jawa Barat. Pria kelahiran Tasikmalaya, 29 November 1960 itu pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat di tahun 2016.
Pengalaman Anton di reserse membuatnya ditarik ke Polda Metro Jaya. Ia ditugaskan menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Saat itu, ia kembali mengusut kasus pembunuhan aktivis, kali ini kasus Munir.
Karier Anton di reserse berlanjut hingga ke Mabes Polri. Ia diberi tugas sebagai Kanit III Direktorat I Keamanan dan Kejahatan Transnasional Bareskrim Polri pada tahun 2003 dengan pangkat komisaris besar.
Sejak lulus dari Akpol, Anton sudah memegang sebanyak 27 posisi jabatan. Jabatan terakhirnya adalah Wakalemdiklat Polri.
Jabatan di Lemdiklat Polri itu menjadi jabatan terakhirnya di institusi Polri setelah akhirnya memutuskan maju di Pilkada Jawa Barat sebagai calon wakil gubernur.
Di Pilkada Jawa Barat, Anton akan berpasangan dengan politisi PDI Perjuangan TB Hasanuddin.
Safaruddin, Mantan Kapolda Kaltim
Safaruddin, mantan Kapolda Kaltim maju resmi maju sebagai calon wakil gubernur di Pilkada Kalimantan Timur, berpasangan dengan Rusmandi Wongso, yang merupakan mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kaltim. Dia diusung PDI Perjuangan dan Partai Hanura.
Safaruddin adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 3 September 2015 menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kalimantan Timur.
Sebelum menjabat sebagai Kapolda Kaltim, pria kelahiran 10 Februari 1960 ini menduduki posisi Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri.
Safaruddin mengaku tidak masalah jika dipasangkan dengan Rusmadi. Menurutnya, yang terpenting visi dan misi dirinya dan Rusmadi satu tujuan, yaitu membangun Kalimantan Timur lebih baik.
"Tidak masalah yang penting saya bilang sampaikan ke Pak Rusmadi visi misi kita membangun Kaltim lebih baik," ujarnya yang menolak menjelaskan visi dan misinya.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Advertisement