Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasa Syadzily menilai, pidato kebangsaan Prabowo Subianto di Semarang kembali mempertontonkan retorika dan klise. Tidak ada solusi yang ditawarkan oleh calon presiden nomor urut 02 itu.
"Dari apa yang disampaikan Prabowo misalnya akan menurunkan harga pangan tapi tak menjelaskan bagaimana cara menurunkan harga pangannya tersebut. Apa yang disampaikannya tidak ada substansi yang mendalam dan solutif," kata Ace seperti yang dilansir Antara, Sabtu (16/2/2019).
Dia mencontohkan, omongan Prabowo soal uang Indonesia yang banyak mengalir ke luar negeri. Tapi pada satu sisi, dia mengakui adanya program yang spektakuler dari Jokowi tentang tax amnesty.
Advertisement
Prabowo juga berbicara soal harga pangan akan diturunkannya jika terpilih, tapi tak jelaskan bagaimana cara menurunkannya. Padahal, pemerintahan Jokowi telah mampu menstabilkan harga dengan sangat baik yang terbukti dengan angka inflasi yang sangat rendah selama 4 tahun terakhir ini.
"Substasinya lebih banyak menyampaikan kecemasan seperti membenarkan strategi firehood of falsehood dengan mengatakan bahwa Indonesia seperti badan yang sakit. Padahal apa yang dikatakannya sakit, tak jelas. Apanya yang sakit? Semua baik-baik saja," ujar Ace.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Ada yang Baru?
Apalagi, menurut dia, pada saat pidato penutupan Prabowo mengatakan lebih baik hancur daripada dijajah kembali.
"Ini sebuah paradoks. Di awal mengatakan tidak pesimistis, tetapi di akhir bilang hancur. Ini mengulangi kembali narasi pesimismenya," kata Ace.
Menurut dia, dari apa yang disampaikan Prabowo dalam pidato kebangsaannya, tidak ada yang baru. Tak ada tawaran program yang konkret dan solutif.
"Kembali mempertontonkan kecemasan untuk meraih simpati. Tapi gagal memberikan tawaran yang dapat meyakinkan rakyat," katanya.
Advertisement