Bedah Rumah Kebaya Adat Betawi

Rumah adat Betawi diberi nama dengan Rumah Kebaya karena atapnya yang berlipat menyerupai kebaya.

oleh Kantrimaharani diperbarui 23 Jun 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2016, 12:00 WIB
rumah kabaya
Rumah adat Betawi diberi nama dengan Rumah Kebaya karena atapnya yang berlipat menyerupai kebaya

Liputan6.com, Jakarta Tidak banyak yang tahu, bahwa sesungguhnya nama rumah asli suku Betawi adalah Rumah Kebaya. Sekilas namanya terdengar seperti jenis pakian nasional. Namun, tahukah Anda mengapa rumah ini disebut sebagai Rumah Kebaya?

Disebut dengan Rumah Kebaya karena bentuk atap yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.

Nama Rumah Kebaya memang tidak populer, sebab masyarakat lebih familiar dengan Rumah Joglo. Padahal sebenarnya, Rumah Joglo merupakan rumah adat Jawa.

Kendati sekilas keduanya serupa, namun jika dilihat secara seksama, keduanya sangatlah berbeda. Salah satu perbedaannya terlihat dari atap rumah. Rumah Joglo atapnya tidak menyerupai pelana layaknya lipatan, tetapi menyerupai seperti perahu terbalik.

Rumah Kebaya sendiri memiliki karakteristik yang khas. Ciri khas dari rumah ini adalah dilihat dari teras yang luas. Teras tersebut berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.

Berbeda dengan rumah modern di mana ruang keluarga biasanya ada di dalam rumah, tetapi di Rumah Kebaya, teras luar inilah tempat favorit keluarga untuk bersenda gurau.

Di teras, terdapat kursi bale-bale dari rotan, bambu, atau kayu jati yang disebut amben. Lantai teras diberi nama gejogan, yang memiliki simbol penghormatan kepada tamu.

Bagi masyarakat Betawi, gejongan ini dianggap sakral atau kramat, karena berhubungan langsung dengan tangga masuk bernama balaksuji, yakni penghubung rumah dengan area luar.

Masyarakat Betawi juga membuat sumur di depan rumah dan pemakaman yang berada di samping rumah. Keberadaan makam di samping rumah merupakan tradisi lawas masyarakat Betawi.

Affan Banon Dirga, Masyarakat Betawi Condet mengungkapkan mengapa makam berada di samping rumah, yaitu agar pihak keluarga yang masih hidup selalu ingat akan sebuah kematian.

“Jadi, ketika membuka jendela kamar, pemandangan pertama yang dilihat adalah makam. Selain itu, dengan adanya makam, sanak saudara yang tidak tinggal di rumah tersebut bisa berziarah tanpa harus menempuh jarak jauh,” kata Affan seperti dikutip dari laman Rumah.com.

Namun, seiringnya perkembanga zaman dan lahan yang kian terbatas, tradisi menyimpan makam di dekat rumah sudah mulai ditinggalkan.

Rumah Kebaya memiliki dinding rumah yang terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser hingga ke tepi. Tujuannya agar rumah terasa lebih luas. Selain itu, sirkulasi udara pun akan terjadi tanpa sekat.

Bedah Rumah Kebaya

Rumah Kebaya (sumber: wikipedia.com)

Berbeda dengan konsep Rumah Joglo yang memiliki enam bagian, ditinjau dari sifatnya Rumah Kebaya dibedakan menjadi 2 bagian.

Mereka membagi rumah untuk semi publik (umum) dan pribadi. Area semi publik terletak pada bagian depan seperti teras dan ruang tamu. Kedua ruangan tersebut bisa leluasa datang dan duduk.

Sedangkan, untuk area pribadi terletak di belakang seperti ruang makan, kamar tidur, dapur, dan pekarangan belakang. Area ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah.

Rumah Kebaya juga memiliki kamar tamu, yang disebut paseban. Kamar ini didesain indah untuk menghormati tamu yang menginap.

Pintu diberi ukiran. Tepi atap diberi renda seperti kebaya. Jika tamu tidak ada, paseban ini juga bisa menjadi tempat ibadah.

Material Atap: Atap rumah ini menggunakan material genteng atau atep (daun kirai berbentuk anyaman). Konstruksi kuda-kuda dan gording (balok induk yang bertugas menahan elemen struktur rangka atap) menggunakan kayu gowok atau bisa juga menggunakan kayu kecapi.

Balok tepi, terutama di atas dinding luar menggunakan kayu nangka yang sudah tua. Kaso (balok kayu dibuat dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm.

Setiap reng menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali. Diameter bambu untuk kaso adalah 4cm. Sedangkan untuk reng adalah bambu yang dibelah.

Material dinding: material yang digunakan adalah kayu gowok atau kayu nangka. Material tersebut diterapkan pada dinding depan.

Selanjutnya dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding-dinding lainnya menggunkan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasang bata di bagian bawahnya.

Jika Anda lihat pada daun pintu atau jendela terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal. Jalusi adalah pintu yang memiliki lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruangan yang tertutup seperti kamarmandi.

Jalusi horizontal tersebut diaplikasikan pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu dan jendela.

Material pondasi: Pondasi rumah ini menggunakan batu kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan di bawah setiap kolom. Landasan dinding mengguanakan pasangan batu bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.

Hiasan rumah: Hiasan Rumah Kebaya memiliki ragam pada dinding yang fungsinya tidak hanya menjadi hiasan, tetapi juga dapat menutup lubang ventilasi pada dinding depan.

Feature picture: jakartapanduwisata.id

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya