Liputan6.com, Makassar - Keberadaan Pasar Sambung Jawa alias Pasar Senggol yang dikelola PD Pasar di Kota Makassar makin meresahkan pengguna Jalan Cendrawasih yang akan melintas, terlebih ketika malam hari.
Relokasi yang sudah direncanakan sejak 2011 tidak ubahnya sebuah isapan jempol belaka karena banyak pedagang yang tidak mau ditertibkan maupun dipindahkan.
Bahkan, para pedagang yang mayoritas ibu-ibu itu berani mengancam Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya, Rahim Bustaman.
Rahim sendiri mengakui adanya ancaman itu. Namun bukan ancaman kekerasan yang didapatnya, tapi ancaman ciuman. Ibu-ibu itu minta dicium dulu satu per satu, baru mau ditertibkan.
Baca Juga
"Memang sedikit sulit saya tertibkan penjual di Pasar Senggol, karena kebanyakan ibu-ibu minta dicium dulu sebelum ditertibkan," kata Rahim kepada Liputan6.com, Sabtu (2/1/2016).
Meski demikian, Rahim mengaku akan tetap menjalankan tugasnya dalam menertibkan pedagang liar yang mengganggu arus lalu lintas di Kota Makassar.
"2016 ini sudah kita siapkan berbagai program pembenahan untuk mendapatkan deviden yang signifikan yang harus dibarengi dengan pelayanan yang baik,” kata Rahim.
Biasanya, kalau orang disenggol-senggol bakal risih bahkan marah. Namun di Pasar Senggol yang hanya berjarak 3 kilometer dari Pantai Losari, lanjut Nurdin, orang-orang yang berkunjung tidak marah apalagi risih jika disenggol-senggol.
Menurut Nurdin, warga setempat, Pasar Sambung Jawa terbilang unik karena warga sekitar jalan Jalan Cendrawasih meliputi Jalan Hati Mulia, Jalan Hati Murni dan Jalan KS Tubun di Kecamatan Mariso kompak menggelari nama pasar ini dengan nama Pasar Senggol sejak 1970-an.