Kera Hitam dan Sepotong Kisah Makam Tua di Pinggiran Makassar

Dulu sangat ramai bahkan orang dari luar kampung Manggala juga sering berdatangan ke makam tersebut dengan beragam maksud.

oleh Eka Hakim diperbarui 14 Feb 2016, 20:49 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2016, 20:49 WIB
Monyet Hitam dan Kisah Makam Tua di Pinggiran Kota Makassar
Dulu sangat ramai bahkan orang dari luar kampung bangkala juga sering berdatangan ke makam tersebut dengan beragam maksud.

Liputan6.com, Makassar - Antang, salah satu daerah yang terletak di pinggiran kota Makassar. Di sana ada sebuah makam kuno yang diyakini sebagai kuburan "patanna kamponga" atau sesepuh kampung setempat.

Dari cerita orang-orang terdahulu, Antang yang berada di Kecamatan Manggala, Kota Makassar memiliki budaya masyarakat yang beragam dan lebih dekat kepada penganut animisme.

Abdul Kadir (102) seorang tokoh masyarakat  setempat yang ditemui dirumahnya di Jalan Tamangapa Raya 3 Kel. Bangkala Kec. Manggala, Antang, Makassar Minggu (14/2/2016) mengatakan dahulunya makam itu terletak dibawah pohon besar yang sangat tua yang lokasinya sekarang sudah dibeli oleh pengembangan untuk pembangunan perumahan.

"Tapi karena telah dibeli pengembang untuk pembangunan perumahan akhirnya makam itu dipindahkan oleh masyarakat ke dalam lorong," kata Abdul yang juga merupakan guru pencak silat dikampung Bangkala hingga saat ini.

Jauh sebelum menyebar agama Islam di Antang, kata Abdul, keyakinan masyarakatnya masih menganut kepercayaan sehingga makam itu sering ramai didatangi dan kerap ada aktifitas ritual adat setiap tahunnya.

 

 

"Dulu sangat ramai bahkan orang dari luar kampung Bangkala juga sering berdatangan ke makam tersebut dengan beragam maksud. Tapi saat ini hanya sekelompok saja yang masih menjalankan ritual," ucap Abdul.

Dia menuturkan makam tua itu dihuni oleh Daeng Pasang yang berwujud seekor kera besar berwarna hitam dan kerap memunculkan diri secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu, bahkan di siang bolong sekalipun.

"Dia (Daeng Pasang) dahulunya senang bermain dengan anak anak kecil. Di mana anak anak ditempatkan di atas pundaknya lalu dibawa meloncat ke dahan pohon di sekitar makam itu," tuturnya.

Selang masuknya agama Islam di kampung Bangkala, makam itu tak terperhatikan lagi dan pernah malah hendak ingin dihancurkan oleh sekelompok pemuda yang tergabung dalam ormas Islam.

"Masyarakat sudah jarang dan bahkan tak ada lagi kegiatan di makam itu semenjak makam itu pernah didatangi sekelompok ormas yang ingin membongkarnya karena dianggap menyembah berhala," kata Abdul.

Dari pantauan Liputan6.com dimakam itu terdapat sejumlah bekas lilin merah yang terbakar dan sejumlah sesajen. Atap makam berbentuk kubah tampak berlumut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya