Menjaga Bekantan di Kalimantan

Bekantan tinggal 8 ribu ekor di daerah aliran sungai Barito Kalimantan.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Mar 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2016, 06:00 WIB
Imut, Seekor Bekantan di Pulau Gaya Berhasil Diselamatkan
Proses penyelamatan bekantan di Pulau Gaya, Malaysia. (www.borneo.dream.com)

Liputan6.com, Barito Kuala - Pelepasan bekantan atau kera hidung panjang (Nasalis larvatus) menandai Hari Bekantan Tahun 2016 di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Peringatan dua tahun Hari Bekantan itu dilaksanakan di Taman Siring Tendean-Sungai Martapura, Banjarmasin.

Ketua DPRD Kalimantan Selatan Noormiliyani Aberani Sulaiman bersama Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina hari ini melepas seekor bekantan jantan bernama David di Pulau Bakut yang berada di tengah Sungai Barito, sekitar 15 kilometer barat Banjarmasin.

"Kita bersama Pak Wali Kota Banjarmasin dan Komunitas Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Kalsel sengaja melepas bekantan di Pulau Bakut yang merupakan cagar alam dan menjadi tempat konservasi habit satwa langka tersebut," ujar Noormiliyani, dilansir Antara, Minggu (27/3/2016).

Pelepasan bekantan atau satwa yang mendapat perlindungan hukum itu, kata dia, bukan cuma sekedar seremonial, tapi mengandung makna mendalam. Semangatnya bersama-sama menjaga kelestarian alam, termasuk menjaga binatang langka dari berbagai jenis.

Sebab itu, dia berharap mereka yang memiliki bekantan agar membebaskan satwa tersebut ke alam bebas atau melalui kawasan konservasi dengan melibatkan SBI Kalsel. Selain di Pulau Bakut, bekantan juga terdapat pada beberapa kawasan sekitar daerah aliran sungai (DAS) Barito, seperti Tamban Lupak, Pulau Kaget dan Tabunganen dengan jumlah kecil atau terancam punah karena faktor alam dan manusia.

Sebelumnya Ketua Komunitas SBI Kalsel Amelia Rezeki mengatakan, selain melepas bekantan ke habitatnya atau alam bebas, pihaknya juga menanam pohon yang menjadi makanan binatang tersebut.

Mengenai penyusutan populasi bekantan di Pulau Kalimantan atau Kalsel khususnya, menurut dia, karena perburuan dan perusakan habitat primata tersebut antara lain pembukaan lahan perkebunan.

Perkiraan penyusutan populasi bekantan di Pulau Kalimantan hingga kini hanya tinggal sekitar delapan ribu ekor. Sementara data dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya dan Ekosistem (KSDE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam 30 tahun terakhir populasi bekantan menyusut hingga 50 persen.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel sejak lama menjadikan maskot fauna dan flora, yaitu bekantan serta buah kasturi (Delmy Manggevira). Penamaan pohon/buah langka kasturi itu dari nama almarhum Prof Anwari Delmy, Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin yang mengenalkan ke luar negeri antara lain Australia dan salah satu bahan kajian ketika studi di Prancis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya