Liputan6.com, Manado - Ratusan mahasiswa asal Papua yang berdomisili di Manado, Sulawesi Utara, menggelar aksi menuntut kemerdekaan provinsinya, yakni pembebasan tahanan politik, dan narapidana politik. Namun unjuk rasa berujung ricuh.
Puluhan mahasiswa yang beraksi pada Selasa, 31 Mei 2016 itu pun ditangkap polisi. Sementara atribut aksi, termasuk baju mahasiswa bergambar bintang kejora, ikut dilucuti.
Aksi ini diawali dengan orasi-orasi yang disampaikan secara bergantian oleh para mahasiswa di dalam Asrama Cendrawasih di Kelurahan Bahu, Kecamatan Malalayang, Manado.
"Kami menuntut kemerdekaan bangsa Papua. Bebaskan tahanan politik, dan narapidana politik Papua," teriak Hizkia Meage, salah satu orator.
Meski diawasi secara ketat oleh ratusan aparat keamanan gabungan, para pengunjuk rasa bergerak keluar asrama dan melakukan long march ke kantor DPRD Provinsi Sulut.
Rusuh
Di tengah perjalanan, aparat dari Polresta Manado menciduk sekitar 10 mahasiswa yang dianggap sebagai dalang aksi itu. Mereka yang ditangkap, termasuk Hizkia, digelandang ke Mapolresta Manado.
"Kami tidak terima dengan penangkapan kawan kami. Jauh sebelum aksi ini kami sudah sampaikan surat pemberitahuan ke Polda Sulut," kata mahasiswa lain yang mengambil alih aksi, Teddy Mabel.
Baca Juga
Penangkapan ini memicu kemarahan para mahasiswa. Mereka mengarahkan aksi ke Mapolda Sulut. Namun saat mereka tiba di Mapolda Sulut, polisi langsung menyita atribut serta seluruh barang bawaan mahasiswa.
"Ambil semua atribut, bendera, termasuk spanduk dan poster-poster. Geledah semua bawaan mereka," teriak Kabid Propam Polda Sulut, Eko.
Sementara mahasiswa memilih bernyanyi lagu-lagu daerah Papua.
Kabid Humas Polda Sulut AKBP Wilson Damanik di hadapan ratusan demonstran itu mengatakan, polisi mengamankan sejumlah demonstran karena mahasiswa tidak mengantongi izin. "Karena tidak punya izin makanya kami amankan mereka," tutur Wilson.
Advertisement