Banyak Diburu, Petani Krai Enggan Panen di Luar Ramadan

Krai adalah buah yang hampir serupa dengan blewah dan cocok untuk takjil.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 19 Jun 2016, 09:05 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2016, 09:05 WIB
Petani Krai
Krai adalah buah yang hampir serupa dengan blewah dan cocok untuk takjil. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Salah satu yang menjadi ciri khas kuliner Ramadan di Kabupaten Banyuwangi adalah buah Krai. Krai yang masuk rumpun buah mentimun ini berdaging tebal dan beraroma harum yang khas. Setiap Ramadan, banyak orang yang berburu buah ini untuk dijadikan takjil.

Biasanya, Krai yang hampir serupa dengan blewah tersebut dijadikan campuran minuman dingin nan manis. Bisa pula dicampur dengan bahan lain, seperti jeruk, sirup atau dengan gula pasir, saja sudah menyuguhkan kesegaran.

Meski diburu, para petani di Banyuwangi tak menanamnya di sepanjang tahun. Buah itu ditanam hanya jelang bulan Ramadan. Bukan karena tidak tumbuh, mereka hanya sengaja menjaga kekhasannya.

Tohairi (71) adalah salah satu petani yang menanam buah Krai tersebut. Petani asal Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, tersebut sengaja menanam buah Krai dua bulan sebelum Ramadan.

"Awal bulan Rajab sudah mulai menanam. Tepat 60 hari pas awal Ramadhan sudah bisa panen," tutur Tohairi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Pemkab Banyuwangi, Rabu, 15 Juni 2016.

Buah Krai sendiri, menurut Tohairi, merupakan jenis tanaman yang mudah dalam perawatannya. Tak perlu banyak perawatan. Selain itu, Krai juga tidak membutuhkan banyak air.

"Malah, kalau hujan bisa tidak panen," kata Tohairi.

Oleh karena itu, jelas Tohairi, Krai cocok ditanam di daerah pinggir pantai seperti di Desa Badean ketimbang di daerah tinggi seperti halnya di daerah Songgon. Untuk menanam Krai seluas 1 hektare, hanya memerlukan satu cangkir bibit.

"Per cangkirnya bibit dijual Rp 50.000," ucap Tohairi.


Setiap hektare, 500 hingga 600 buah Krai berukuran sedang bisa dipanen setiap hari. Para petani menjual dengan per paket yang terdiri dari ukuran besar, sedang dan kecil.

Sepaket terdiri dari 5 sampai 8 buah dengan harga Rp 12.500. Sekali tanam, para petani bisa memanen buahnya hingga 20 hari ke depan. "Kalau puasanya selesai, ya panennya selesai," ujar Tohairi seraya tersenyum.

Petani buah Krai tidak kebingungan untuk menjual hasil panennya. Setiap pagi usai memanen, para pembeli telah berdatangan ke sawahnya untuk memborong buah Krai-nya. "Kadang sampai berebut," kata Tohairi.

Para pembeli biasanya usai membeli di petani langsung membawanya ke pasar atau bidak-bidak di pinggir jalan yang banyak dijumpai selama bulan Ramadan. Wati (65), salah satu penjual dadakan buah Krai yang mangkal di jalan besar di Desa Pakistaji, Kabat, mengaku menjual antara harga Rp 5.000 hingga Rp 7.500 per buah.

"Sehari saya menjual antara 50 hingga 70 buah dengan ukuran yang variatif.  Lumayan untuk bisa menambah penghasilan suami yang petani. Saya pun jualannya kalau pas puasa saja," ujar Wati.

Buah Krai ini memang banyak ditemukan di daerah Kabat, Banyuwangi. Di daerah tersebut, terdapat belasan penjual buah yang mangkal setiap harinya. Namun, buah ini juga mudah didapatkan di sejumlah pasar Banyuwangi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya