Liputan6.com, Bandung - Sebelum heboh dengan bakso astaghfirullah yang berukuran raksasa, Kedai Bakso Laman yang berada di Jalan Sukawarna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, telah terkenal sejak dahulu. Bahkan, bisa dibilang melegenda.
Sumarmi (72) dan sang suami, Laman (61), mulai merintis usaha bakso pada 1985. Tidak perlu waktu lama bagi pasangan suami-istri ini untuk bisa meraih kesuksesan.
Dengan memperkenalkan bakso seukuran kepalan orang dewasa, dagangan mereka cepat menjadi terkenal. Saat itu makanan berbentuk bulat dengan ukuran besar masih menjadi hal yang aneh di kalangan masyarakat.
"Alhamdulillah dulu sehari bisa sampai seribu bakso setiap harinya," kata Sumarmi saat ditemui di kedai miliknya di Jalan Sukawarna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jabar, 4 Agustus 2016.
"Dulu sudah banyak pelanggannya. Tempatnya enggak jauh dari jalan ini (Jalan Sukawarna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)," kata dia.
Hingga cobaan datang menghampiri. Pada akhir 90-an, usaha Sumarmi dan Laman bangkrut. Isu tidak sedap yang beredar di masyarakat membuat para pelanggannya kabur satu-persatu.
"Dulu diisukan yang tidak enak, padahal saya tidak melakukan hal itu. Dan akhirnya kita memiliki tanggungan yang besar," ucap Sumarmi.
Advertisement
Baca Juga
Berkat kegigihan serta semangat pantang menyerah yang dilakukan selama bertahun-tahun, Sumarmi dan Laman bisa kembali menata hidup serta menjadikan bisnisnya tumbuh lebih baik.
"Di saat Bapak jatuh dan putus asa, aku berusaha membuat Bapak semangat dan bangkit. Alhamdulillah sejak 14 bulan terakhir sudah ada bakso astagfirullah, mulai ada kerasa (ekonomi membaik)," tutur dia.
Kini kedai milik Sumarmi dan Laman mampu menjual 50 porsi bakso astagfirullah dan 200 bakso seukuran kepalan orang dewasa setiap harinya.
Bakso astaghfirullah dibanderol dengan harga Rp 150 ribu per porsinya. Sedangkan bakso seukuran kepalan tangan dibanderol Rp 25 ribu.