Liputan6.com, Makassar - Sejumlah pesan damai meluncur dari berbagai daerah usai Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan, sejumlah daerah menggelar aksi yang menyejukkan demi meredam panas kasus Ahok.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) salah satunya. Pemprov menggandeng seluruh instansi, seperti TNI, Polri, organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan untuk ikut serta dalam istigasah, doa bersama, yang digelar hari ini, Kamis (17/11/2016) di Lapangan Hasanuddin Makassar.
"Doa bersama dan istigasah rencananya besok digelar di Lapangan Hasanuddin Makassar sekitar pukul 15.00 Wita ," kata Kepala Kesbangpol Sulsel Asmanto Baso Lewa, Rabu, 16 November 2016.
Baso berharap rencana aksi unjuk rasa kedua yang rencananya dilakukan pada 25 November 2016 terkait kasus Ahok dibatalkan. "Khusus di Sulsel, dibatalkan saja-lah, karena kita ini mau damai-damai saja. Biarkan proses hukum berjalan," ucap Baso.
Baca Juga
Ia yakin pemerintah pusat bertindak serius dan mengawasi ketat penanganan kasus Ahok. "Jadi marilah kita hormati proses yang sedang berjalan ini," kata Baso.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Sulawesi Selatan KH Sanusi Baco mengimbau agar proses hukum yang menjerat Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama berjalan dengan baik dan tidak perlu disikapi secara berlebihan. Ia juga menyebut apa yang dilakukan Ahok sudah sepantasnya diganjar dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
"Apalagi, ada aksi selanjutnya pada 25 November terkait aksi seperti 4 November sebelumnya," ujar KH Sanusi Baco kepada Liputan6.com.
Hal senada juga disampaikan Dewan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sulsel Ambo Asse. Ia meminta seluruh tokoh agama menyampaikan pesan kedamaian melalui dakwah-dakwah di tengah masyarakat.
"Kita berharap dengan keputusan tersangka Ahok oleh Mabes Polri terkait penistaan agama dapat meredam kekisruhan di Tanah Air. Terlebih lagi dengan mencuatnya isu aksi unjuk rasa yang akan berlangsung 25 November mendatang," kata Ambo Asse.
Tokoh Agama Kunci Damai
Tokoh agama berperan vital dalam mencegah berbagai konflik maupun penyelesaian sengketa. Banyak hal yang tidak bisa diselesaikan pemerintah, tapi bisa dilakukan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat karena mereka menjadi pelestari norma-norma tradisional yang ampuh sebagai mekanisme kontrol dalam menghadapi perubahan.
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abu Hapsin pada Sarasehan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Gedung Korpri Jalan MT Haryono Brebes, Selasa petang, 15 November 2016. Â
Hapsin menjelaskan, penempatan tokoh agama dalam posisi sosial tertinggi pada komunitasnya telah menjadi ketetapan hampir seluruh agama. Hindu misalnya, tokoh agama dipandang sebagai brahmana, sementara penguasa hanya berada pada level ksatria, satu level di bawah para tokoh agama.
Di Thailand, raja memang paling disegani. Tetapi ketika ada di hadapan biksu, sang rajalah yang memberi hormat pada biksu. Demikian juga di Islam, tokoh Nabi Muhammad SAW menjadi yang tertinggi karena selain menjadi nabi juga menjadi kepala negara.
"Posisi tokoh agama memiliki kekuatan yang potensial dalam melakukan perubahan konstruktif maupun destruktif," ucap Abu Hapsin.
Ia mencontohkan beberapa tokoh agama yang telah melakukan perubahan, seperti Kardinal Sin telah berhasil dalam menggulingkan Presiden F. Marcos.
Uskup Bello berperan besar dalam memerdekakan Timor Timur, Uskup Desmond Tutu telah membantu melepaskan Afrika Selatan dari cengkeraman Apartheid, KH Hasyim Asyari berhasil dalam menggalang massa dengan mengumandangkan resolusi jihad melawan agresi Belanda.
Tokoh agama, kata dia, perlu mengembangkan dialog dan kerja sama, memberikan penafsiran agama yang menyejukkan, mengendalikan emosi keagamaan umat beragama, dan tidak memaksakan hasil penafsiran.
"Tokoh agama juga jangan melakukan politisasi agama dan tidak berpindah habitat," kata Abu Hapsin yang juga direktur Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang ini.
Advertisement
Waspada Penyusup
Sementara itu, Plt Bupati Brebes Budi Wibowo mewanti-wanti kepada peserta untuk mewaspadai kelompok anti-kemapanan. Sebab, ada tujuan terselubung dalam gerakan mereka yang tidak mudah dipahami.
"Mereka selalu membikin gejolak, yang tentunya ada tujuan-tujuan tertentu yang bisa mereka curi dengan adanya pergolakan tertentu," kata Budi mengingatkan.
Budi berharap masyarakat Brebes tidak terpancing dengan gerakan mereka dan berdoa semoga mendapat sinar dari Sang Khalik, sehingga selalu berada di jalan Tuhan yang lurus.
"Kita memang majemuk. Mudah-mudahan dengan kemajemukan bisa menjadi aset yang membawa rahmat," kata dia.
Adapun sarasehan diikuti sekitar 300 peserta dari tokoh agama dan organisasi keagamaan di Kabupaten Brebes. Dalam kesempatan tersebut juga dibacakan ikrar damai dari masing-masing perwakilan agama.