Liputan6.com, Magelang - Fenomena alam pohon menghasilkan suara mirip tangisan di Magelang, Jawa Tengah ternyata juga membawa pengalaman mistik bagi pengunjungnya. Sempat viral sejak diunggah akun Facebook Vidha Siibruwetmumet pohon sengon menangis itu dikunjungi banyak orang.
Kebanyakan yang datang dan penasaran justru datang dari kampung lain, sehingga Dusun Kalipeh, Desa Plosogede, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kini lebih ramai.
Pengakuan mengejutkan datang dari pengunjung yang mengaku warga Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Selain mendengar suara tangisan dari pohon sengon, ia mengaku seperti mendengar suara bisikan agar tidak sering bepergian.
Advertisement
"Saya seperti mendengar suara agar menghindar dulu dari daerah-daerah sungai yang berhulu di Merapi. Suaranya seperti orang bergumam. Atau jangan-jangan itu suara orang ngobrol di sekitar saya ya?" kata Afif kepada Liputan6.com, Rabu (16/11/2016).
Baca Juga
Keseharian Afif diisi dengan kegiatan mencari pasir di Sungai Krasak, sebuah sungai yang berhulu di gunung Merapi. Akhir-akhir ini ia harus banyak beristirahat di rumah karena Sungai Krasak juga terancam dilalui banjir lahar dingin.
Pengakuan tak kalah mengejutkan datang dari Suryo. Lelaki setengah baya yang biasa menjadi buruh tani itu malah mengaku melihat pepohonan yang terbakar.
"Saya tidak tahu. Itu hanya khayalan atau bukan. Tapi ketika telinga saya tempelkan di pohon sengon itu, tiba-tiba saya seperti melihat ada beberapa pohon yang menyala. Saya cuma sebentar karena takut," kata Suryo.
Tinjauan Psikologi
Apa yang dialami Afif dan Suryo ini menurut psikolog Universitas Semarang dan Rumah Sakit St Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro, merupakan gejala umum psikologi masyarakat bawah. Banjir informasi melalui media sosial, media alternatif, maupun media arus utama ikut mendorong perspektif bawah sadar mereka.
"Misalnya yang merasa mendengar bisikan jangan pergi ke sungai. Itu karena dunianya sehari-hari ada di sungai itu, jadi tanpa sadar terbawa dan menjadi seperti halusinasi ringan," kata Probowatie.
Serbuan informasi yang dimaksud Probowatie ternyata tidak mampu dikelola oleh pemikiran si penerima informasi. Itu fenomena lumrah pada masyarakat yang berada pada masa transisi.
"Di satu sisi lingkungannya masih kental dengan kepercayaan mistis, di sisi lain ada serbuan informasi yang lebih rasional. Nah si penerima informasi itu bahasa kasarnya 'rasional banget belum, tapi tertinggal juga sudah enggak'. Di situ intensitas pergaulan ikut berpengaruh," Probowatie menjelaskan.
Apakah Tumbuhan Bisa Bersuara?
Secara ilmiah, semua tumbuhan memang mampu menghasilkan bunyi. Bunyi itu dihasilkan oleh gelembung udara di dalam batang pohon, terutama ketika mengalami dehidrasi.
Pendapat itu disampaikan Doktor Biologi Sulis Rohmani yang mendasarkan pada riset Monica Gagliano yang dipublikasikan di Jurnal Oxford tahun 2012. Penelitian ini dilakukan oleh Dr Monica Gagliano, di mana Monica menyimpulkan bahwa tumbuhan memang menghasilkan gelombang suara.
"Dr Monica melihat cara tanaman berkomunikasi. Proses ini disebut kavitasi. Menurut Dr Monica, hal ini terjadi ketika tanaman mengalami dehidrasi dan kolom air menjadi tertekan," kata Dr Sulis Rohmani, Selasa, 15 November 2016.
Dalam penelitian itu didapati bahwa sinyal akustik pada tanaman dipancarkan begitu banyak. Sepertinya tidak mungkin bahwa setiap peristiwa akustik ini disebabkan oleh kavitasi saja. Bukti terbaru menunjukkan bahwa tanaman bisa menghasilkan suara secara independen dari dehidrasi dan kavitasi yang terkait proses.
Kavitasi atau cavitations awalnya diyakini sebagai sinyal bahwa sebatang pohon butuh air. Namun, suara tersebut hanya bisa dideteksi oleh mikrofon khusus karena pendengaran manusia tidak bisa menjangkaunya seperti yang dikatakan oleh hasil penelitian tersebut.
Frekuensi suara yang bisa ditangkap telinga manusia sangat terbatas --sekitar 20 hingga 20.000 hertz. Karena itu, manusia tidak pernah tahu bahwa pohon pun bisa mengeluarkan suara.
Sebuah tim yang dipimpin fisikawan Prancis, Philippe Marmottant, dari Grenoble University, telah membuat rekaman pertama dari pohon yang sedang terengah-engah karena air. Sama seperti manusia yang bersuara saat mereka menghirup udara, pohon juga membuat suara ultrasonik bermunculan.
Menurut Dr Sulis Rohmani, fenomena yang terjadi di Kalipeh, bukan disebabkan kekurangan air. Butuh riset lebih lanjut untuk mengetahuinya.
"Di Ngluwar itu bukan daerah kering. Saya belum pernah meneliti tentang hal ini, namun ada kemungkinan banyak faktor yang jadi penyebab. Kita harus meneliti ph tanah, kandungan mineral," dan juga mikronutrien yang dibutuhkan tumbuhan," kata Sulis.