Turis Asing Saja Ikut Bersih Pantai, Masak Kamu Enggak?

Kerusakan lingkungan laut dan pesisir dipicu pembabatan hutan bakau dan masuknya sampah dari daratan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 19 Des 2016, 11:30 WIB
Diterbitkan 19 Des 2016, 11:30 WIB
Bersih Pantai Sulut
Turis asing juga ikut program bersih pantai di Sulut (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Airmadidi - Ancaman kerusakan lingkungan laut dan pesisir akibat pembabatan hutan bakau dan masuknya sampah dari daratan ke wilayah perairan membuat komunitas pencinta lingkungan mengambil langkah. Ratusan warga, termasuk puluhan turis asing, menggelar aksi penanaman mangrove dan bersih pantai di Pulau Bangka, Sulawesi Utara.

Dengan menggunakan lima perahu motor, ratusan orang yang terdiri atas komunitas pencinta lingkungan, pemilik dive resort, serta para turis berlabuh di dermaga Desa Ehe, Kecamatan Likupan Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Terik matahari yang menyengat, Kamis, 15 Desember 2016 itu, tak menyurutkan mereka untuk menjalankan aksi selamatkan lingkungan.

"Ini aksi sukarela dari warga yang peduli dengan kelestarian lingkungan," ujar Angelique Batuna, pemilik Murex Resort yang mengoordinasi kegiatan hari itu.

Desa Ehe merupakan satu dari empat desa yang berada di Pulau Bangka. Pulau seluas 4.778 hektare ini menjadi terkenal saat polemik izin pertambangan biji besi oleh perusahaan asal Tiongkok mencuat. Desa Ehe merupakan desa yang berpihak pada pertambangan, sehingga desa ini menjadi base camp perusahaan itu didirikan.

Meski operasional perusahaan tambang itu kini terhenti akibat proses hukum yang berjalan, dampak eksplorasi di wilayah itu cukup terasa.

"Pantai yang dulunya indah, dengan pertahanan tumbuhan bakau kini mulai rusak. Ini tentu berdampak pada ekosistem pantai dan bawah laut," ujar Jull Takaliuang dari Yayasan Suara Nurani Minaesa, salah satu kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan.

Jull menambahkan, selain pembabatan tumbuhan bakau, terjangan sampah dari daratan juga mengotori pantai pasir putih yang membentang di pulau Bangka. "Jadi aksi kami ini selain menanam ratusan bibit bakau, juga membersihkan pantai dari sampah," ucap Jull.

Ratusan warga itu lalu menyusuri tepi pantai menuju salah satu spot penanaman bakau. Tak kurang dari 650 bibit tanaman bakau ditanam di lokasi itu. Tak hanya komunitas pencinta lingkungan dan pemilik dive resort yang melakukan kegiatan ini, puluhan turis asing dari Amerika, Jerman, dan sejumlah negara di Eropa juga ikut ambil bagian.

"Banyak mangrove yang rusak di sini. Kami coba menanam kembali, meskipun jumlahnya tidak banyak," ujar Jenny Sadzig, turis wanita asal Jerman yang bersama puluhan turis asing lainnya berbaur dengan ratusan warga melakukan penanaman bibit pohon bakau.

Usai menanam bakau, mereka kembali menyisir pantai untuk memungut sampah-sampah yang berserakan di tepi pantai. Pemandangan menarik terlihat saat seorang turis asing sibuk mengambil satu per satu sampah yang tersangkut di dahan pohon-pohon bakau.

"Mungkin sebentar atau besok akan kotor lagi. Tapi saya tetap harus membersihkan pohon bakau ini dari sampah-sampah," ujar Hergen Spalink, wisatawan asal Amerika Serikat ini.

Ibarat sedang memanen buah-buahan, Hergen selanjutnya mengisi berbagai jenis sampah itu ke dalam keranjang yang kemudian dibawanya ke tempat pembuangan.

Aksi Hergen, Jenny, dan puluhan turis lainnya ini mengundang perhatian dan simpati warga lainnya. "Jika warga negara asing saja peduli dengan lingkungan kita di Indonesia, lalu bagaimana upaya kita dan pemerintah melestarikan lingkungan," ujar Pendeta Ruth Ketsia Wangkay, tokoh agama yang ikut ambil bagian dalam kegiatan penanaman mangrove dan bersih pantai itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya