Kaum Tionghoa dan Suku Asli Banyuwangi Berpadu Sambut Imlek

Meski di Banyuwangi banyak etnis, budaya, dan agama, tak pernah terpicu konflik.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 26 Jan 2017, 18:01 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2017, 18:01 WIB
Imlek Banyuwangi
Imlek Banyuwangi

Liputan6.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar kegiatan Malam Budaya Tionghoa dalam rangka menymbut perayaan Tahun Baru ke-2568 Imlek di Gelanggang Seni Budaya Blambangan, Rabu malam, 25 Januari 2017.

Mengenakan baju khas warna merah, ratusan warga Tionghoa dari berbagai wilayah di Banyuwangi berkumpul bersama. Mereka tampak bergembira dan bersuka cita.

Lampion-lampion yang menjadi ciri khas perayaan Imlek semakin menambah semarak suasana di sepanjang lokasi yang berada di jantung Kota Banyuwangi itu.

Kesenian khas masyarakat Tionghoa ditampilkan dan berpadu dengan kesenian khas Suku Using (masyarakat asli Banyuwangi), seperti musik pengiring angklung, tari pitik-pitikan, hingga kesenian barong.

Ketua Paguyuban Warga Tionghoa Banyuwangi Pek Ing Gwan sangat mengapresiasi digelarnya kegiatan tersebutm karena hal itu menununjukkan bahwa keberagaman yang ada di Banyuwangi menghasilkan masyarakat yang harmonis.

"Acara ini sangat bagus untuk memupuk rasa saling memahami dan menghormati. Di setiap acara hari besar yang kami gelar, kami juga selalu melengkapi suguhan dengan mengangkat budaya lokal untuk tampil bersama, sehingga semua hidup dalam harmoni," kata Indrawan, sapaan akrab Pek Ing Gwan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir bersama Wabup Yusuf Widiyatmoko mengatakan, acara ini digelar untuk semakin memupuk kebersamaan di tengah masyarakat.

"Tak hanya kesenian warga Tionghoa yang ditampilkan, namun juga kesenian lokal. Ini benar-benar wujud dari keberagaman di Banyuwangi yang harus dimaknai sebagai realitas sosial yang mesti disikapi dengan bijak, yaitu dengan saling menghargai dan menghormati," ujar Anas.

Menurut dia, meski di Banyuwangi banyak etnis, budaya, dan agama, tidak pernah ada polemik. "Banyuwangi adalah daerah aman dan damai sehingga tidak pernah ada konflik antarumat," ujar dia.

Anas mengatakan, perayaan Imlek ini juga sebagai upaya penguatan bersama warga Tionghoa dalam membangun Banyuwangi. Warga Tionghoa dan kelompok masyarakat lain mesti berpadu bersama pemerintah dalam membantu penyelesaian permasalahan kemasyarakatan, seperti problem siswa putus sekolah dan warga miskin.

"Di Banyuwangi jumlah anak yang putus sekolah tercatat ada lima ribu lebih. Sekarang tersisa tinggal 93 anak yang belum teratasi. Capaian ini akan lebih hebat lagi jika warga Tionghoa ikut keroyokan terlibat bersama pemerintah," kata Anas.

"Demikian pula untuk pekerjaan rumah lain, seperti peningkatan kualitas sanitasi warga, juga akan lebih mudah diselesaikan jika semua bergandengan tangan, termasuk warga Tionghoa."

Bupati Banyuwangi menambahkan, suasana menjelang Imlek mengingatkannya pada sosok Abdurrahman Wahid, presiden keempat RI. Gus Dur merupakan tokoh yang memberi ruang bagi upaya saling menghargai dalam perbedaan. 

 

Klenteng Cokro Bagi Sembako Tanpa Barongsai

Klenteng Cokro Bagi Sembako Tanpa Barongsai
Jumlah sembako yang dibagikan mencapai 500 bungkus. (Liputan6.com/Dhimas Prasojo)

Tradisi membagikan bingkisan sembako seperti beras, susu, dan bahan makanan pokok kebutuhan sehari-hari jelang perayaan imlek kembali diadakan Klenteng Hong San Ko Tee atau biasa dikenal dengan sebutan Klenteng Cokro yang beralamat di Jl Cokroaminoto No 12, Surabaya, dua hari jelang perayaan Imlek 2568.

Ditemui di sela pembagian sembako di pelataran klenteng yang berada di tengah kota Surabaya ini, Yuliani Pudjiastuti sebagai ketua Pengurus Klenteng yang juga cagar budaya di Surabaya ini menuturkan tradisi pembagian sembako di tahun ini berbeda dengan tahun lalu.

"Tahun ini kami turut prihatin menyambut kondisi indonesia, jadi tidak ada kemeriahan barongsai dalam pembagian sembako," kata Yuliani, Rabu, 25 Januari 2017.

Menurut Yuliani, jumlah sembako yang dibagikan mencapai 500 bungkus. Bantuan sembako itu dibagikan kepada warga kurang mampu yang ada di sekitar Keputeran, Pandegiling dan wilayah lainnya.

"Yang dekat dengan klenteng ini," ujar Yuliani.

Yuliani menjelaskan pembagian sembako jelang Imlek bertujuan untuk mengharap kebahagiaan pada semua umat manusia. "Dengan harapan, jangan sampai kekurangan dan hidup makmur tanpa ada halangan apapun bagi pemberi dan penerima sembako ini," kata dia.
 
Menjelang tahun ayam api, Yuliani mengingatkan agar semua orang menahan emosi dan menjaga mulut. "Jaga mulut kita, jangan membuat omongan sehingga membikin orang ribut, orang marah, bahkan salah paham," ucap dia.

Pembagian sembako itu juga diselingi dengan rintik hujan. Meski begitu, warga tak berhenti datang untuk mendapatkan sembako, termasuk Indriani (32), warga Jalan Keputran Panjunan Gang 1.

"Saya ini warga baru pindah, dan baru tadi pagi dikasih tahu Pak RT dan dikasih kupon untuk mengambil sembako ini perayaan hari raya Imlek dan saya harap umat yang memberi ini diberkahi selalu rezeki oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar ibu satu anak itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya