Festival Sedekah Oksigen Banyuwangi, 24 Juta Pohon Ditanam

Hasil dari sedekah oksigen terlihat, kualitas udara di Banyuwangi meningkat.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Jan 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2017, 10:30 WIB
Banyuwangi
Banyuwangi

Liputan6.com, Banyuwangi - Banyuwangi Festival (B-Fest) telah resmi diluncurkan. Rangkaian agenda wisata tahunan tersebut diawali dengan Festival Sedekah Oksigen yang ditandai dengan penanaman pohon trembesi oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur.

Sedekah Oksigen adalah gerakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan menaanam pohon sebanyak-banyaknya serta penanaman kembali sejumlah lahan kritis.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan pemkab mencanangkan gerakan ini untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan hijau, sehingga bisa menghasilkan udara yang bersih dan segar. Pepohonan memproduksi oksigen yang sangat dibutuhkan manusia. Lewat penanaman pohon akan diproduksi oksigen yang sehat yang berdampak positif pada metabolisme tubuh manusia.

"Untuk itu, festival ini terus kami gelar selama empat tahun terakhir. Karena udara yang bersih dan sehat ini kita butuhkan terus menerus, dan ini bisa kita lakukan dengan memperluas lahan hijau di muka bumi, caranya ya dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya," tutur Anas dalam keterangan tertulis Pemkab Banyuwangi, Kamis (26/1/2017).

Tahun ini pemerintah bersama masyarakat akan menanam 30.500 pohon jenis kayu-kayuan (mahoni, sengon, dan jati) dan buah (Manggis, nangka, durian dan alpukat) secara serentak di seluruh wilayah di Banyuwangi.

Gerakan Sedekah Oksigen ini sebenarnya telah digagas Bupati Anas sejak 2013, dan masuk dalam agenda Banyuwangi Festival sejak 2014. Meski demikian, program penanaman pohon secara intensif sudah dilakukan sejak 2010. Pada saat peluncuran itu, ditanam 2.300 bibit pohon trembesi, sengon, alpukat, mahoni, dan durian ditanam secara serentak oleh ribuan pelajar.

Program ini mendapat dukungan dari seluruh lapisan dan elemen masyarakat. Mulai dari masyarakat, pelajar, hingga tokoh agama yang menggerakkan jamaahnya dengan menyisipkan ayat kitab suci yang bertemakan lingkungan di setiap khutbahnya.

Hasilnya, dalam kurun periode 2010-2015, sedikitnya 24 juta bibit berbagai jenis pohon ditanam di seluruh penjuru Banyuwangi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah menyebutkan pada awal 2017 tahun ini saja, sudah ada aksi sosial dari perusahaan swasta yang memberi 6.000 pohon kepada pemkab untuk dimanfaatkan warga. Ini saja sudah mampu menambah sebaran luas lahan hijau di Banyuwangi mencapai enam hektare.

"Satu hektare lahan bisa menampung 1.000 pohon," kata Husnul .

Menurut dia, kualitas udara ambien (udara yang kita hirup) di Kabupaten Banyuwangi terus meningkat. Hasil uji udara ambien di sejumlah titik di wilayah Banyuwangi menunjukkan kadar polutannya menurun signifikan di bawah baku mutu.

Seperti di area pasar Blambangan Banyuwangi. Kadar karbonmonoksida (CO) dalam udara dalam tiga tahun terakhir, terus turun dan selalu bertahan di bawah baku mutu, 22600. Berturut kadar CO sebesar 5321 (2014 & 2015), 319,4 (2016). Begitu pula kadar nitrogen dioksida (NO2) juga bertahan di bawah baku mutu, dan terus menurun dari tahun ke tahun.

Selain CO dan NO2, parameter lain yang diukur untuk menentukan kualitas udara adalah sulfurdioksida (SO2), amonia (NH3), hidrogen sulfida (H2S), debu, Hydrocarbon (HC), ozon (O3), timbal/Lead (Pb), dan kebisingan.

"Ini indikasi bagus, CO dan NO2 ini kan parameter paling berpengaruh terhadap pencemaran udara. Kalau kadarnya rendah, artinya kualitas udara di Banyuwangi semakin meningkat," ujar Husnul.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya