Kisah 2 ABK KM Hidayah Terombang-ambing di Lautan Papua

KM Hidayah yang mengangkut 10 ABK dan penumpang mengalami kecelakaan dalam pelayaran dari Biak menuju Mamberamo Raya, Papua.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Feb 2017, 23:29 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2017, 23:29 WIB

Liputan6.com, Jayapura - Nakhoda Kapal Motor (KM) Hidayah, Arif, satu dari dua orang yang ditemukan selamat oleh warga Papua Nugini mengatakan, dua rekannya meninggal, serta enam lainnya tidak diketahui nasibnya setelah badai menghantam kapal mereka.

"Dua rekan seperjalanan kami yaitu Faisal dan Appe meninggal di hari yang berbeda," ucap Arif, nakhoda KM Hidayah di Jayapura, Minggu (5/2/2017), seperti dilansir Antara.

Arif dengan terisak menceritakan pengalamannya sejak badai menghantam kapal saat berlayar dari Biak, Papua, pada 28 Desember 2016. Saat berada di sekitar perairan Serui, ia sempat melihat dua kapal dan ABK beserta penumpang berteriak minta tolong. Namun, tidak ada yang melihat dan mendengar teriakan tersebut.

Akibatnya kapal hanyut terbawa arus, walaupun penumpang dan ABK berupaya memperbaiki kerusakan mesin dan membuang semua barang yang dibawa termasuk beras dan semen.

Namun hal itu tidak menolong. Selanjutnya pada hari ketiga saat mereka melihat ada pulau, empat rekan seperjalanan yaitu Anto, Anwar, Boy dan Bripka Abdul Gafur meninggalkan kapal dan berenang ke darat.

"Kami tetap di kapal berada di atas rakit yang dibuat setelah kapal mengalami kerusakan karena ada yang tidak bisa berenang," tutur Arif yang kakinya masih terluka akibat terkena karang saat berenang sekitar tiga jam sebelum ditemukan penduduk Pulau Wuvulu, Papua Nugini.

Adapun Yoyo menambahkannya, dua rekan lainnya yaitu Gappar dan Akbar pada hari keenam memisahkan diri dengan menggunakan freezer.

Hari kesembilan saat mereka sudah hampir putus harapan melihat pulau mencoba mendekat, namun gelombang cukup besar sehingga Arif memutuskan untuk berenang sedangkan Yoyo tetap di atas rakit.

"Saya sempat kesulitan bahasa namun akhirnya masyarakat mengerti setelah saya bilang insiden. Dan saat berupaya menolong Yoyo, ternyata rakit yang ditumpanginya sudah hampir menjauh dari pulau," kata Arif.

Arif menuturkan pula, sebelum dibawa ke Wewak, mereka sempat dirawat masyarakat Wuvulu selama seminggu sejak diselamatkan. Ketika ditanya apakah kapal berbobot 66 GT itu memiliki alat komunikasi, Arif mengatakan, KM Hidayah dilengkapi GPS dan radio, namun rusak saat diterjang badai.

KM Hidayah mengalami kecelakaan laut dalam pelayaran dari Biak menuju Mamberamo Raya sejak 27 Desember 2016. Kapal ini mengangkut 10 orang, termasuk ABK dan penumpang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya